Skip to main content

Belajar Menikmati Ujian Hidup

 

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang telah mengaruniakan kepada kita beragam nikmat dalam hidup kita. Meskipun banyak di antara nikmat itu yang seringkali tidak kita sadari kehadirannya. Termasuk di antaranya nikmat dalam bentuk ujian dan musibah yang ditakdirkanNya dalam kehidupan kita.

Hidup kita yang singkat ini tidak mungkin akan terlepas dari rangkaian ujian dan musibah. Mengapa? Karena tabiat dan karakter kehidupan dunia ini memang seperti itu adanya. Dunia adalah Darul Ibtila’, sebuah negeri dimana ujian dan musibah silih berganti kehadirannya. Apalagi jika kita telah memilih komitmen untuk beriman kepada Allah dan RasulNya.

Allah SWT mengatakan:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan menyatakan: ‘Kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji? Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka niscaya Allah pasti mengetahui orang-orang yang jujur (dengan komitmen imannya), dan Dia pasti mengetahui orang-orang yang berdusta (dengan komitmen imannya).” (QS. al-‘Ankabut ayat 2-3).

Karena itu, manusia yang paling berat ujiannya di dunia ini adalah mereka yang berada di puncak penghambaan dan ketaatan pada Allah Ta’ala. Itulah sebabnya, manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan Rasul, kemudian yang paling mendekati dan mengikuti mereka. Rasulullah Saw. bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي البَلَاءِ

"Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian para orang shalih, kemudian yang paling menyerupai mereka. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka jika agamanya kuat, akan ditambah pula ujiannya." (HR. Tirmidzi).

Maka, kita takkan mungkin berlari dan menjauh dari ujian dan musibah itu selama kita masih berada di dunia ini. Sehingga langkah yang paling tepat bagi kita adalah bagaimana kita selalu belajar menikmati ujian dan musibah itu sebagai sebuah karunia dari Allah Azza wa Jalla.

Untuk itu, kita harus merenungkan beragam hikmah dan manfaat di balik kehadiran setiap ujian dan musibah itu. Di antaranya adalah:

Pertama, ujian dan musibah itu akan selalu mengingatkan kita tentang betapa Mahabesar dan Mahakuasanya Allah Ta’ala, serta betapa mahalemah serta maha tidak berdayanya kita sebagai makhluk ciptaanNya. Karena tanpa ujian dan musibah dalam hidupnya, manusia akan lupa bahwa ia adalah makhluk yang payah dan lemah, lantaran pencapaian-pencapaian dunia yang ia dapatkan.

Karena itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah ketika menjelaskan tentang kekalahan kaum muslimin dalam Perang Uhud di zaman Rasulullah Saw, beliau menjelaskan bahwa salah satu “manfaat” dari kekalahan itu adalah bahwa Allah ingin agar para kekasihNya itu dapat menunjukkan bulatnya penghambaan, ketundukan, kepasrahan dan ketaatan mereka pada Allah; baik di kala senang maupun susah, di kala menang maupun saat kalah!

Sebab seorang hamba yang sejati adalah yang memilih untuk menghamba dan tunduk-taat pada Allah di seluruh kondisi dan episode hidupnya di dunia. Hamba yang sejati tidak pernah memilih untuk tunduk beribadah pada Allah saat senang dan lapang saja. Atau sebaliknya, hanya datang pada Allah saat sempit dan terhimpit. Tapi saat berkelimpahan, ia menjauh dari Allah dan asyik dengan dunianya.

Kedua, ketika Allah menimpakan ujian dan musibah pada kita, maka itu artinya Allah masih memberikan kesempatan pada kita untuk kembali padaNya dan memperbaiki jalan hidup kita. Karena kita tidak pernah ragu bahwa penyebab utama hadirnya ujian dan musibah itu adalah dosa dan kesalahan kita sendiri.

Maka, ujian dan musibah itu adalah kesempatan untuk merenung diri dan bertaubat pada Allah Ta’ala. Sebagaimana yang Allah katakan:

وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Dan Kami menguji mereka dengan karunia kebaikan dan keburukan (musibah), agar mereka kembali (bertaubat pada Allah)."(QS. al-A’raf ayat 168)

Karena itu, bersyukurlah jika Allah masih mengaruniakan ujian dan musibah, karena itu adalah kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki diri dan meruntuhkan keangkuhan hati atas capaian-capaian duniawi kita.

Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa ujian dan musibah itu akan menjadi penghapus dosa dan peninggi derajat kemuliaan kita di sisi Allah.

Siapa di antara kita yang tidak punya dosa?

Siapa di antara kita yang tidak pernah jatuh dalam kesalahan?

Kita bahkan seringkali bingung: bagaimana caranya menghapuskan dosa-dosa itu. Hingga akhirnya, Allah hadirkan ujian dan musibah dalam hidup kita. Ujian dan musibah yang akan membasuh dosa-dosa itu.

Maka, seorang hamba yang bersabar dan menguatkan hati saat musibah menimpanya, niscaya akan Allah hapuskan dosa dan salahnya. Bahkan Allah akan muliakan ia dengan pahala yang besar dan kemuliaan di sisinya. Nabi kita, Muhammad Saw mengatakan:

مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidak ada satu pun kepayahan, kesusahan, kegalauan, kesedihan, gangguan dan kegundahan yang menimpa seorang muslim; bahkan meski itu adalah sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengan itu Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya."(HR. al-Bukhari).

Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah Saw mengatakan:

إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

"Sesungguhnya besarnya balasan itu sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah itu jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Maka siapa yang ridha (menerima ujian itu), niscaya ia layak mendapatkan ridha Allah. Namun siapa yang marah (menerima ujian itu), maka ia pun pantas menerima kemarahan (Allah)." (HR. al-Tirmidzi)

Maka, Allah Ta’ala pasti akan selalu menguji kita. Ujian dan musibah-kecil ataupun besar-akan selalu menjadi penghias utama jalan kehidupan kita di dunia ini. Kita tinggal memilih akan menjadi sosok hamba yang bagaimana saat ujian dan musibah itu hadir:

Apakah menjadi hamba yang mengeluh dan mengumbar kecewa, atau menjadi hamba yang teguh bersabar sembari meresapi nikmat indah ujian dan musibah dari Allah itu. Masing-masing ada konsekwensinya tersendiri dalam hidup kita, di dunia dan akhirat.

Yang pasti, hamba yang mengeluh dan mengumbar kecewa akan ditimpa 2 musibah sekaligus: musibah itu sendiri, lalu musibah kehilangan balasan Allah yang nilainya jauh lebih besar dari ujian dan musibah yang menimpa.

Sebaliknya, hamba yang bersabar meneguhkan hati, justru akan mendapat 2 karunia: karunia kelapangan dan ketenangan jiwa, serta karunia akhirat berupa pengampuan dosa dan kemuliaan derajat di sisi Allah Ta’ala.

--

Sumber : Dr. Muhammad Ihsan Zainuddin, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

Comments

Popular posts from this blog

ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN KAKUNG

Assalamu 'alaikum wr.wb. - Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -Panjenenganipun  Bapa ………………..        minangka sulih sarira  saking  Bapa BUDI PRANOTO, S.Pd sekalian Ibu KUN MARYATI, S.Pd. ingkang tuhu kula kurmati. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng ALLAH SWT., Gusti Ingkang Maha Kawasa, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji SUDARNO, S.Sos  sekalian Ibu Hajah CIPTANTI DWI PRIYANTINI, S.Pd keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangka sulih sarira Bapa Haji SUDARNO,S.Sos sekalian,dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapa BUDI PRANOTO,S.Pd sekalian dalasan sedaya panderek. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp-Ibu BUDI  lumantar panjenengan, sampun katampi, dhawah sami-2, kanthi-atur wa'ala...

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepar...

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken ra...

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Pan...

Pesan Asmara Seorang Pengamen

Wulan Action  Wulan, wanita berusia 54 tahun itu terus menyusuri jalanan kampung. Ia tak menghiraukan terik mentari yang membakar tubuh mungilnya. Peluh keringat berleleran menghapus bedak dan gincu di wajahnya. Dengan senyum yang selalu tersungging dibibirnya, ia berhenti di depan setiap rumah yang dilaluinya.   Dengan memainkan alat musik “Bas Betot” sederhana, berupa kotak papan kayu dilengkapi karet ban dalam  sepeda yang berfungsi sebagai dawai pada gitar, ia dendangkan lagu-lagu Jawa Campursari.  Suara emas Wulan yang berpadu dengan “bas betot” dan ketipak-ketipuk dari kotak yang dipukulnya, melahirkan musik yang indah. Uang receh senilai seratus duaratus rupiah pun diterima dari setiap penghuni rumah. Itulah Wulan, pengamen tradisional kelas kampung yang kini masih bertahan. Wulan adalah pengamen jalanan yang tetap bertahan ditengah kerasnya perjuangan hidup. Profesi ini dijalaninya demi mempertahankan biduk rumah tangga dengan kondisi yang me...

Atur Pambagyaharja Sungkawa (Sripahan / LELAYU)

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.  Nuwun kawula nuwun . Para pepunden sesepuh pinisepuh ingkang kula bekteni. Para asung pambela sungkawa, para rawuh kakung sunawana putri ingkang satuhu luhuring budi. Wonten madyaning panandang ing ari kalenggahan punika, kula minangka sulih sarira saking Ibu Sri Sumaringsih sakaluwarga kinen hangaturaken atur Pambagyaharja sakderengipun hangkating layon Almarhum Bapa Sukardono. Murwakani atur, sumangga panjenengan sedaya kula dherekaken manengku puja, raos syukur tansah konjuk wonten Ngarsa Dalem Allah Gusti Ingkang Maha Kawasa. Awit Panjenengan dalasan kula saget makempal wonten papan punika saperlu asung bela sungkawa menggah sedanipun Bapa Sukardono. Para asung pambela sungkawa ingkang pikantuk Rahmating Gusti. Ibu Sri Sumaringsih gotrah kulawangsa lumantar kula, ngaturaken Sugeng Rawuh, lan ngaturaken raos panuwun ingkang tanpa pepindan awit karawuhan panjenengan sedaya. Ugi ngaturaken agenging panuwun sedaya pambiyantu awuju...

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,...

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -...

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa say...

Bukan Halusinasi ( Bag. 1 )

Tengah malam yang dingin itu telah menyirep seluruh penghuni kampung Randu. Mereka lelap dalam tidur berselimut sepi, menikmati mimpinya masing-masing. Namun   tidak bagi Suto.   Lelaki paroh baya yang sehari-hari bekerja sebagai petani kecil ini mendadak terbangun oleh suara ketukan pintu belakang di ruang dapurnya. Sebenarnya lelaki kurus ini enggan beranjak bangun dari tempat tidurnya. Badan Suto kurang sehat lantaran kemarin kehujanan saat berada di sawah. Tetapi karena pintu itu seperti didorong-dorong oleh seseorang, ia akhirnya bangun juga. Ia tak langsung berdiri. Sembari mengusap-usap kedua matanya, diambilnya  lampu senter yang selalu ditaruh di bawah bantal. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu belakang. Tanpa pikir panjang, dibukanya pintu. Sementara isterinya, Poni, dan seorang anak perempuannya, Yani  yang berumur lima belas tahun, tetap tidur nyenyak. Setelah pintu terbuka, ia keluar rumah. Dengan hati-hati ia melihat ke kanan...