Namanya Sugino. Kakek berusia 72 tahun ini gerakannya terlihat lincah, bahkan untuk lari sekalipun. Penglihatan matanya masih tajam menatap dan mengincar berbagai obyek. Kamera yang terus dipegangnya, siap membidik sasaran yang diinginkan. Itulah sekilas, sosok pria yang akrab dipanggil Gino Foto ini.
Dia termasuk manusia langka, karena di usia 72 tahun, masih menekuni profesinya sebagai Fotografer Keliling yang sudah dijalani 40 tahun. Luar biasa!
Dia termasuk manusia langka, karena di usia 72 tahun, masih menekuni profesinya sebagai Fotografer Keliling yang sudah dijalani 40 tahun. Luar biasa!
***
Pak Gino bersama istrinya, Hartini, tinggal di Dukuh Ngundaan RT.2, Desa Glonggong, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. Dari ketiga anaknya yang sudah berumah tangga, kini dikaruniai delapan cucu.
Ketika ditanya bagaimana awal mula dia menekuni dunia fotografer, Pak Gino bercerita banyak.
"Pada awal berumah tangga, saya dikenal sebagai tukang sewa speaker (pengeras suara), terutama untuk orang yang punya hajatan. Waktu itu dengan perangkat sangat sederhana, power-nya kecil karena hanya menggunakan accu, tapi cukup laris," kenang Pak Gino.
Beberapa tahun kemudian, dengan usaha yang gigih, dia sudah bisa membeli mesin diesel untuk memperbesar kekuatan speaker-nya.
Nah, ketika di sebuah perhelatan (hajatan orang punya kerja), ada orang yang membawa kamera foto untuk mengabadikan acara, dia tertarik. Tak lama kemudian, dia membeli sebuah kamera foto. Dengan alat itu Gino muda mulai beraksi menjadi juru foto (fotografer) keliling dan menerima panggilan setiap saat untuk berbagai keperluan.
Masa Kejayaan
Di era tahun 1970-1980-an Gino mengalami kejayaan sebagai Fotografer andalan di wilayah Kecamatan Gondang.
Waktu itu, pemerintah gencar melaksanakan program semua warga yang sudah berusia 17 tahun diwajibkan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Untuk melengkapi keperluan ini, mereka harus mempunyai pasfoto.
Peluang ini langsung ditangkap Gino untuk memenuhi kebutuhan warga. Dia pun setiap hari kewalahan menerima pesanan pembuatan pasfoto (hitam putih) warga secara massal. Beberapa Kepala Desa dan perangkatnya di wilayah Kecamatan Gondang bahkan harus menjadwal kegiatan "Foto KTP" di tiap-tiap RT, dengan fotografer Gino.
"Waktu itu, setiap hari saya keliling dari satu lokasi ke lokasi lain untuk memotret ratusan orang. Saya benar-benar panen uang," cerita Gino sambil tertawa.
"Saya merasakan, profesi sebagai fotografer keliling waktu itu sangat istimewa di tengah masyarakat. Tapi seiring perubahan jaman, karena peralatan kamera sudah berkembang dan banyak orang sudah pinter-pinter, kegiatan saya mulai berkurang," katanya.
Namun bukan berarti Gino berhenti dari profesinya sebagai fotografer keliling. Dia melihat, masyarakat, terutama di desa hingga sekarang masih membutuhkan jasa juru foto seperti dirinya untuk berbagai keperluan. Seperti, punya kerja, ulang tahun, piknik, prosesi pemakanan, dan lain-lain.
Bagaimana untuk menyiasati persaingan di era teknologi digital sekarang?
"Kebetulan, ada dua orang anak saya kerja di Jepang. Nah, mereka membelikan kamera merk terkini untuk bapaknya yang masih mencintai pekerjaan ini. Jadi walaupun umur saya sudah tua, tapi kamera saya ini juga modern lho..." aku Gino dengan bangga.
Salut untuk Pak Gino. Meski sudah tua, tetapi tetap semangat dan terus berkarya! Semoga selalu sehat.
Suparto
Waktu itu, pemerintah gencar melaksanakan program semua warga yang sudah berusia 17 tahun diwajibkan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Untuk melengkapi keperluan ini, mereka harus mempunyai pasfoto.
Peluang ini langsung ditangkap Gino untuk memenuhi kebutuhan warga. Dia pun setiap hari kewalahan menerima pesanan pembuatan pasfoto (hitam putih) warga secara massal. Beberapa Kepala Desa dan perangkatnya di wilayah Kecamatan Gondang bahkan harus menjadwal kegiatan "Foto KTP" di tiap-tiap RT, dengan fotografer Gino.
"Waktu itu, setiap hari saya keliling dari satu lokasi ke lokasi lain untuk memotret ratusan orang. Saya benar-benar panen uang," cerita Gino sambil tertawa.
"Saya merasakan, profesi sebagai fotografer keliling waktu itu sangat istimewa di tengah masyarakat. Tapi seiring perubahan jaman, karena peralatan kamera sudah berkembang dan banyak orang sudah pinter-pinter, kegiatan saya mulai berkurang," katanya.
Namun bukan berarti Gino berhenti dari profesinya sebagai fotografer keliling. Dia melihat, masyarakat, terutama di desa hingga sekarang masih membutuhkan jasa juru foto seperti dirinya untuk berbagai keperluan. Seperti, punya kerja, ulang tahun, piknik, prosesi pemakanan, dan lain-lain.
Bagaimana untuk menyiasati persaingan di era teknologi digital sekarang?
"Kebetulan, ada dua orang anak saya kerja di Jepang. Nah, mereka membelikan kamera merk terkini untuk bapaknya yang masih mencintai pekerjaan ini. Jadi walaupun umur saya sudah tua, tapi kamera saya ini juga modern lho..." aku Gino dengan bangga.
Salut untuk Pak Gino. Meski sudah tua, tetapi tetap semangat dan terus berkarya! Semoga selalu sehat.
Suparto
Wah ... Hebatnya Pak Gino. Sudah berusia lanjut tapi tetap produktif. Memang ya, Pak Parto, orang itu kalau sudah menyintai pekerjaannya, pasti akan terus berkarya. Semoga teladan beliau menular juga pada kuta. Aamiin :)
ReplyDeleteIya betul Mbak Nova. Kita belajar dari semangat Pak Gino...
Delete