Skip to main content

Memaafkan Itu Membahagiakan (1)


Diantara sebab mengapa kita selalu melihat orang dari sisi negatif adalah ketika mereka berbuat salah kepada kita, namun kita tidak mau memaafkannya. Akibatnya, setiap kali memandang orang lain, yang dikedepankan pun sisi negatifnya. Emosi negatif akan terus menghinggapi dan terus masuk dalam diri kita. Karena kita sulit memaafkan kesalahan orang lain, maka kita merasa tersakiti, tertekan dan tersiksa hidupnya. Maka untuk melepaskan semua tekanan jiwa terebut, kita harus melupakan dan melepaskan kesalahan orang lain tersebut. Kita memaafkan mereka, agar terbebas dari segala belenggu tekanan batin. Agar kebahagiaan dan kemuliaan hidup dapat kita nikmati.
Ihab bin Fathi ‘Asyur (2012) menjelaskan, memaafkan adalah hasil sebuah proses yang melibatkan perubahan emosi dan sikap terhadap orang yang melakukan kesalahan kepada diri kita. Proses tersebut berlangsung secara intensif dan penuh kelapangan dada yang berpijak pada keputusan penuh untuk memberikan maaf. Sikap tersebut berkonsekuensi hilangnya rasa dendam dan emosi negatif terhadap orang yang melakukan kesalahan. Sikap tersebut juga mengimplikasikan pergantian emosi negatif menjadi positif, yang disertai rasa kasih sayang sebagai bentuk tindakan nyata, dalam wujud berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.
Memaafkan terjadi karena ada orang lain yang berbuat salah kepada kita atau menfitnah diri kita. Kesalahan tersbut secara lapang dada kita maafkan, dengan tindak lanjut berupa membalasnya dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan tersebut.
Orang yang memaafkan menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai kepribadian yang kuat. Ajaran Islam memberikan tuntunan bahwa pemberian maaf mencakup dua dimensi secara bersamaan, yaitu secara dzahir dan bathin, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan kata Al-‘Afwu dan Ash-shafh. Dalam Qur’an Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk selalu memaafkan. “…..Maka maafkankanlah (mereka) dengan cara yang baik” – fa ash-fahish-shaf-hal jamiil…”(QS. Al-Hijr[15]:85)
Dalam ayat lain disebutkan tentang kata, al ’afwu yang disebut secara bersamaan dengan kata ash-shofha.  “… maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik…” -  fa’fu ‘anhum wash-fah.. inna-llaha yuhibbul muhsiniin…(QS. Al-Ma’idah [5]:13)
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, maka sunguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang “ (QS. At-Taghabun [64]:14).
Ketika ‘Aisyah ditanya mengenai akhlak Rasulullah, maka ia menuturkan. “Rasulullah tidak pernah berbuat keji dan kotor serta tidak pernah berteriak-teriak di pasar. Beliau juga tidak pernah membalas perlakuan tidak baik dengan perlakuan tidak baik. Akan tetapi, beliau memberikan maaf dan ampunan” (HR. At-Tirmidzi).
Ibnu Qudaimah dalam kitab Minhaajul Qaashidin menjelaskan bahwa makna member maaf di sini ialah sebenarnya engkau mempunyai hak untuk mebela diri dengan membalas, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut qishash atau kompensasi. Kata maaf itu sendiri berasal dari bahasa Al-Qur’an : Al-‘Afwu, yang berarti ‘menghapus’, karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah dinamakan memaafkan apabila masih tersisa dendam dalam hati.
Orang yang bersikap pemaaf akan menemukan kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertaqwa, yaitu orang yang berinfak, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain…” (QS.Ali-‘Imran [3]:131-134)
Didalam ayat tersebut terdapat tiga fase dalam bersikap. Pertama menahan amarah. Dalam fase ini masih ada keinginan untuk beraksi kepada orang yang berbuat salah kepada dirinya, namun ia menahan reaksi tersebut, sehingga didalam hatinya masih ada perasaan tidak tenang. Selanjutnya, ketika seseorang telah mampu melunturkan rasa amarahnya, maka ia telah memasuki fase yang kedua, yaitu memaafkan.
Kemudian disempurnakan fase ketiga yaitu berbuat baik kepada orang yang bebuat salah. “Barangsiapa memafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat kepadanya) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang dzalim”(QS. Asy-syura [42]:40).
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raf[7]:199).
Pemberian maaf mampu menghilangkan rasa kebencian dalam hati, mengusir keresahan hati, memadamkan api permusuhan serta dendam. Juga mampu mengobati hati yang terluka dan jiwa yang tersakiti.

Mengapa Harus Memaafkan
Agar dapat memahami makna memaafkan, kita perlu merenungkan situasi hidup tanpa memaafkan. Hidup tanpa memaafkan melanggengkan derita psikis yang berawal dari sikap permusuhan dan keinginan mengalahkan. Biasanya sikap dan keinginan tersebut – tanpa disadari – berlatar belakang amarah, yakni suatu emosi yang menghabiskan energy mental dalam tekanan jiwa yang tak pernah berhenti.
Kita terkungkung dalam penjara keinginan untuk balas dendam. Dengan dendam sebagai motif psikis, kita mengiginkan orang yang bersalah kepada kita tersebut menderita. Dendam adalah keadilan instinctual yang mencuat dari alam bawah sadar. Derita menghendaki derita atas nama keadilan instinctual. Akibatnya kita terikat rantai dan berbalut kekerasan yang tidak pernah putus. Karena itu rantai derita ini harus diputus dengan sikap memaafkan.
Memafkan merupakan bagian dari ketulusan hati dalam menjalankan perintah Allah. Hal ini dapat kita pahami dalam beberapa petunjuk.
1.    Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang memberikan maaf. Dari Abdullah  bin Mas’ud RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah  Maha Pengampun, suka Pengampunan” (HR. Al-Hakim).
Sikap pemaaf merupakan sikap yang mulia dan agung. Dalam sebuah riwayat dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, Rasulullah SAW bersabda : “Sesunggunhnya Allah Mahamulia dan mencintai kemuliaan. Maha Pemurah dan mencintai kedermawanan, mencintai akhlak mulia dan membenci akhlak tercela” (HR. Ibnu ‘Asakir).
2.    Kita menjadi pribadi yang pemaaf karena Allah pasti akan memberikan maaf dan ampunan terhadap dosa-dosa kita. Oleh sebab itu memberikan maaf bukan kebutuhan orang yang kita maafkan, tetapi kebutuhan kita sendiri yang harus memberikan maaf. Sebab kita membutuhkan ampunan Allah, sehingga menjadi kebutuhan kita memaafkan orang lain yang melakukan kesalahan kepada kita.
Allah memerintahkan agar kita menjadi pemaaf supaya Allah membalas dengan memberikan ampunan kepada kita. “Dan hendaknya mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. An-Nur [24]:22).
Memberi maaf kepada orang lain, agar Allah memberikan maaf dan ampunan-Nya kepada kita. Berlapang dada, agar Allah menyayangi kita. Dari Ibnu Jarir, Rasulullah bersabda “Barangsiapa tidak berbelas kasih, maka tidak akan dibelaskasihani. Barangsiapa tidak memberikan ampunan, maka dia tidak akan diampuni. Dan barangsiapa tidak memaafkan, maka dia tidak dimaafkan” (HR. At-tabrani).
“Berbelaskasihanilah kalian, maka kalian akan dibelaskasihani dan berilah ampunan, niscaya kalian akan diampuni” (HR.Bukhari)
3.    Kita menjadi orang mulia di antara manusia dan dikenal sebagai orang baik serta diingat akan kebaikannya, karena sifat pemaaf dan lapang dada.
Menjadi manusia yang dikenal dengan kebaikannya merupakan hal yang sangat berharga di dunia, disamping akan mendapatkan pahala berlimpah di hari Kiamat kelak. Sikap pemaaf merupakan suatu kemuliaan dan keagungan, baik di dunia maupun di akherat.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Sedekah tidak akan mengurangi harta benda, Allah pasti akan menambah kemuliaan seorang hamba (yang mengedepankan sikap) pemaaf, dan jika seseorang merendahkan diri kepada Allah, pasti Allah akan memuliakannya” (HR.Muslim)
4.    Kita mendapatkan pahala yang agung dari sisi Allah yang dijanjikan kepada orang-orang yang pemaaf. Maaf atau ampuan bagaikan pelita menerangi jiwa yang gelap, sehingga Allah memberikan kemuliaan bagi orang yang selalu memberikan maaf.
Allah memberikan kemuliaan berupa kekuatan untuk memaafkan kepada orang-orang khusus yang terpilih. Mereka adalah orang-orang khusus yang diberikan petunjuk, sehingga mempunyai tekad yang kuat, kemuliaan jiwa, dan kebeningan hati yang dipenuhi oleh rasa cinta. “…..tetapi barangsaiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia” (QS. Asy-Syura [42]:43).
Orang yang memberikan maaf kepada orang lain sangat  bermanfaat bagi dirinya sendiri sebelum manfaat tersebut tersebar kepada orang lain. Dengan memaafkan, maka hati akan menjadi benar dan kondisi emosi akan menjadi kondusif, sehingga kebahagiaan selalu hadir setiap saat.
5.    Kita menjadi pemaaf agar jiwa menjadi bahagia dan hati kita lega, karena kita telah berhasil menaklukkan egoisme, amarah dan hawa nafsu serta menggantinya dengan rasa cinta. Kita bahagia karena telah melakukan kebaikan dan tercatat di sisi Allah sebagai orang yang baik.
6.    Dengan sikap pemaaf dan pengampun, maka terputus keinginan menjadi pendendam dan upaya balas dendam. Permusuhan akan terkikis dan dengan berlalunya waktu pasti akan lenyap dengan sendirinya. Dengan menjadi pemaaf, maka diri kita telah memusnahkan hasrat permusuhan yang merupakan sifat-sifat setan. Sirnalah api fitnah yang dapat membakar diri sendiri dan juga masyarakat. Dengan menjauhi sifat fitnah, berarti kita tidak menjadi orang paling jahat yang pernah ada dalam kehidupan.
7.    Memaafkan akan melapangkan persoalan yang menghimpit diri dan orang lain. Mengganti sakit hati dengan belas kasih. Berarti membagi kebahagiaan kepada orang lain. Orang yang beremosi positif akan menarik pribadi orang lain untuk bersama-sama beremosi positif. Dari sinilah kemudian terjadi perubahan paradigma yang akan berakhir dengan perubahan sikap, dari yang negatif menjadi positif. Inilah diantara kekuatan memaafkan.
Jika anda menjadi pribadi yang lemah lembut, menjadi pemaaf, maka akan melunakkan hati yang keras..

Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s