Skip to main content

Bukan Halusinasi ( Bag. 12 )


foto : google image
Hampir satu bulan keberadaan sumur pak Suto menggegerkan warga dukuh Randu.  Meski sekarang kerumunan orang berangsur menghilang, namun sumber keramaian itu hingga kini masih dibicarakan banyak orang. Dalam berbagai kesempatan, soal “misteri sumur pak Suto” tetap jadi topik hangat obrolan warung kopi.

Bahkan, sebuah Tabloid “Denyut” mengangkat fenomena langka di dukuh Randu menjadi laporan khusus. Judulnya, “Fenomena Sumur Pak Suto : Kontroversi Antara Ilusi, Halusinasi, dan Misteri”.

Kini pandangan orang diarahkan kepada sosok Suto untuk menguak “misteri sumur pak Suto” yang menggegerkan itu. 

Tetapi, benarkah hanya lelaki sederhana ini saja yang harus dipermasalahkan? Adakah tokoh lain dibalik semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

***

Flashback - I
Suto adalah anak tunggal Kromowiguna, salah seorang sesepuh – orang yang di-tua-kan di dukuh Randu.

“Jaman penjajahan Belanda dulu, dukuh ini adalah kawasan hutan Randu. Kompeni menanam pohon Randu untuk diambil kapasnya. Hasilnya diangkut ke negeri Belanda sana. Dasar penjajah, Belanda itu licik dan kejam. Menguras habis kekayaan kita. Banyak penduduk yang melawan langsung dibunuh. Pokoknya penjajah itu bikin sengsara,” cerita Mbah Kromowiguno.

Tapi Mbah Kromo tidak ingat siapa orang pertama yang menghuni kawasan ini yang kemudian menjadi dukuh Randu.

“Waktu saya datang, sudah ada beberapa orang punya rumah di sini, diantaranya Mbah Reso Sentul. Banyak yang percaya, dulu daerah ini dikenal sangat angker, dihuni hantu, genderuwo, banaspati. Ada juga setan gundul pringis, kuntilanak,   serba menyeramkan,” kata Mbah Kromo. Menurut Mbah Kromo, hantu-hantu  itu jelmaan dari roh warga yang dibantai Belanda.  Tidak semua orang berani tinggal di sini.

“Yang menyedihkan, banyak orang yang kesambet dhêmit – kena gangguan setan. Termasuk Suto, dulu sering sakit-sakitan. Otaknya agak terganggu, katanya juga kena gangguan setan. Makanya dia ngga mau sekolah,” tutur Mbah Kromo serius.

“Sampai tua segitu, sudah punya istri, walaupun kelihatan sehat, sebenarnya tingkah Suto masih kurang gênêp. Sudah saya carikan usaha kemana-mana tapi hasilnya belum memuaskan,” ujar Mbah Kromo mengenang masa lalu Suto.

***
Flashback - II
Tengah malam, Suto mendadak terbangun oleh suara ketukan pintu belakang di ruang dapurnya. Pintu itu seperti didorong-dorong oleh seseorang. Setelah pintu terbuka, ia keluar rumah. Lampu senter disorotkan ke seluruh penjuru kebun, termasuk ke sumur tua yang berada di belakang rumahnya. Namun yang ada hanya kegelapan malam. Ia tidak melihat orang yang mengetuk-ketuk pintu itu.

Kejadian serupa terulang dalam beberapa hari. Ia sering tergagap di tengah malam, karena merasa dikejutkan dengan suara ketukan pintu belakang di rumahnya. Tapi ketika dicek ke sumber suara, tidak ditemukan orang yang dicari.    

Suatu malam, samar-samar ia mendengar suara seperti ada benda yang jatuh kedalam sumur tua yang sudah beberapa tahun tidak digunakan itu. Suto merasakan bulu kuduknya berdiri. Tengkuknya dingin dan merinding.

Antara sadar dan tidak, ia melihat bayangan sosok hitam yang mendekat dan langsung membekap dirinya yang ketakutan. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan cenkeraman makhluk misterius itu, tapi akhirnya ia tersadar dari mimpinya.

Namun suara ketukan pintu dan pergulatan dengan bayangan hitam terus menghantui pikirannya.  Suto melamun, menerawang entah  kemana. Pikirannya kalut, bingung. Suto makin linglung. Pandangan matanya kosong. 

Sampai suatu siang, ketika Suto berada di dekat sumur di belakang rumahnya, mendadak ia mendengar suara aneh.  Suara itu diyakini berasal dari dalam sumur tua miliknya. Suto pun berlari memberitahu Midin, tetangganya.

“Din.  di sumur milikku ada suara tangis seseorang yang diselingi suara seperti orang ngorok sewaktu tidur. Kadang-kadang suaranya berubah seperti tangis bayi,” kata Suto terbata-bata.

Midin tidak langsung mengecek dulu ke sumur yang dimaksud Suto. Tapi malah meneruskan kabar itu ke beberapa tetangga, diantaranya Saidi, Mbah Sonto dan Sukimin. Mereka berempat kemudian menuju sumur tua untuk mengecek kebenaran cerita Suto. 

Dari bibir sumur tua sedalam 15 meter itu, mereka bergantian mengamati air di kedalaman dasar sumur. Hasilnya, mereka tidak mendengar suara yang dimaksud Suto. 

Tetapi mengapa, sejak saat itu, kabar sumur Suto yang mengeluarkan suara seperti orang tidur ngorok atau suara tangis bayi, terus dan terus meluas?

Orang berdatangan untuk membuktikan kabar tersebut. Kabar dari Suto dan disebarkan oleh Midin, terus mengelinding bagaikan bola salju. 

Kabar “Misteri Sumur pak Suto” pun menjadi sebuah fenomena yang tak terbendung.

Sifat manusia, setiap ada kerumunan orang selalu menarik perhatian untuk ikut mendatangi dan terlibat di dalamnya. Mereka bertemu secara kebetulan di suatu tempat dan tidak saling mengenal. Namun punya tujuan yang sama, ingin mengetahui obyek atau kabar yang belum jelas.


***

“Kalau kita baca cerita tentang Suto, kayaknya dia itu mengalami situasi yang disebut halusinasi,” kata Inet, saat mendiskusikan fenomena ‘misteri sumur Suto’  dengan temannya, Nia, di ruang Perpustakaan kampus.

“Halusinasi? Aku kurang tahu soal itu. Kalo soal Jin, aku malah paham,” kelakar Nia.

“Menurut beberapa referensi, halusinasi itu gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada saat dia sadar. Ia merasakan, mendengar atau melihat sesuatu, padahal obyek tersebut sebenarnya tidak ada." Inet mencoba menjelaskan makna halusinasi berdasarkan referensi yang pernah dibacanya. 

“Kalau gitu yang dialami pak Suto bukan halusinasi dong. Dia kan ngga sadar?” sergah Nia, cewek berkacamata ini. 

“Yang dia alami keknya jenis halusinasi pendengaran (auditif). Dia merasa mendengar suara-suara, padahal ngga ada apa-apa." Inet masih bertahan pada pendapatnya. 

“Apa mungkin yang dialami pak Suto itu hanya ilusi ya?  Sesuatu yang hanya dalam angan-angan, khayalan gitu.”

“Ah. Entahlah, bikin pusing. Soal halusinasi atau ilusi itu kan menurut perkiraan kita. Bagaimana kondisi sebenarnya, tidak bisa hanya dikira-kira. Kita mesti tahu lebih dalam mengenai kepribadian pak Suto. Atau, Nia punya pandangan lain?”

“Kalau aku sih malah tertarik mengkaji tentang sisi yang lain. Tentang warga yang masih mempercayai takhayul, atau Jin, misalnya. Juga soal perilaku masyarakat yang mudah terpengaruh oleh desas-desus.”

“Tentang pak Suto itu lho. Kesimpulannya gimana?” 

“Aku pernah dengar, Pak Suto dulu katanya mengalami depresi berat. Tapi penyebabnya apa, aku kurang tahu,” kata Nia.

***

Mendung di siang itu menyelimuti langit dukuh Randu. 

Sebuah mobil berhenti di depan rumah Suto. Seorang lelaki berpeci turun dari mobil, disusul seorang wanita berhijab. Mereka suami-isteri. Kedua orang tersebut langsung masuk ke rumah Suto setelah mengucapkan salam.

“Assalamu ‘alaikum."

“Alaikum salam. Hee, pak Mantri dan Ibu. Monggo….” Suto menyambut tamunya, Mardikun, yang dikenal sebagai Mantri Kesehatan. 

Poni, istri Suto ikut menyambutnya. Mereka berempat kemudian ngobrol sambil duduk lesehan di lantai ubin yang beralaskan tikar.

“Pak Mardikun kok lama tidak kelihatan,” tanya Suto yang diiyakan isterinya.

“Ya, kami baru pulang dari melaksanakan Umrah di Mekah."

“O gitu..”

“Begini bapak dan Ibu Suto. Kami baru dengar kemarin tentang kejadian di dukuh Randu tentang pak Suto. Makanya kami langsung ke sini,” kata Mardikun menjelaskan. 

“Lha iya, bagaimana ini, Pak," sahut istri Suto.

“Pak Suto sudah empat bulan kok tidak menemui saya?”

Nggih  Pak Dikun,,,” kata Suto sembari menganggukkan kepala. 

“Kan dulu sudah saya pesan, dua bulan lagi harus kontrol....”

“Saya lupa Pak...”

“Nah, itu. Pak Suto terlambat kontrol. Besok saya antar ya...”

“Nggih Pak Dikun....”

***

Mardikun langsung bisa menyimpulkan tentang ulah Suto yang menggegerkan keluarga, tetangga dan orang-orang se kampung, bahkan daerah lain

Sejak dua tahun lalu, Mardikun sering diminta bantuan isteri Suto untuk mengantarkan suaminya ke “rumah sakit khusus” karena sering bertingkah aneh.

-       Tamat  -
#OneDayOnePost
Suparto 

Comments

  1. Oalah..pak suto ternyata yang depresi tho

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Semoga tidak penasaran lagi. Terima kasih telah mengikuti sampe akhir cerita

      Delete
  3. Oalaaaahh...ternyata... hehe...ending yang oke Pak! Tidak pernah terpikirkan oleh pembaca. Keren!

    ReplyDelete
  4. Oalaaaahh...ternyata... hehe...ending yang oke Pak! Tidak pernah terpikirkan oleh pembaca. Keren!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang nulis aja tadinya juga gak kepikiran ke situ..

      Delete
  5. Ternyataaaa...
    Pak suto, pak sutoooo...
    Obatmu entek toh..hehehe..
    Jempol 5 buat mas parto!

    ReplyDelete
  6. Ternyataaaa...
    Pak suto, pak sutoooo...
    Obatmu entek toh..hehehe..
    Jempol 5 buat mas parto!

    ReplyDelete
  7. Baru baca endingnya hari ini ...
    Dasar Suto, telat kontrol jadi kumat :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s