Skip to main content

Deparpolisasi (Bag.6) : Kita Butuh Politisi


Tulisan terakhir tentang deparpolisasi kali ini, saya sampaikan gambaran mengenai peran penting politisi. 

Seperti ditulis dalam buku berjudul “Kalau Mau Bahagia Jangan Jadi Politisi”, Arvan Pradiansyah (2009), melontarkan pertanyaan menarik : ‘Sebuah Dunia Tanpa Politisi, Mungkinkah?’.

Pernahkah kita membayangkan sebuah dunia tanpa politisi? Dunia seperti apakah yang ada dalam bayangan kita? Sebuah dunia yang tenteram, damai, dan bahagia? Ataukah sebuah dunia yang boleh jadi lebih buruk daripada yang kita rasakan sekarang?

Pertanyaan inilah yang sering hadir di kepala kita, apalagi dalam situasi pemilihan umum. Menjelang pemilu legislatif, misalnya, kehidupan kita terasa lebih sumpek dan sesak. Bayangkan, ke mana pun kita pergi, pandangan kita senantiasa tertumbuk pada berbagai poster dan spanduk dari begitu banyak orang yang tidak kita kenal – dan juga tidak mengenal kita – yang menawarkan janji-janji surga. Ketika ingin santai dan menikmati siaran radio dan televisi, kita juga sering merasa terganggu oleh iklan-iklan politik yang begitu banyak. 

Lantas, dengan semua pengorbanan yang kita lakukan, apakah kita akan mendapatkan sesuatu yang setimpal? Tidak juga. Bukankah pemerintahan datang silih berganti, tetapi nasib rakyat tidak juga menjadi lebih baik? Bukankah para politisi hanya peduli pada rakyat menjelang pemilihan umum?

Kalau begitu, apa sesungguhnya manfaat yang diberikan para politisi itu bagi kehidupan kita?  Dengan kata lain, apakah politik merupakan sebuah keniscayaan atau suatu kesia-siaan?
Arvan kemudian mengutip pernyataan seorang filsuf Prancis, Andre Comte. Dalam bukunya, The Litltle Book of Philosophy (London : 2004), Andre Comte mengatakan bahwa politik adalah sebuah keniscayaan. Kita membutuhkan politik supaya konflik kepentingan (conflict of interest) dapat diselesaikan tanpa kekerasan. Kita perlu membentuk Negara bukan karena semua orang baik dan adil, justru karena mereka tidak seperti yang kita harapkan.
Politik adalah seni untuk hidup bersama dengan orang-orang yang bukan merupakan pilihan kita, orang-orang yang tidak mempunyai ikatan yang khusus dengan kita dan orang-orang yang lebih merupakan rival ketimbang kawan kita.

Politik, dengan demikian, diperlukan agar kita mendapatkan kepastian mengenai siapa yang memberi perintah, siapa yang membuat hukum dan peraturan, serta siapa yang harus menjalankannya. Tanpa politik, tidak akan ada hukum yang berlaku, dan tidak ada kekuatan yang bisa memaksa orang untuk mematuhinya.

Tanpa adanya kekuatan yang memaksa, maka akan terjadi kesewenang-wenangan, seperti halnya Israel yang melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat Palestina di Gaza. Bukankah seluruh dunia hanya bisa mengutuk dan mengecam, tetapi tidak bisa mencegah pembunuhan yang berlangsung terus setiap hari? Inilah juga yang akan terjadi tanpa adanya Negara. Thomas Hobbes menyebutkan kondisi ini sebagai natural states, yang setiap orang merupakan musuh bagi orang lain.

Kalau demikian, keberadaan Negara merupakan sebuah keniscayaan yang diperlukan untuk menjamin kehidupan dan peradaban. Di sinilah para politisi memainkan peranan yang amat penting. Dengan menjalankan negara, para politisi dapat menyuruh orang untuk berbuat baik dan melarang orang untuk berbuat jahat (amar ma’ruf nahi munkar). Inilah kelebihan mereka daripada orang-orang seperti kita. Walaupun kita semua dapat menganjurkan orang lain untuk berbuat baik, kita tak dapat memaksa mereka agar tidak berbuat jahat.

Apabila  politik dijalankan dengan tujuan seperti itu, maka ia tentu saja pekerjaan yang mulia. 

Namun sayangnya, yang terjadi tidaklah demikian. Politik lebih sering diperlakukan sebagai sebuah kompetisi untuk memenangi kekuasaaan, mengatur kehidupan orang banyak, menguasai aset rakyat, serta menggunakannya untuk kemakmuran pribadi dan golongan.

Mengapa hal ini terjadi? Menurut Arvan, ada tiga paradigma yang menjadi penyebabnya.

Pertama, adalah kecenderungan kita mementingkan diri sendiri dan keserakahan yang tidak ada batasnya. Ini didasarkan pada paradigma yang salah dalam memandang hidup. Banyak orang yang memandang dirinya hanya sebagai makhluk fisik. Oleh karena itu, ia berusaha mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, jauh lebih banyak daripada yang ia butuhkan untuk hidup. Orang-orang seperti ini tidaklah menyadari bahwa hakikat manusia adalah makhluk spiritual, dan sebagai makhluk spiritual kita kekal untuk selama-lamanya. Ketidaksadaran ini membuat kita merusak spiritualitas kita sendiri dengan mengambil sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi hak kita.
Di sinilah terletak persimpangan jalan antara politik dan kebahagiaan. Rumus terpenting dalam politik adalah mendapatkan (getting); padahal, agar bisa berbahagia, kita harus lebih banyak memberi (giving).

Kedua, banyak orang yang masih melihat jabatan sebagai kesempatan, bukan sebagai amanah. Karena itu, mereka berlomba-lomba untuk menjadapatkan jabatan kemudian memaksimalkan jabatan tersebut untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya masing-masing. Mereka juga berpikir bahwa pertangungjawaban jabatan tersebut hanyalah akan dilakukan di depan manusia – yang bisa diajak bekerja sama, bahkan dikelabui – bukan di hadapan Tuhan.

Ketiga, banyak orang berpikiran bahwa “Semua orang akan melakukan hal sama bila mereka mendapatkan kesempatan (jabatan) yang sama”. Kalaupun ada orang yang protes dan tidak setuju, sebetulnya hal itu hanya lantaran yang bersangkutan tidak punya kesempatan. Menurut Arvan, pikiran seperti itu adalah racun yang sangat berbahaya.

Wallahu A’lam…

Suparto
#OneDayOnePost

Comments

  1. Tentang yang ke tiga itu menurut bapak sendiri gimana? Bisa kah 1 orang mengubah sistem, sebuah budaya yg sudah mengakar dalam?

    ReplyDelete
    Replies
    1. - itu adalah sikap pembelaan dari orang yg sesat.
      - kita harus mencoba. melalui gerakan moral yg simultan melibatkan seluruh elemen bangsa.

      Delete
    2. Tentang yang ketiga itu, menurut saya adalah sikap pembelaan seseorang utk mencari pembenaran atas perilaku sehatnya.

      Delete
    3. Maksud saya, tentang yang ketiga itu, adalah sikap pembelaan seseorang utk mencari pembenaran atas perilaku sesat nya.

      Delete
  2. Tulisan Pak Suparto pernah muat di media cetak? Seperti koran mungkin?

    ReplyDelete
  3. Dulu waktu masih belajar di Semarang pernah bbrp kali.Honornya utk nambah biaya hidup. Tetapi setelah jadi PNS tdk pernah lagi. Bikin Tulisan hanya utk konsumsi media internal (tabloid).

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s