Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2016

Kak Wuntat Hibur Ribuan Santri TPQ Sragen dan Karanganyar

Ribuan santri Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) kabupaten Sragen dan Karanganyar, Ahad pagi (30/10) dihibur oleh Kak Wuntat Wawan Sembodo, seorang Juru Kisah (Pencerita/Pendongeng) dan Trainer Nasional berasal dari Yogyakarta, dalam acara  Silaturahmi dan pawai Akbar.   Menurut ketua panitia, Paino, kegiatan yang dipusatkan di komplek Masjid Al-Ikhlas Desa Kedungwaduk, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen ini dalam rangkaian menyambut Tahun Baru 1438 Hijriyah. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Remaja Islam Masjid (RISMA) Desa Kedungwaduk, bekerjasama dengan Badan Koordinasi (Badko) TPQ Kabupaten Sragen.  Sekitar satu jam, ribuan santri dan para ustad/ustadzah serta hadirin tak beranjak dari tempat duduk untuk menyimak berbagai pesan dan pelajaran dari Kak Wuntat dalam tampilan yang menghibur. Sebagai pencerita (pendongeng) kondang, Kak Wuntat yang sekarang menjadi penasihat Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI) menyuguhkan kisah-kisah inspiratif dengan

Wakil Bupati Ditantang Macan Kerah

Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno, rupanya penasaran dengan jamu tradisional merk ‘macan kerah’ saat berkunjung di Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Selasa (25/10) dalam kegiatan “Tilik Kembang Desa’. Meski ada beberapa jamu tradisional seperti beras kencur, kunir asem, temu lawak, dong kates dan lain-lain, dia tetap tertarik dengan jamu yang terkesan ‘galak’ ini. 'Macan kerah’ berarti macan yang lagi berantem atau cakar-cakaran. Ketika mendengar nama itu, orang sudah bisa membayangkan apa yang terjadi. Nah, ketika ada yang menawarkan untuk mencobanya, orang seperti ditantang untuk membuktikan keampuhan ‘macan kerah’ itu.   “Silahkan nyoba Pak. Lima menit setelah minum, dijamin langsung   bereaksi,” kata Sri Suhanti, anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Tani Mulyo Desa Karanganyar, menawarkan kepada Wakil Bupati. “Benar nih…” kata Wakil Bupati “Ya, betul Pak!”   kata Sri Suhanti meyakinkan. “Khasiatnya apa?” “Untuk meningkatkan vitalitas

Cukup Sepuluh Pemuda Untuk Mengguncang Dunia

Upacara   peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 88 tahun 2016 tingkat Kabupaten Sragen dengan tema "Pemuda Indonesia Menatap Dunia" berlangsung Jumat (28/10) di halaman kantor Setda, dipimpin Bupati Sragen,Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Upacara diikuti para pimpinan satuan kerja, ratusan Aparat Sipil Negara, pelajar dan organisasi kepemudaan. Puluhan peserta upacara terlihat memakai pakaian adat yang menggambarkan persatuan dari seluruh elemen pemuda di Indonesia. Hadir dalam acara tersebut beberapa pejabat daerah diantaranya Wakil Bupati,   Deddy Endriyatno, Kapolres AKBP Cahyo Widiarso, Kepala Kejaksaan Negeri, Herrus Batubara dan Wakil Ketua DPRD,   Bambang Widyo Purwanto. Menteri pemuda dan olahraga, Imam Nahrawi, dalam amanat tertulis yang dibacakan Bupati Sragen menyatakan,   melalui peringatan hari sumpah pemuda tahun ini pihaknya menyampaikan salam hangat bagi tokoh tokoh pemuda di seluruh penjuru negeri dan manca negara beserta keluarga untuk tetap

Ribuan Umat Islam Sragen Menggelar Aksi Damai "Bela Islam : Tangkap dan Adili Ahok Penista Agama”

Sekitar 5000 orang yang tergabung dalam Forum Aliansi Umat Islam Sragen (FAIS), Jumat (28/10/2016) menggelar aksi damai "Bela Islam : Tangkap dan Adili Ahok Penista Agama”. Aksi damai ribuan orang yang berasal dari berbagai elemen umat Islam di Kabupaten Sragen tersebut, bergerak usai shalat Jumat dari Masjid Raya Al-Falah, berjalan kaki menyusuri jalan Raya Sukowati menuju Akun-alun di depan kantor Bupati Sragen. Yang menarik, dua tokoh Sragen, yakni Kapolres AKBP Cahyo Widiarso dan Wakil Bupati, Dedy Endriyatno, terlihat berada ditengah massa ikut longmarch . Bahkan, sesampai di alun-alun, wakil bupati juga berorasi membakar semangat umat Islam yang menyuarakan aspirasi menuntut ditegakkannya hukum terhadap pihak yang dianggap menista agama. Menurut Koordinator Lapangan Aksi Forum Aliansi Umat Islam Sragen (FAIS), Hakim Zanky, aksi damai diikuti 37 ormas Islam, pondok pesantren, takmir masjid dan beberapa elemen umat Islam lainnya seperti jamaah Salafi. Sel

WONG ORA NJOWO

Dalam norma budaya Jawa, istilah  nJawa  (dibaca :  nJowo ) dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau paham dan bisa menempatkan diri dalam situasi dan kondisi apapun. Makna yang lebih sederhana,  njowo  berarti memiliki sikap “ empan papan ”, yang terkait dengan sikap  tindak-tanduk ,  unggah-ungguh , tata karma, adat istiadat, etika atau sopan santun terhadap orang lain. Maka ketika ada orang yang tidak paham dan tidak mampu menempatkan diri secara sopan santun dan etika, dikatakan sebagai   “Wong Ora nJowo”. Ada tiga kelompok orang masuk kategori  nJowo  ini.  Pertama  orang yang  Durung nJowo , artinya belum memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang memadai, seperti ditunjukkan oleh anak kecil. Orang yang  durung nJowo , perlu diajari, dibimbing agar menjadi tahu. Kedua ,  Wis nJowo . Kelompok ini sikapnya sudah dewasa, wawasannya luas, semakin paham terhadap keadaan, tahu tentang etika sehingga mampu menempatkan diri dalam berbaga

RIBUAN WARGA IKUT JALAN SEHAT PERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA

Ribuan warga Sragen, Jum’at (21/10/2016) mengikuti kegiatan jalan sehat untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88. Jalan sehat menempuh jarak sekiar 4 kilometer dengan start dan finish di komplek Gedung Olah Raga (GOR) Diponegoro. Bupati Sragen dr.Hj.Kusdinar Untung Yuni Sukowati ketika memberangkatkan Jalan Sehat mengutip ucapan Presiden Republik Indonesia pertama Bung Karno, “Berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia,”   yang diartikan bahwa pemuda sangat berperan dalam kemajuan bangsa dan negara. Namun peranan anak muda sangat jauh lebih besar pada jaman sekarang karena tantangannya semakin berat dan bertambah seperti maraknya peredaran narkoba, minuman keras dan pergaulan bebas.  “Hal-hal negatif tersebut harus dilawan pemuda kita untuk menuju Sragen yang lebih bermartabat dan Indonesia bangkit,” tegas Bupati. Dikatakan Bupati, semangat jalan sehat merupakan salah satu sarana untuk mengingat peranan Sumpah Pemuda demi kemajuan Sragen khususnya dan

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

ATUR PANAMPI CALON TEMANTEN PUTRI BADE IJAB

Ternyata, pelan-pelan saya harus menceburkan diri kedalam tata cara adat Jawa yang semula kurang saya sukai karena serba ‘njlimet’ dan kadang terlihat tidak rasional. Padahal yang saya jalani itu baru masuk pada bagian kecil dari serangkaian adat yang merupakan bagian dari budaya Jawa. Itupun baru sebatas pada ‘tanggap wacana’ yang jelas tampak, kasat mata,   dan mudah dipelajari. Namun bagi saya masih terasa berat. Episode berikutnya dari tugas kehidupan yang harus saya jalani adalah menjadi juru bicara dari keluarga calon mempelai wanita untuk menerima pasrah calon temanten pria. ****** Inilah tugas ‘Atur Panampi saking Calon Temanten Putri Bade Ijab’. Assalamu 'alaikum wr.wb. - Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. - Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. - Panjenenganipun   Bapa Drs. NUR SUSANTO minangka sulih sarira   BapaHaji EDY SUDADI sekalian Ibu Hajah KONITUN, S.Pd. ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos sy

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li