Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Menuntaskan Kesetiaan Bersama Bas Betot

Wanita berusia 54 tahun bernama Peni itu terus menyusuri jalanan kampung. Ia tak menghiraukan terik mentari yang membakar tubuh mungilnya. Peluh keringat berleleran menghapus bedak dan gincu di wajahnya. Dengan senyum yang selalu tersungging dibibirnya, ia berhenti di depan setiap rumah yang dilaluinya.   Dengan memainkan alat musik “Bas Betot” sederhana, ia dendangkan lagu-lagu Jawa Campursari. “Bas Betot” milik Peni ini terbuat dari papan, berbentuk kotak yang berfungsi sebagai tabung suara, dengan lubang di tengahnya seperti gitar. Dawainya terbuat dari karet ban dalam sepeda. Ketika ditarik ( dibetot ) dawainya, akan terdengar suara   ngebas di telinga. Alat ini kemudian dinamakan ”bas betot”. Suara emas Peni yang berpadu dengan suara ketipak-ketipuk - dang-duts “bas betot” yang dimainkan dengan jemari dan telapak tangannya, melahirkan musik yang indah. Baru beberapa bait lagu dinyanyikan, uang receh senilai seratus duaratus rupiah pun diterima dari penghuni rumah. Pe

Melawan Hantu Writer’s Block

Kalu mau baca tulisan ini, jangan fokus dulu ke foto di atas, ya. Nanti dikira saya menampilkan foto hantu bernama Writer’s Block seperti dalam judul. Apalagi di foto itu terlihat beberapa orang lagi lahab menyantap makanan, nanti saya bisa kena semprot mereka, “Emang kami dikira hantu, apa?” Maksud tulisan ini sebenarnya ingin bicara soal Writer’s Block (WB) yang sering jadi hantu bagi para penulis. Writer's Block adalah keadaan ketika seorang penulis tak mampu menuangkan segala idenya ke dalam tulisan. Pikiran tetiba jadi buntu, otak rasanya kaku dan beku, seolah ada yang menghalangi keluarnya gagasan. Tak satu pun kata, apalagi kalimat atau pun paragraf yang mampu dihasilkan oleh sang penulis. Padahal udah berjam-jam jari menyentuh keybord dan mata melotot di depan layar komputer atau perangkat android, tapi ngga juga mampu menuangkan sebuah tulisan. Duh, kalo udah mengalami kondisi seperti itu, diri ini seperti orang stress,   bego . Orang Jawa bilang , “bodh

UJI NYALI DAN SELFI DI BUKIT BREKSI

Catatan   Perjalanan (Bag.2) Setelah puas berkeliling di kawasan Kraton Ratu Boko, perjalanan kami lanjutkan menuju obyek wisata Tebing Breksi.  Mendengar kata tebing, saya sudah membayangkan tempat yang menjulang tinggi secara vertikal dan jurang menganga yang “mengerikan” kalau kita berada di situ. Betulkah seperti yang saya bayangkan itu? Nah, begitu memasuki kawasan yang berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta itu, kita dapat menyaksikan pemandangan sebuah bukit yang menjulang   tinggi. Sedangkan di sebelahnya terlihat tebing kapur yang memanjang, dengan guratan-guratan di batu yang nampak indah seperti kue lapis.   Untuk menuju ke puncak bukit, kita harus melewati jalan setapak berliku dan bertrap-trap.  Seperti uji nyali, saat berada di ketinggian kemudian melihat ke bawah, jantung ini rasanya berdebar karena ngeri. Tapi, bagi sebagian besar pengunjung, justru disinilah tempat yang menantang dan bagus untuk bers

MISTERI KRATON RATU BOKO

Catatan Perjalanan (Bag.1) Mengapa banyak orang tertarik untuk mengunjungi Kraton/Istana Ratu Boko Yogyakarta? Sebenarnya ada apa di sana?  Penasaran, Sabtu (22/7/2017) lalu, kami personil “Yupitipikey”   UPTPK Sragen datang ke komplek salah satu tempat wisata sejarah yang terletak 3 kilometer di sebelah selatan Candi Prambanan itu, sekalian refreshing di akhir pekan. Mungkin yang kita bayangkan sebagai Istana itu tidak seperti yang   kita lihat sekarang. Di beberapa tempat di komplek kawasan situs yang cukup luas itu, lebih banyak kita temukan batu-batu candi berserakan. Bangunan fisik yang menggambarkan sebuah kraton/istana dengan segala kelengkapannya juga tidak utuh lagi. Namun disitulah letak daya tariknya. Karena dari keseluruhan benda-benda yang masih tersisa itu, tersimpan jejak sejarah Nusantara dimasa lalu. Ini menjadi misteri yang terus diteliti dan direnungkan keberadaannya sehingga kita mendapatkan pelajaran darinya. Selain bisa menelusuri sisa-sisa

Terapi Wirodigdo

S ebagai direktur utama di sebuah perusahaan besar,  Wirodigdo memang dianggap orang paling sukses dan bahagia di kotanya. P enghasilan puluhan juta yang diraupnya tiap bulan diinvestasikan untuk pengembangan perusahaannya. Sebagian hasil lagi ditabung di beberapa Bank sebagai keuntungan bersih, menjadi kekayaan pribadi yang utuh diluar segala kebutuhan yang ada. Uang pribadi Wirodigdo yang tersimpan di Bank lebih dari 6 milyar rupiah.   Pengusaha pribumi yang bergerak dibidang perminyakan ini punya rumah mewah. Tiga  buah mobil berbagai merk terkenal   bertengger di garasi yang mirip showroom . Di halaman belakang terhampar tanah luas seperti lapangan sepak bola. Di rumahnya ada tiga orang pembantu, dua lelaki dan seorang perempuan. Untuk menjaga keamanan komplek rumahnya, disiagakan dua orang satpam dan dua ekor anjing Herder . Dengan gebyar seperti itu wajar kalau  banyak komentar  menyatakan,  Wirodigdo ada l ah orang yang paling bahagia dan beruntung hidupnya . T

NENEK 80 TAHUN MASIH KELILING JUALAN LEPET

Usianya kini sekitar 80 tahun. Bagi sebagian besar orang, usia sekian biasanya lebih banyak berdiam di rumah. Disamping karena fisik dan pikiran yang mulai lemah, juga karena keadaan keluarga menghendakinya. Tapi bagi seorang janda bernama Tanem ini, di usianya yang sudah senja, ia masih bisa menjalani hidup dengan penuh gairah. Mbah Tanem, panggilan nenek ini, masih memiliki mobilitas cukup tinggi. Pukul 01.00 dini hari, dari rumahnya di Dukuh Canden, Desa Gabugan, Kecamatan Tanon, Mbah Tanem sudah siap di pinggir jalan. Dengan membawa dagangan sekitar 40 bungkus  Lepet yang dimasukkan dalam tenggok/bakul, Mbah Tanem menumpang kendaraan umum angkudes menuju kota Sragen berjarak 15-an kilometer. Pukul 02.00 Mbah Tanem sudah keliling menawarkan dagangan Lepet di Pasar Kota Sragen yang mulai rame pengunjung.  Sekitar pukul 10 pagi, Lepet Mbah Tanem seharga Rp. 4000,- perbungkus ini sudah habis laku terjual. Ia kemudian pulang ke rumah dengan menumpang angkudes langgg

APA SALAH PRESIDEN

Mata Jakino menatap tajam sebuah foto Presiden dalam pigura di dinding ruang tamu rumahnya. Dengan penuh kemarahan, Jakino menurunkan pigura itu. Dia menuding-nuding foto itu sambil mengomel sendiri.   “Hei Pak, jadi Presiden itu jangan pilih kasih ya. Ini apa gara-gara Samin, temanku yang Sontoloyo itu?. Dasar Samin ya Samin!” teriak Jakino. “Apa to Pak, kok nyinggung-nyinggung Presiden. Ini situasi lagi gawat, jangan bikin masalah,” sahut Marni, istri Jakino, yang berada di emperan. ”Kalu ngga pilih kasih, harusnya Presiden beli burung milik kita. Bukan burung milik Samin itu!” “Sudahlah, yang sabar dan ikhlas. Rejeki itu yang ngatur Gusti Allah. Siapa tahu lain waktu kita dapat rejeki yang lebih baik,”   hibur Marni. “Bukan itu masalahnya Bu. Ini sudah menyangkut harga diri.” “Harga diri itu makanan apa? Kalau cerita itu yang jelas to…” “Sekarang aku malu memajang foto itu,” kata Jakino sambil ngeloyor masuk rumah. Sang istri mengikutinya dengan saba