Skip to main content

Catatan Perjalanan (2) Menit-menit Menegangkan


Khikmah Al-Maula


Begitu MC memberikan tanda akan dimulai acara, seluruh peserta di ruangan itu terdiam. Apalagi ketika MC menyatakan, “Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Seluruh hadirin dimohon berdiri,” semuanya dengan sigap mengikuti aba-aba dirigen. Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, seluruh hadirin duduk kembali. Dilanjutkan dengan pengantar panitia yang disampaikan anggota Komisi Penyiaran Indonesia(KPID) Jawwa Tengah, Asep Cuwantoro.

Acara berikutnya adalah sambutan ketua KPID Jateng, Budi Setyo Purnomo, sekaligus membuka acara secara resmi.

Pengantar Asep dan sambutan Budi Setyo tak banyak masuk dalam otakku, lantaran masih dipenuhi dengan pesan Inet, sang Khikmah Al-Maula. Baru ketika MC memberitahukan, “sesi inti pada sore ini akan tampil nara sumber Bapak Juli Wantoro, Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen,” aku mulai konsentrasi pada acara.

Komisioner KPID Jateng

Saat moderator, Setyawan Hendra Kelana, menyodorkan microphone kepada Juli yang duduk di sebelahnya, Juli memilih berdiri dan mendekati peserta. Juli tampil percaya diri sambil berjalan mondar-mandir diantara meja peserta berbentuk U.


“Saat ini saya membayangkan seperti Prof. Sahetapy atau Karni Ilyas dalam acara ILC di TVOne. Boleh kan?” kata Juli mengawali perkenalan dirinya. 

Ternyata kata-kata Juli mampu menyihir peserta. Apalagi ketika dia membuka layar LCD yang terpampang adalah dua pertanyaan dan gambar yang provokatif, seolah merendahkan substansi kajian.

“Masalah Badan Hukum? Kelembagaan? Ojo Di Pikir.” Di pojok layar muncul gambar seorang nenek renta tersenyum sembari dua jari tangan kanannya menjepit sebatang rokok yang masih mengepulkan asap yang membentuk tulisan : “Wong Urip Iku Pancen Nikmat. Ora usah digawe mumet.

Yang lebih “menjengkelkan” peserta, Juli menyebut kajian yang dipaparkan itu sebagai langkah “menyampaikan masalah."

Juli Wantoro

"
Saya hanya penyaji masalah. Bukan penyaji makalah,” katanya.

Ternyata memang benar, sekitar 30 menit berbicara, dia lebih banyak mengungkap masalah status Badan Hukum Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Lokal yang belum jelas.


“Ini hasil kajian yang perlu saya ungkap dan mari kita sikapi bersama!” tegasnya.

Apa yang diungkap Juli, tak ayal menimbulkan diskusi hangat.

Diskusi yang berlangsung hingga pukul 17.30 sore itu tidak bisa menuntaskan masalah karena arahnya ingin memberikan bahan masukan kepada KPID Jateng untuk ditindaklanjuti dengan menyampaikan kepada lembaga yang lebih tinggi di Jakarta. 

Acara diskusi di lanjutkan pukul 19.00 malam dengan menampilkan pembicara dari Surakarta, yakni Hary Wiryawan, seorang pakar hukum dan praktisi penyiaran serta mantan anggota KPID Jateng dua periode.

***
Saat Isoma (istirahat, sholat dan makan), kembali ingatanku melayang ke Inet (iya...kenapa sih..)? Maksudku, aku mau memberitahu dia besok kira-kira bisa ketemunya jam berapa, biar bisa mengatur waktu. 

Namun belum sampai niat itu kesampaian, muncul persoalan yang betul-betul membuat kepalaku seperti mau pecah.
---

“Mas. Maaf saya tidak bisa mengikuti acara sampai besok. Malam ini saya harus pulang Sragen karena ada hal penting,” kata mas Juli mendadak.

“Ya, monggo. Saya di sini sampai besok. Disamping materinya sangat penting, saya ada acara ketemu teman,” jawabku tenang.

“Kalau gitu, kami segera persiapan untuk pulang,” lanjut mas Juli.

“Oke. Hati-hati ya…” pesanku menyakinkan. Beberapa menit kemudian, usai makan malam, hp ku bergetar. “Dari Inet kali,” pikirku. Ternyata bukan.  

“Bapak agendanya malam ini apa. Ini mau telpon dulu. Penting sekali. Masalah keluarga,” sebuah pesan dari Sragen muncul. Belum sempat aku menjawab, hp ku mati. Ternyata battery ngedrop. Aku bingung, tegang. Aku harus mengambil keputusan segera.

“Kalau pulang besok, jangan-jangan ada masalah krusial di rumah. Kalau pulang malam ini, aku kehilangan dua kesempatan yang tidak bisa diganti dengan apapun, yakni ketemu Inet dan tidak mengikuti diskusi dengan materi panting,” pikirku yang diliputi kebimbangan. Sementara mas Juli sudah siap dengan bawaannya untuk segera kembali ke Sragen.

Ditengah ketegangan itu, aku minta mas Juli berkenan menunggu barang setengah jam dulu di ruang lobby hotel.

“Saya mau shalat dulu, mas. Setelah itu, saya putuskan ikut pulang mas Juli mala ini, atau pulang besok pagi,” pesanku.

“Oke. Siap …” kata Juli.

***

Di mushala sempit milik hotel yang hanya memuat tiga orang itu, aku shalat dengan khusu’. Kupanjatkan doa memohon petunjuk kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan, atas segala persoalan yang kualami. Setelah berdoa,  berangsur-angsur pikiranku tenang, setenang samodra tanpa gelombang.

Selanjutnya aku putuskan untuk segera pulang ke Sragen. Sementara yang tetap tinggal di Pekalongan hanya seorang temanku,  yakni dirut LPPL Sragen. Dia memang punya kepentingan langsung dengan acara ini.

Hp yang sedari tadi ku chass dengan powerbank sudah mulai hidup lagi. Dengan hati agak berat, kutulis pesan untuk Inet.

“Maaf, ya. Dengan sangat menyesal dan mohon maaf, saya harus pulang duluan ke Sragen. Untuk kopdar terpaksa belum bisa terlaksana. Sekali lagi mohon maaf, ya….”

“Wah sayang sekali, iya gapapa Pak, mungkin lain waktu bisa.”

“InsyaAllah. Makasih, ya.”

“Sama-sama, Pak.”

Setelah itu, hpku kembali mati. Dan lebih sedih lagi, battery powerbank-nya ternyata juga drop. Artinya, sejak detik itu aku tidak bisa lagi berkomunikasi keluar dengan siapapun.

***
Pukul 19.00 kami bertiga keluar dari pelataran hotel. Di tengah guyuran hujan deras yang menghalangi pandangan, kami tinggalkan kota Pekalongan. Meski hanya kusinggahi sebentar, Kota ini telah menorehkan catatan dalam hidupku.  Catatan tentang seseorang…..

(masih ada bahan, tapi mau lanjutin waktu habis…)



Comments

  1. Tulisan bapak baguus, saya ngiri, hehehe,

    ReplyDelete
  2. Tulisan bapak baguus, saya ngiri, hehehe,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Padahal saya ngiri sama teman2 lho, juga sana mb Lisa.

      Delete
  3. Nyaris sempurna pak. Minim typho.
    Jurnalis ODOP ini Jenengan pak.

    ReplyDelete
  4. Panjang dan minim typo Pak...
    Alurnya mengalir juga...

    Semoga lain waktu bisa bertemu, Hehe...

    ReplyDelete
  5. hahahaha. endingnya tidak bertemu yah pak ? sayang sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. tak seperti rencana dan bayangan awal ya...
      belum ketemu aja udah jadi cerita...

      Delete
  6. Replies
    1. aamiin. semoga bisa mengangkat nama teman2 ODOP ke kancah dunia
      hingga akhirat...

      Delete
  7. tulisan bapak selalu memberi pengalaman baru

    ReplyDelete
  8. Hehehe....gak happy ending ya ceritanya Pak. Tapi asyik. Seruuu..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s