Skip to main content

Arung Jeram (3) Pilihan Sulit Di Tengah Arus



Ada filosofi tentang arti kehidupan manusia dalam kegiatan Arung jeram pada setiap permainannya. Arus  sungai yang terus mengalir misalnya, menandakan kehidupan manusia itu memang harus berjalan maju dan tidak bisa mundur sedikitpun. Sekuat apapun melawan arus kehidupan yaitu takdir, pada akhirnya kita akan kembali kepada Sang Pemilik kehidupan ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.

            Arung jeram juga menggambarkan betapa kehidupan manusia di dunia butuh perjuangan.  Perjalanan menuju titik akhir - finish point - tidak selalu mulus. Kita berada di atas perahu karet yang meluncur membelah derasnya aliran sungai, dihadang oleh batu-batu besar, jeram-jeram liar, kelokan tajam, pusaran air yang kencang dan tebing-tebing terjal berbahaya.

Di tengah situasi dan kondisi arus seperti itulah kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Padahal kita harus tetap bergerak maju, dan tidak bisa menghindar. Kenyataan ini mesti dihadapi, walaupun banyak resiko.
Apa yang harus kita lakukan? Sikap paling baik adalah cermat dan tidak lengah. Amati, kemana arus ini akan membawa kita, dan bijak dalam memutuskan pilihan. Kemampuan membaca “arus” kemudian memilihnya dengan tepat merupakan nilai utama dari arung jeram disamping kekompakan. Itulah yang juga terjadi dalam kehidupan nyata umat manusia di dunia.

Terlena Dengan Kegembiraan

            Insiden yang dialami teman-teman kami yang berada di salah satu perahu rafting adalah bagian peristiwa yang ingin kutulis dalam catatan ini.
Usai beristirahat, semua kelompok satu persatu bergerak menuju Finishing Point yang membutuhkan waktu sekitar satu jam lagi.

Kami mulai mendayung perahu karet dengan lebih bersemangat karena ada harapan untuk bisa segera sampai di titik akhir. Tetapi ternyata, berbagai rintangan yang menghadang tidak lebih ringan. Arus makin deras, sementara di banyak kelokan dan jeram ada beberapa pohon tumbang melintang.

Selama pengarungan, beberapa kelompok malah “saling serang”. Ada juga beberapa kelompok di luar rombongan kami (dari celotehannya, kuketahui mereka berasal dari Semarang). Satu sama lain menantang, memprovokasi dan berusaha menggulingkan perahu “lawan” atau menjatuhkan peserta hingga terjungkal dan tercebur ke sungai.

Tidak hanya itu, para peserta yang sudah tercebur masih “dikerjain” juga. Mereka diangkat, tetapi baru sampai di bibir perahu langsung didorong lagi dan dijungkir-balikkan kembali masuk ke air, sampai terlihat “megap-megap”. Kehebohan seperti ini bagi mereka sepertinya menciptakan rasa dahsyat dan kegembiraan tersendiri. Tetapi beberapa peserta sempat mengalami stress. Meski mereka berteriak histeris, tetap saja diperlakukan “semena-mena”.

Namun satu perahu yang membawa rombongan teman kami : Shinta, Andien, Erwan, Prapto dan Giyanto mengalami insiden.  Kelompok ini di pandu oleh Erik, sementara Arkok juga berada disitu sebagai trainer. Sebelumnya, oleh Arkok dan Erik, dilakukan beberapa kali manuver perahu terbalik untuk melatih dan uji keberanian para awaknya. Setelah berhasil, mereka merasa puas dan kegirangan untuk terus melaju menerjang arus deras dan berbagai rintangan berikutnya.

Rupanya, di tengah perjalanan mereka terlena dengan kegemberiaan. Maklum di situ ada peserta yang dianggap “primadona”. Ketika menerobos jeram liar diantara batu-batu besar di tepian sungai, tiba-tiba laju perahu tidak terkendali, terguncang hebat, akhirnya terbalik. Semua awaknya terlempar keluar dari perahu. Mereka kocar-kacir, cerai-berai terseret arus.

Erik segera menyelamatkan perahu. Erwan terseret arus cukup jauh (sampai celananya robek…), sementara Prapto dan Giyanto sekuat tenaga berusaha menyelamatkan diri, dengan berpegangan pada akar yang menjulur ke sungai. Sementara Andien yang terlihat “megap-megap” timbul tenggelam dengan cepat ditolong Arkok. Bibir Andien sedikit berdarah karena tergores oleh batu yang “dicium”-nya (?). 

Sedangkan Shinta dalam beberapa menit tidak terlihat diantara mereka.

Dimana Shinta? Ternyata saat terlempar dari perahu, Shinta terperangkap ke cekungan sungai, tenggelam, “nyungsep” di bawah akar pohon yang tumbang melintang. Ketika menyembul ke permukaan, ia tidak bisa bergerak karena terjepit dayung, akar dan pohon, sehingga yang terlihat di atas air hanya kepalanya. Shinta terus berusaha keluar dari jepitan maut itu, sambil berpegangan pada akar-akar pohon, namun rasanya sulit. Ia mencoba tetap tenang sambil bibirnya terus komat-kamit berdoa menunggu pertolongan. Bersyukur karena ia masih bisa bernafas. Setelah beberapa menit, Arkok dan Erik datang, untuk mengeluarkan Shinta dari “sarang maut” tersebut.

Menurut Shinta, usai diselamatkan, dirinya kala itu merasakan seperti berada dalam situasi terburuk sepanjang hidupnya. Shinta adalah seorang dokter. Tapi dalam situasi seperti itu, ia tak dapat berbuat banyak untuk sekedar menyelamatkan dirinya. Saat itu ia benar-benar diuji pada situasi perjuangan berat antara hidup dan mati, dalam hitungan detik dan menit. Dengan sisa tenaga dan kesadaran yang ada, ia hanya bisa pasrah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Itulah kejadian yang dialami rombongan Shinta, yang dianggap cukup ‘mengerikan’. Namun, peristiwa yang dialami bersama teman-teman di medan arung jeram itu memberikan hikmah amat berharga dalam kehidupannya.
Pertama, kita tidak boleh terlena terutama ketika dalam situasi kegembiraan.  Kedua, bahwa sebuah “kecelakaan” memang bisa diakibatkan oleh banyak faktor dan di luar perhitungan, sehingga  kita tidak boleh saling menyalahkan. Ketiga, setelah kejadian itu, tumbuhnya sebuah keyakinan dan rasa syukur yang makin besar kepada Allah SWT, Sang Pemberi Kehidupan.

***
Setelah sempat shock beberapa menit, hati Shinta dan kawan-kawan kembali tenang dan kuat untuk melanjutkan sisa perjalanan bersama kelompok lain, yang tinggal beberapa menit lagi.

Sekitar pukul 16.30 sore, kami seluruh rombongan (sembilan kelompok) berhasil mencapai titik finish dengan selamat. Kami pun berlompatan naik  ke daratan menuju ke basecamp. Kami semua bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi keselamatan dan kesehatan. Terutama diriku, yang pada awalnya sempat ‘takut’, hingga titik akhir masih dikaruniai keselamatan dan kondisi fisik yang segar bugar. Bahkan tambah fresh. Alhamdulillah.

“Shinta, Andien dan teman-teman. Apakah Anda kapok (jera) dengan kejadian itu?”, tanya Mas Arkok penuh simpatik. “Sama sekali tidak Mas. Suatu saat, kami ingin kembali ke sini,”jawab Shinta sembari tersenyum.
“Aku juga dong…” sahut Andien, manja.

***
Sore itu, di Villa Citra Elo River, kami menikmati hidangan makan minum dengan lahap setelah tiga jam lebih tenaga ini terkuras untuk mengarungi sungai Elo. 

Dari Villa Citra Elo River yang berada di atas bukit ini, pandanganku menyapu kawasan nun jauh di sana. Sungai Elo terlihat memanjang dan berkelok seperti ular naga membelah lebatnya hutan. Arus deras menerjang batu-batu besar memunculkan riak. Sinar mentari yang menerobos sela-sela dedaunan, memantulkan cahaya gemerlap di atas air yang terus bergerak mengalir.

Perlahan, senja pun mulai turun. Sebentar lagi rona gemerlap akan lenyap ditelan kegelapan. Apa yang akan terjadi, adalah sebuah misteri. Seperti hidup ini…

Suparto
#OneDayOnePost
#PengalamanPalingBerkesan



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s