Skip to main content

Bukan Halusinasi ( Bag. 7 )


Sesuai rencana, Guritno bersama perangkatnya mendatangi rumah Suto. Melihat kedatangan Guritno, puluhan warga yang berkerumun itu berebut menyalami Kepala Desa yang simpatik itu. Beberapa orang dari luar desa yang belum mengenalnya juga mendekat Guritno.

“Selamat Siang Pak Lurah..” beberapa orang menyapa.
“Selamat Siang. Gimana kabarnya. Sehat semua kan.?” Sapa Guritno.
Nggih Pak Lurah…”

Guritno langsung menuju lokasi sumur tua milik Suto. Ia segera melongok ke dalam sumur seperti yang dilakukan warga. Ia berkali-kali melongok ke lubang sumur yang berkedalaman 15 meter. Sesaat kemudian, ia melihat ke sekeliling, mengamati puluhan rumpun pohon bambu yang tumbuh subur di pekarangan Suto.

Beberapa orang yang menyaksikan gerak gerik Kepala Desa itu saling berpandangan dan berbisik satu sama lain. Mereka menerka apa yang akan dilakukan pemimpin desa itu. Diantara mereka ada yang memberanikan diri bertanya dan usul kepada Guritno.

“Bagaimana pak.. Apa betul ada suara orang menangis di dalam sumur?”

“Sebaiknya kita cek ke dasar sumur saja pak..!”

“Situasi desa kita makin ramai dan sulit dikendalikan…”

“Tenang bapak-bapak. Kita jangan gegabah. Saya akan segera koordinasi dengan pihak-pihak yang berkompeten untuk mengatasi semua ini,” Guritno menanggapi berbagai pertanyaan dan rasa penasaran warga.

***
Guritno, pria berumur tiga puluh tahun ini, seorang sarjana berpikiran modern, tapi menjalani hidup dengan sederhana. Ia memenangkan pemilihan kepala desa tiga tahun lalu tanpa melibatkan botoh (bandar judi). Tidak seperti yang biasa terjadi di tempat lain, kepala desa yang terpilih bukan faktor kualitas, tapi karena peran para pembotoh. Memang ironis, pesta demokrasi tapi nyatanya selalu menjadi ajang taruhan para bandar judi.  

Untuk pertama kalinya, desa ini dipimpin orang yang berusia muda, dan bergelar sarjana lagi. Makanya, ia menjadi tumpuhan harapan hampir tiga ribu rakyat desa yang dipimpinannya. Namun meski tidak mudah, Guritno sudah bertekad untuk berjuang mengubah kondisi desanya kearah lebih maju.

Melihat karakter warganya, dan belajar dari para kepala desa sebelumnya, Guritno ingin menjalankan prinsip kepemimpinan egaliter.

“Saya harus menjadi pemimpin yang mampu mendudukkan diri sebagai kawula. Menjadi pelayan rakyat, bukan sebagai penguasa. Yang mampu memposisikan diri sebagai bagian dari rakyat kebanyakan. Ini tantangan berat bagi saya,” Guritno berpikir mengenai ilmu yang akan dipraktekkan dalam kehidupan nyata. 

***
“Pak Suto!” tiba-tiba Guritno berteriak memanggil Suto.
Nggih Pak Lurah..” Suto mendekat Guritno.
“Ayo masuk ke dalam rumah pak Suto. Kita ngobrol-ngobrol di sana ya ...?”
Nggih Pak Lurah...”

Sebelum dipersilahkan duduk, Guritno sempat melihat-lihat kondisi  rumah Suto yang sangat sederhana. Di ruang tamu hanya ada empat kursi dan satu meja kayu. Lantai ubinnya sudah banyak mengelupas. Pada dinding rumah yang terbuat dari papan kayu yang sudah kusam, tergantung dua pigura. Satu pigura berisi foto ayah ibu Suto, dan satunya lagi foto Suto bersama istri dan anaknya waktu acara perikahan keluarga.

Setelah duduk berdua, Guritno menyodorkan sebungkus rokok dan korek api kepada Suto. Guritno sendiri sebenarnya tidak merokok. Tapi kemana-mana sering membawa satu dua bungkus rokok beserta korek api untuk diberikan warga.

“Nih, ngrokok dulu….”

“Nggih matur nuwun,”

Mereka berdua ngobrol santai dan akrab. Tidak ada jarak. Sesekali diselingi guyonan khas wong cilik. Setelah suasana cair, Guritno mulai mengorek keterangan dari Suto secara detail. Guritno juga mendalami persoalan batin pria yang sudah lama dikenalnya ini. Sementara isteri dan anak Suto berada di ruang belakang. Setelah hampir satu jam ngobrol, Guritno pamit.

“Pak Suto. Karena waktunya sudah siang, saya pamit dulu. Lain waktu saya ke sini lagi,

Nggih  Pak Lurah….

“Ini sekedar untuk beli rokok…” kata Guritno sambil menyerahkan amplop berisi uang.

Keluar dari dalam rumah Suto, pikiran Guritno dipenuhi berbagai pertanyaan. Ia merasa belum bisa mendapatkan jawaban tentang misteri sumur itu. Banyak hal yang aneh dari keterangan Suto. Lebih aneh lagi dengan perilaku masyarakat yang begitu gampang terpengaruh oleh omongan orang yang belum jelas.

Guritno melihat, kebanyakan orang yang datang melihat sumur milik Suto itu hanya mendengar cerita yang sepotong-sepotong.  Cerita itu kemudian berkembang menjadi gossip atau rumor.  Kalau sudah terjebak ke ranah rumor, maka yang terjadi adalah informasi yang bias. Orang dapat mengurangi, menambah, atau mengubah informasi yang diterima menurut persepsinya.  
***
Sementara itu beberapa warga memanfaatkan situasi tidak menentu ini menjadi ajang mencari tambahan rejeki.

“Kita harus bisa menyulap situasi ruwet menjadi peluang bisnis brooo,” ujar Gondo, tokoh pemuda setempat yang pernah berpengalaman 6 tahun hidup di Jakarta. Gondo menggerakkan warga untuk berjualan minuman dan makanan kecil, membuka layanan parkir kendaraan, dan menjual Koran yang memuat berita tentang misteri sumur pak Suto.

Kepala Guritno agak pusing ketika menyaksikan lalu-lalang manusia yang mendatangi sumur pak Suto makin banyak.

“Ini fenomena aneh. Nggak masuk akal !!” Guritno bergumam.


Bersambung

#OneDayOnePost
Suparto 

Comments

  1. Mungkinkah ketukan pintu itu karena angin.?

    ReplyDelete
  2. Masyarakat memang cepat terpancing dengan hal-hal seperti itu.

    ReplyDelete
  3. Hmm.. fenomena yah pak... orang indonesia...

    ReplyDelete
  4. jangan jangan suara itu datangnya dari pohon bambu dekat sumur ya, pak

    ReplyDelete
  5. jangan jangan suara itu datangnya dari pohon bambu dekat sumur ya, pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ini masukan bagus utk pak lurah. Nanti aku sampaikan

      Delete
  6. Aku kasihan sama Pak Lurahnya, Bisa jadikan ada binatang yang nyebur ke sumur.

    ReplyDelete
  7. Baru bisa baca, udh saya ikutin part 1 hingga 7.
    Ceritanya mengalir, bahasanya renyah. Tetapi tetap kuat genre horornya.
    Serem pak.
    Keren.

    ReplyDelete
  8. Baru bisa baca, udh saya ikutin part 1 hingga 7.
    Ceritanya mengalir, bahasanya renyah. Tetapi tetap kuat genre horornya.
    Serem pak.
    Keren.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s