Skip to main content

Posts

Showing posts with the label BELAJAR IKHLAS

Hidup Sehat dan Bermanfaat Melalui Donor Darah

Alhamdulillah. Hari ini saya bisa donor darah yang ke-95. Dalam setiap doa sehabis Sholat, saya sering selipkan permohonan agar dikaruniai hidup yang sehat dan bermanfaat. InsyaAllah, melalui donor darah sukarela, saya merasakan hidup ini menjadi sehat sekaligus bermanfaat. Berikut ini sedikit penjelasannya. 1. Sehat Untuk bisa diambil darah tiap tiga bulan sekali harus melalui beberapa tahapan pemeriksaan fisik. Mulai dari tekanan darah (tensi), hemoglobin (hb) dan kondisi tubuh lainnya harus normal. Setelah disedot dari tubuh pendonor,  darah tidak bisa langsung dipakai oleh orang yang membutuhkan,  tetapi harus melalui proses lagi. Darah akan diperiksa lagi dengan perlengkapan yang sudah standar medis. Setiap darah yang didonorkan setidaknya akan melalui 13 pemeriksaan, 11 diantaranya untuk penyakit infeksi. Yang lain diantaranya HIV/AIDS, hepatitis C, sifilis, malaria, dan sebagainya. Jika ditemukan indikasi penyakit berbahaya, misalnya hepatitis atau HIV, m...

Bahagia Dengan Memaafkan Orang Lain

Diantara ciri orang bertaqwa adalah mampu menahan amarah dan mau memafkan kesalahan orang lain. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran [3]: 134. Perintah Allah agar memaafkan orang lain itu ternyata untuk kebahagiaan bagi yang bersangkutan. Berikut penjelasannya.  Jika kita menyimpan dan memendam kemarahan, dendam, dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, maka sebenarnya kita sedang membawa beban kebusukan dihati kita. Akan ada perasaan berat, tertekan, juga kegalauan menyelimuti hati kita. Dan ini adalah suatu penyakit hati. Oleh karena itu, dengan menjadi pemaaf, maka diri kita telah memusnahkan hasrat permusuhan yang merupakan sifat-sifat setan. Orang yang bersikap pemaaf akan menemukan kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tapi syaratnya, orang yang memaafkan itu harus menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih tersisa bekas luka itu di dalam hati, bila masih ada dendam yang membara.  Menutup p...

Ikhlas dan Hadirkan Niat Dalam Segala Hal

Keikhlasan Dan Menghadhirkan Niat Dalam Segala Perbuatan عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة] Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah ebersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatka...

Pelajaran dari Ibadah Qurban dan Haji

Peringatan Idul Adha baru saja berlalu. Dua Ibadah utama, Haji dan Qurban, telah dilaksanakan. Lantas, apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah qurban dan haji tersebut? Dari sekian banyak pelajaran, seperti diungkapkan Ustadz Rumaysho (2015), ada   beberapa hal yang dapat kita petik. 1- Belajar untuk ikhlas Dari ibadah qurban, yang dituntut adalah keikhlasan dan ketakwaan, Itulah yang dapat menggapai ridha Allah. Daging dan darah itu bukanlah yang dituntut, namun dari keikhlasan dalam berqurban. Allah Ta’ala berfirman, لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ “ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya .” (QS. Al Hajj [22]: 37) Untuk ibadah haji pun demikian, kita diperintahkan untuk ikhlas, bukan cari gelar dan sanjungan. Dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda, مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَ...

QURBAN : PUNCAK PENCAPAIAN KEIMANAN

Syariat penyembelihan hewan qurban di Hari Raya Idul Adha merupakan wujud puncak pencapaian ketauhidan/keimanan, sekaligus puncak pencapaian ketaatan dan puncak peribadatan serta puncak rasa syukur nikmat dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Rangkaian peristiwa tersebut dijalani oleh Nabi Ibrahim AS, Ismail AS dan Siti Hajar yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Kini, umat Islam diharapkan mengikuti jejak tersebut sebagai uswah hasanah, teladan yang baik dalam menjalani dan menyikapi kehidupan.  Demikian pesan Ustadz Drs. H. Sururi, ketika menyampaikan khutbah Shalat Idul Adha 1438 H, di lapangan Teguhan, Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen,  Jum'at (1/9/2017). Shalat Idul Adha yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Plumbungan bekerjasama dengan Takmir Masjid Juanda Teguhan dan Pimpinan Ranting Aisyiah Plumbungan tersebut diikuti ribuan umat Islam.  Menurut Ustadz Sururi, ada tiga sikap Ibrahim AS yang perlu kita teladani. Pert...

TIDUR NYENYAK DALAM KEHIDUPAN MBAH RESO

Rumah Mbah Reso sesudah direhab “ Sak niki kula sampun saget tilem anget mas …”  (Sekarang saya sudah bisa tidur hangat/nyenyak mas...) Kalimat itu meluncur secara spontan dari lisan Mbah Reso Pawiro (89 tahun), saat bertemu Tim MATRA, di rumahnya, Dukuh Ngampunan RT. 18, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, beberapa waktu lalu . Sebuah ungkapan singkat yang menggambarkan kondisi psikologi seorang Reso Pawiro yang sekian tahun menempati rumah tidak layak huni. Namun setelah rumahnya direhab atas bantuan Mitra Kesejahteraan Rakyat (MATRA) Sragen yang didukung banyak pihak, kini ia bersama isterinya bisa merasakan tidur nyenyak. Rumah Mbah Reso sebelum direhab “ Biasane kula yen tilem kadhemen, jogane lemah, anyep, gedheke pring wis do bolong, awak  dadi ora waras (biasanya saya kalau tidur kedinginan, lantainya tanah, lembab, dindingnya bambu sudah banyak yang berlubang, sehingga badan menjadi tidak sehat) ” kata MBah Reso menerangkan tentang kondisi ruma...

Mengapa Harus Memaafkan

Agar dapat memahami makna memaafkan, kita perlu merenungkan situasi hidup tanpa memaafkan. Menurut Ihab bin Fathi ‘Asyur (2012), hidup tanpa memaafkan melanggengkan derita psikis yang berawal dari sikap permusuhan dan keinginan mengalahkan. Biasanya sikap dan keinginan tersebut – tanpa disadari – berlatar belakang amarah, yakni suatu emosi yang menghabiskan energi mental dalam tekanan jiwa yang tak pernah berhenti. Kita terkungkung dalam penjara keinginan untuk balas dendam. Dengan dendam sebagai motif psikis, kita menginginkan orang yang bersalah kepada kita tersebut menderita. Dendam adalah keadilan instinctual yang mencuat dari alam bawah sadar. Derita menghendaki derita atas nama keadilan instinctual . Akibatnya kita terikat rantai dan berbalut kekerasan yang tidak pernah putus. Karena itu rantai derita ini harus diputus dengan sikap memaafkan. Memaafkan merupakan bagian dari ketulusan hati dalam menjalankan perintah Allah. Hal ini dapat kita pahami dalam beberapa...

Memaafkan Untuk Memadamkan Api Permusuhan

Kenapa kita sering memendam kebencian dan melihat orang lain dari sisi negatifnya? Salah satu sebabnya adalah, kita nggak mau memaafkan orang yang pernah berbuat salah kepada kita. Akibatnya, emosi negatif akan terus menghinggapi dan masuk dalam diri kita. Kalau kita sulit memaafkan kesalahan orang lain, maka kita merasa tersakiti, tertekan dan menjadi siksaan hidup. Maka untuk melepaskan semua tekanan jiwa, lupakan dan lepaskan kesalahan orang lain. Kita memaafkan mereka, agar terbebas dari segala belenggu tekanan batin. Agar kebahagiaan dan kemuliaan hidup dapat kita nikmati. Ihab bin Fathi ‘Asyur (2012) menjelaskan, memaafkan adalah hasil sebuah proses yang melibatkan perubahan emosi dan sikap terhadap orang yang melakukan kesalahan kepada diri kita. Proses tersebut berlangsung secara intensif dan penuh kelapangan dada yang berpijak pada keputusan penuh untuk memberikan maaf. Sikap tersebut berkonsekuensi hilangnya rasa dendam dan emosi negatif terhadap orang yang melaku...

Indahnya Kumpul Keluarga Ndeso

Meski hanya sekedar “kumpul-kumpul”, namun manfaatnya begitu besar. Inilah yang kami lakukan, pertemuan rutin “selapanan” (35 hari) yang dikemas dalam kegiatan “Arisan Paguyuban Keluarga Pawiro Sarono” Sragen.   Kegiatan ini menjadi sarana “temu kerluarga besar” wong ndeso yang tersebar di berbagai tempat. Temu keluarga, apalagi bisa berkumpul dalam jumlah banyak, adalah pekerjaan berat jika tidak diusahakan dengan sungguh-sungguh dan niat ikhlas. Puluhan keluarga (suami isteri dan anak-anak) bisa kumpul bareng secara rutin, sungguh luar biasa. Kami bisa berbagi rasa dan cerita serta tukar informasi. Celotehan, guyon, dan omongan bebas khas orang desa yang mengemuka saat bertemu, menjadi sesuatu yang sangat indah untuk dinikmati. Paguyuban ini berangkat dari ide sederhana. Awalnya, ada saudara yang berinisiatif untuk mempertemukan “putra wayah” (anak turun) Eyang Pawiro Sarono, agar kelak tidak mengalami putus hubungan keluarga. Dengan cara ini, anak turun kita tida...