Skip to main content

Pengamalan Jadi Ketua RT (Bag. 3) Memimpin Dengan Hati



Oleh Suparto

Apa yang saya bayangkan ketika awal terpilih menjadi Ketua RT, enam tahun lalu, yakni munculnya berbagai problem di masyarakat, terbukti. Memasuki bulan keempat, dalam suatu pertemuan rutin, seorang warga berbicara keras yang membuat saya tersentak.

“Pak RT. Di kampung ada masalah kok dibiarkan saja,” katanya,  agak sinis.
“Ya. Ada apa, silahkan disampaikan,” sela saya.
“Di rumah pojok jalan itu Pak. Sudah beberapa hari untuk kumpul-kumpul sampai jam sebelas malam, ramai sekali. Ada banyak tamu dari luar tidak jelas identitasnya, menggangu lingkungan. Tolong diperingatkan. Pak RT harus tegas. Kalau perlu malam ini kita bersama-sama menggerebek dan mengusir mereka,” ujarnya bersemangat.

“Betul Pak. Mereka mencemarkan nama baik kampung kita,” sahut yang lain. Beberapa orang lagi terlihat saling berbisik untuk membenarkan pernyataan di atas.



Saya tersengat mendengar laporan wargatersebut. 
Kepala terasa pusing dan mata berkunang-kunang seperti habis kena tempeleng. Dada  sesak. Namun saya berusaha menahan emosi, tetap bersabar.
“Ya, terima kasih informasinya,” kata saya sambil menarik dan menghembuskan nafas pelan-pelan untuk menenangkan diri. Keadaan hening sejenak. Dalam beberapa menit, saya masih terdiam, menyusun kalimat untuk menanggapi keterangan warga tersebut.
“Baiklah bapak-bapak. Sebelumnya saya mohon maaf karena selaku ketua RT kurang peka terhadap situasi dan kondisi kampung kita,” kata saya mengawali tanggapan.
“Malam ini juga, selaku ketua RT saya akan melakukan pendekatan dengan keluarga pemilik rumah itu. Tolong saya nanti didampingi dua orang saja. Satu dari seksi keamanan, seorang lagi sesepuh – penasehat kampung kita,”
“Sebaiknya yang mendampingi Pak RT jangan hanya dua orang Pak. Kita geruduk saja beramai-ramai. Biar mereka jera...!”
“Ya. Saya siap di depan untuk melabraknya...karena mereka sudah keterlaluan....”
Suasana sedikit tegang. Mereka “saur manuk” – saling melempar tanggapan tanpa ujung pangkal.
“Maaf Bapak-bapak semua. Saya minta waktu sejenak untuk berbicara,” kata saya dengan nada tinggi tapi tetap menjaga ketenangan. Mereka pun diam semua.
“Begini. Saya akan segera ke sana dan bertanggungjawab penuh untuk menyelesaikan permasalahan ini. Tetapi sekali lagi, tolong hanya didampingi dua orang seperti yang saya sebut tadi. Kenapa? Kalau beramai-ramai nanti akan timbul masalah baru.”
Saya melanjutkan, “apabila hanya menyangkut penghuni rumah mungkin tidak bermasalah. Tetapi terhadap para tamu dari luar itu, jika digeruduk akan tersinggung, kemudian bikin keributan. Yang lebih parah lagi, bisa jadi di lain waktu mereka mengajak kelompoknya untuk membalas tindakan kita. Ini berbahaya! Sudah banyak kejadian seperti itu di daerah lain!”
“Ya setuju. Kita percayakan kepada Pak RT saja..”  sahut beberapa orang yang hadir malam itu.
Nggih monggo... kalau gitu. Kita manut saja. Yang penting ada solusinya...” sambung yang lain. Kali ini nada mereka sudah menurun.
  
Usai pertemuan, saya ditemani dua orang langsung menuju rumah dimaksud, namanya Bu Yani. Rumah seorang Janda 45 tahun,  tinggal bersama seorang anak lelakinya. Saat kami datang, masih ada dua orang tamu. Sedang empat orang tamu lainnya sudah pulang.
Janda itu sejak sepuluh tahun lalu sebenarnya nikah siri dengan seorang guru. Sang suami beberapa tahun sempat tinggal bersama di rumah tersebut. Namun sekitar lima tahun terakhir tak pernah terlihat lagi di situ. Sejak itulah anak lelakinya yang lulusan SMK itu sering bikin ulah. Mengundang teman-temannya dari luar tanpa mengenal waktu.
“Maaf Bu. Kedatangan kami mau menyampaikan hasil pertemuan warga. Intinya, dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, semua warga diminta mematuhi aturan yang berlaku. Diantaranya menerima tamu dari luar tidak boleh melebihi jam sepuluh malam. Disamping itu, kita harus saling menjaga ketenangan. Jangan sampai mengganggu lingkungannya,” kata saya.
“Ya Pak. Kami minta maaf kalau selama ini mengganggu tetangga. Nanti saya sampaikan kepada anak-anak,” kata Bu Yani.
Setelah bertemu Bu Yani, kami segera pamit. Namun kami sempatkan menengok anak lelakinya di ruang sebelah, yang masih ngobrol dengan dua orang temannya. Kepada mereka, sambil guyon saya sampaikan hal yang sama.
“Tolong ya Mas Mukidi. Ikut jaga kampung kita. Teman-temanmu bermain ke sini ndak apa, yang penting saling menjaga ketenangan…”
Nggih Pak….” kata mereka serempak.

Alhamdulillah, dengan pendekatan manusiawi, dari hati ke hati, semuanya berjalan damai. Tidak ada keributan. Tidak ada yang tersinggung. Begitu juga dalam beberapa bulan kemudian, rumah itu tidak lagi untuk kumpul-kumpul orang yang tidak jelas identitasnya. 

Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s