Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Hari-Hari Menegangkan

Sepekan menjelang berakhirnya tahun 2016, hari-hari yang kulalui penuh dengan ketegangan. Terus berpacu dengan waktu menjalani semua tugas dan kewajiban di tengah situasi yang terus berubah. Antara rencana dan kenyataan di lapangan sering meleset jauh, sehingga membuat pusing kepala. Namun aku terus mencoba untuk tetap tenang mengahadapi segala kenyataan yang ada. Satu masalah belum tuntas dirampungkan, muncul persoalan baru yang menuntut penyelesaian segera. Beragam problem datang silih berganti.

Menemukan Jodoh Dalam Satu Group

Ini adalah salah satu catatan saya dalam lembaran tahun 2016 tentang teman yang bertemu jodoh dalam satu group komunitas. Dua orang anggota FLP Solo Raya, Iis Budi Hartanto yang dikenal dengan nama pena Ibudh dan Hidayatul Hasanah ( Hida ) akhir November 2016 lalu melangsungkan pernikahan. Ibudh asli Sragen Jawa Tengah, sedangkan Hida berasal dari Trenggalek Jawa Timur. Keduanya saling kenal ketika sama-sama aktif dalam kegiatan FLP. Seringnya bertemu, berinteraksi, saling mengenal, dan senasib seperjuangan, akhirnya gayung bersambut. Karena keduanya memiliki latar belakang dalam dunia kepenulisan dan punya visi hidup yang sama, ketika melangsungkan akad nikah juga berlangsung unik. Usai prosesi pernikahan Ijab Qabul, Ibudh memberikan hadiah kepada Hida sebuah buku karya Ibudh berjudul "Membaca Negeri" dan Logo FLP yang tercetak di dalam lingkaran Tampah. ***** Ibudh  Ibudh selama ini dikenal sebagai penyair jalanan. Ia banyak menulis puisi dan es

CATATAN AKHIR TAHUN 2016

Perjalanan selama tahun 2016 menorehkan banyak catatan dalam hidupku. Peran sebagai kepala keluarga, membimbing dan menemani anak lelaki untuk tumbuh kembang secara sehat, memerlukan ekstra kesabaran. Perbedaan metode dalam menerapkan pola asuh antara saya dengan istri kadang menimbulkan konflik. Namun alhamdulillah, anak kami mampu melewati masa-masa kritis dalam aktivitasnya dengan meraih prestasi Juara I Kejurkab Panahan se Kabupaten Sragen di bulan Agustus 2016. Kemudian Juara I Pekan Olahraga Kabupaten Sragen yang berlangsung November dengan dua medali emas dan satu pedali perak. Selanjutnya di bulan Desember, memperkuat Tim Futsal di kelasnya menjadi Juara II. Dibidang organisasi, tidak banyak kemajuan lantaran terlalu banyak saya ikuti. Ada yang level Kabupaten sebagai wakil ketua, tingkat kecamatan menjadi ketua majlis. Kemudian di level kelurahan ada dua organisasi yang saya pegang, masing-masing sebagai sebagai ketua dan sekretaris. Ada lagi organisasi  keagamaan di tin

RADIO BUANA ASRI TERUS MENGUDARA

Akhir tahun 2016 dijadikan momen penting bagi segenap kerabat kerja Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Radio Buana Asri Sragen untuk mempererat kebersamaan.  Mengusung tema “Selamat Tinggal 2016 Selamat Datang 2017”, Sabtu malam (31/12/2016) seluruh personil, mulai dari Dewan Pengawas, Dewan Direksi, Penyiar, dan karyawan lainnya kumpul bersama. Mereka saling berbagi rasa, bercerita dan bercanda ria dalam ikatan keluarga besar LPPL Radio Buana Asri Sragen. Komitmen untuk terus mengabdi dibidang penyiaran mengemuka dari segenap personil. Di tengah perkembangan teknologi digital yang demikian pesat dan persaingan media,   LPPL Radio Buana Asri Sragen yang dulu bernama Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) ini terus mengudara.  Berbagai strategi dilakukan untuk mampu bertahan dalam memberikan pelayanan jasa informasi. Semoga tahun 2016 menjadi berkah untuk bekal menjalani perjalanan tahun 2017 yang lebih produktif.   suparto

Refleksi Diri Akhir Tahun 2016

Tahun 2016 Miladiyah/Masehi   tak lama lagi berakhir. Hanya dalam hitungan jam, tahun 2016 segera lenyap dan tidak akan kembali. Hari ini, dalam perenungan   refleksi diri, ada tiga hal ingin kusampaikan. Pertama , ungkapan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Sang Penguasa Jagad Raya. Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin. Segala Puji hanya kepada Allah, Tuhan Penguasa Alam. Syukur atas bimbingan dan perlindungan-Nya sehingga aku bisa menjalani hidup bermanfaat dan merasakan keselamatan dan kenyamanan. Syukur karena Allah masih memberikan kesadaran untuk menjadi orang yang beragama Islam dan beriman sehingga hidup ini lebih bermakna dan punya harapan. Syukur atas segala nikmat dan anugerah Allah yang telah mengaruniakan hidup, kesehatan, dan semua fasilitas kehidupan tanpa batas. Manusia tak bisa menghitung segala nikmat Allah, baik yang terlihat maupun   tersembunyi, yang bisa dirasakan ataupun mengalir otomatis. Dan masih banyak lagi syukur, yang tak mungkin aku bisa menghit

ANAK-ANAK BUTUH KECERIAAN

Sekitar 40 santri Taman Pendidikan AL-Qur’an (TPA) At-Taqwa Plumbungan Indah, Karangmalang, Sragen, Sabtu (31/12/2016) mengikuti kegiatan Taddabur alam ( outbond ) di kawasan wisata nDayu Park Sragen. Untuk menciptakan suasana keceriaan, berangkat dari Masjid At-Taqwa menuju Ndayu Park maupun pulangnya mereka dinaikkan kendaraan Kereta Kelinci.  Kegiatan yang dibimbing oleh Ustad Ali Basyarudin ini diisi dengan berbagai kegiatan. Diantaranya permainan kelompok, cerita hikmah / dongeng oleh Kak Tono (pendongeng), bermain di alam bebas, olahraga renang dan makan siang bersama. Semua   santri terlihat bersemangat dan bergembira mengikuti kegiatan yang dimulai pukul 08.00 dan berakhir sebelum waktu dhuhur. Koordinator   TPA At-Taqwa Plumbungan Indah, Supriyadi, menjelaskan, taddabur alam ini selain merupakani rangkaian dari proses pembelajaran di luar materi formal, juga sebagai penyegaran bagi para santri setelah menjalani kegiatan rutin. “Mereka memerlukan pen

Hamka : Si Bujang Jauh

Hamka, selain dikenal sebagai Ulama besar, adalah seorang Pujangga yang sangat terkenal dalam khazanah   Sastra Indonesia. Seperti yang saya tulis kemarin, Hamka telah melahirkan ratusan karya buku dalam berbagai bidang ilmu yang hingga sekarang masih terus dibaca orang. Namun anehnya, meski dikemudian hari ia menyandang gelar akademis Professor Doktor, ia tidak pernah menamatkan sekolah dasar.  Berikut sepenggal kisah unik masa kecil Hamka, yang dalam perjalanan hidupnya memiliki semangat pembelajar otodidak luar biasa. Hamka  lahir di Kampung Molek, Sungai Batang Maninjau, Kabupaten Agam, Bukittinggi, Sumatera Barat, 17 Februari 1908. Ayahnya, Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, atau Haji Rasul, adalah ulama pembaru Minangkabau. M. Alfan Alfian (2014) menceritakan, ketika Hamka berusia enam tahun, ayahnya pindah ke Padang Panjang. Setahun setelahnya, Hamka dimasukkan ke Sekolah Desa, malamnya belajar atau mengaji Al-Qur’an dengan diasuh ayahnya sendiri

Hamka : Ulama dan Pujangga

Hamka, seorang ulama dan pujangga besar di Indonesia, meski telah meninggal dunia 35 tahun lalu, namun kiprah dan pemikirannya hingga kini masih diperbincangkan dan menjadi rujukan banyak orang. Bukan hanya oleh umat Islam, namun juga para pencinta sastra dan pencari hikmah. Hamka yang lahir di Kampung Molek, Sungai Batang Maninjau,  Kabupaten Agam, Bukittinggi, Sumatra Barat, 17 Februari 1908, dikemudian hari menjadi ulama besar, seorang pujangga dan politisi. Hamka adalah nama pena. Nama HAMKA bahkan lebih populer ketimbang kepanjangannya, yakni Haji  Abdul Malik Karim Amrullah. Dalam perjalanan hidupnya, HAMKA telah melahirkan ratusan karya intelektual berupa sastra dan berbagai tema lainnya. Beberapa bukunya  menjadi karya monumental hingga sekarang. Diantaranya, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, Merantau Ke Deli, Di Dalam Lembah Kehidupan, Menunggu Beduk Berbunyi,  dan masih banyak lagi. Bahkan Tafsir al-Azhar (30 jilid), karya utamanya, h

Bahagia Dalam Pandangan Hamka

Buku berjudul   Tasawuf Modern    karya Buya  Hamka  (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)  yang terbit Tahun 1937 (79 tahun) silam, seakan tak pernah kering untuk menjadi penyejuk jiwa bagi pembacanya. Setelah mengalami cetak ulang puluhan kali, kini buku tersebut hadir kembali dalam tampilan baru yang diterbitkan oleh Republika Jakarta. Lewat karyanya itu, Hamka bertutur tentang realita manusia mencari hakekat hidup sejati. Uraian Hamka menyentuh relung hati untuk merenungkan tentang makna Bahagia yang terus dicari umat manusia. Hamka ingin menunjukkan, hakekat bahagia itu menurut sudut pandang orang yang mencarinya, bagaimana mereka memaknainya. Namun sebenarnya, "Bahagia itu dekat dengan kita. Ada di dalam diri kita," kata Hamka. Pada bagian awal, Buya Hamka mengilustrasikan adanya tiga orang yang tengah berjalan di sebuah kota yang rumah-rumahnya indah-indah, tempat orang kaya bergaji besar. Beberapa orang duduk di muka perkarangan rumahnya bersama anak dan ist

Menjadi Yang Terbaik

Kita sering mendengar pesan yang lantang, “Jadilah Yang Terbaik.” Namun nyatanya, masih banyak orang yang merasa lebih senang mengekor kebesaran pada tokoh idolanya. Karena itu kita perlu mengubah paradigma konvesional yang mengungkung cara berpikir ini. Berpikirlah di luar ruang, dobrak kebekuan, jadilah pribadi yang terbaik. Rasulullah saw ketika ditanya tentang pribadi yang paling baik, beliau menjawab, “Yang paling bermanfaat bagi sekitarnya.” Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menjadi yang terbaik. Ini fitrah manusia. Islam adalah agama fitrah yang mengarahkan kecenderungan ini secara proporsional.   Bukan saja disuruh untuk menjadi orang baik, tetapi menjadi yang terbaik dan bermanfaat. Sebagaimana doa ‘ibadurrahman, “Ya Allah. Anugerahkan kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami, sebagai penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bag

Nikmati Suasana Malam Di Malioboro Yogya

Liburan akhir tahun kali ini saya manfaatkan pergi ke Yogya bersama keluarga. Tujuan utama adalah ingin menikmati suasana malam di kawasan Jalan Malioboro. Sebelumnya, sejak sore hari kami transit dulu di rumah saudara di Kalasan, sekitar duabelas kilometer sebelah timur kota Yogya. Usai shalat isya, kami tiga keluarga rame-rame berangkat menuju Malioboro. Tapi ya Allah, baru beberapa puluh meter mobil meninggalkan rumah saudara, sudah terhadang kemacetan luar biasa. Gerakan kendaraan ke arah barat menuju Yogya, terutama di sekitar Bandara Adisucipto padat merayap. Setelah berjuang sekitar dua jam (biasanya hanya setengah jam) akhirnya kami sampai di Jalan Malioboro. MasyaAllah, kawasan yang melegenda menjadi salah satu tujuan utama wisatawan di kota Yogya itu penuh dengan lautan manusia. Sekarang wajah Malioboro jauh berbeda dibandingkan setahun lalu saat kami berkunjung ke sini. Kini Jalan Malioboro sudah ditata sedemikian rupa menjadi sebuah kawasan pedestrian sehin

Spesial Hari Ibu Untuk Istri

Catatan tercecer di Hari Ibu 22 Desember 2016. Sejak pukul 06.00 pagi, istriku yang bekerja sebagai PNS sudah sibuk menyiapkan seragam kebaya untuk mengikuti upacara peringatan Hari Ibu ke-88 di halaman Kantor Bupati Sragen. Biasanya, dia naik motor sendiri untuk menuju tempat kerjanya sejauh dua kilometer. Tapi kali ini, dia minta diantar karena dengan pakaian kebaya seperti ini terlalu ribet jika harus naik motor sendiri. “Diantar dong..” kata istriku merayu “Iya ya. Pokoknya kali ini siap antar jemput spesial   Hari Ibu untuk istri tercinta,” jawabku (mesra....)  Dengan sepeda motor, pukul 07.00 kami berdua siap meluncur berboncengan. Tiba di halaman kantor Bupati, sudah berkumpul ratusan peserta upacara yang didominasi kaum ibu, berpakaian kebaya dengan berbagai motif dan modelnya. Sebelum upacara dimulai, mereka memanfaatkan kesempatan untuk berfotoria bersama teman maupun selfi ,   mengabadikan momen indah. Gaya mereka seperti model saat mau tampil di are

Kisah Di Balik Novel “Ketika Mas Gagah Pergi”

Ratusan hadirin yang memadati ruang seminar masjid Nurul Huda UNS Solo, Ahad (18/12/2016) siang itu seperti terhipnotis oleh suara lantang seorang wanita berjilbab bernama Helvy Tiana Rosa. Semua hadirin diam menyimak, karena tak ingin kehilangan satu kata pun ketika wanita berusia 46 tahun ini mengisahkan proses kreatif lahirnya karya novel berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi”. “Bagaimana awalnya Bunda Helvy bisa menciptakan tokoh utama Mas Gagah dan Gita, membangun konflik dan kisah pergulatan batin didalamnya, sehingga mampu menggugah kesadaran bagi para pembaca?” Tanya seorang peserta acara Bedah Novel dan pemutaran film Ketika Mas Gagah Pergi. Helvy pun bercerita panjang lebar dengan lancar, seperti memutar   kaset rekaman perjalanan yang dialami lebih dari dua puluh tahun lalu. “Novel ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ (KMGP) awalnya saya tulis dalam bentuk cerita pendek (cerpen) untuk memenuhi tugas   sang dosen ketika kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) 24 t

Nonton Film “Ketika Mas Gagah Pergi” Bersama Penulisnya

Ahad (18/12/2016), saya ikut kegiatan Bedah Novel dan Pemutaran Film “Ketika Mas Gagah Pergi” (KMGP) di ruang seminar Masjid Nurul Huda Kampus UNS Solo. Lebih dari tiga jam ratusan peserta terlihat menyimak dengan penuh semangat. Acara yang digagas oleh takmir masjid Nurul Huda UNS bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya ini menghadirkan Helvy Tiana Rosa, seorang sastrawan, penulis novel KMGP.        Helvy berkisah tentang latar belakang lahirnya novel dan gagasan mengangkatnya ke layar lebar. Film yang diangkat dari novel bestseller   dengan judul sama karyanya yang terbit 24 tahun silam ini, sudah sejak awal 2016 diputar di gedung bioskop di seluruh Indonesia. Rencana mengangkat Novel legendaris   yang sudah cetak ulang 46 kali ini ke layar lebar, menurut Helvy,   sebenarnya sudah muncul cukup lama, tetapi selalu tertunda. Pernah ada empat rumah produksi mengincar untuk memfilmkan kisah dalam buku KMGP, namun selalu kandas lantaran faktor idealisme penulis