Tujuh kelompok pasukan yang bertugas menculik para perwira tinggi militer TNI-AD bergerak secara serentak menuju tujuh titik kediaman sasaran.
Satu pasukan menuju kediaman Jenderal A.H Nasution, dan pasukan lain ke kediaman Mayjen A.Yani, Mayjen S.Parman, Mayjen TNI Suprapto, Mayjen TNI MT.Haryono, Brigjen TNI Sutojo S., serta kediaman Brigjen TNI D.I.Pandjaitan.
Pasukan yang bertugas menculik Mayjen TNI MT.Haryono dipimpin Serma Bungkus. Setibanya di rumah sasaran di jalan Prambanan 8 Jakarta, Serma Bungkus memberitahu istri MT.Haryono bahwa suaminya dipanggil presiden. Istri MT. Haryono membangunkan suaminya di kamarnya. Namun Haryono menaruh curiga, dan melalui istrinya, dia meminta agar kembali lagi sekitar pukul 08.00. Serma Bungkus memaksa agar beliau berangkat malam ini juga. Karena menyadari sesuatu yang tidak wajar, beliau meminta kepada istri dan anak-anaknya pindah ke kamar sebelah.
Sementara itu Serma Bungkus dan beberapa anggota penculik berteriak-teriak meminta agar beliau keluar.
Karena beliau tidak memenuhi permintaan tersebut, mereka melepaskan tembakan ke pintu yang terkunci. Pintu terbuka dan mereka memasuki kamar tidur. Pada saat beliau merebut senjata salah seorang anggota penculik, tetapi gagal dan bersamaan dengan itu beliau ditusuk beberapa kali dengan sangkur. Beliau roboh bermandikan darah, kemudian diseret keluar dan dimasukkan ke dalam truk lalu ke Lubang Buaya.
Di tempat lain, pasukan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutojo dipimpin oleh Serma Surono. Setelah tiba di lokasi, sebagian anggota penculik memasuki bagian belakang rumah yang berada di jalan Sumenep 17, Jakarta itu melalui garasi sebelah kanan.
Dengan todongan sangkur, mereka meminta kepada pembantu untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju ke kamar tengah. Setelah membuka pintu, penculik menerobos masuk dan mengatakan kepada Brigjen Sutojo bahwa beliau dipanggil presiden. Kemudian para penculik membawa beliau dengan paksa keluar rumah dan membawanya ke Lubang Buaya.
Satu pasukan menuju kediaman Jenderal A.H Nasution, dan pasukan lain ke kediaman Mayjen A.Yani, Mayjen S.Parman, Mayjen TNI Suprapto, Mayjen TNI MT.Haryono, Brigjen TNI Sutojo S., serta kediaman Brigjen TNI D.I.Pandjaitan.
Pasukan yang bertugas menculik Mayjen TNI MT.Haryono dipimpin Serma Bungkus. Setibanya di rumah sasaran di jalan Prambanan 8 Jakarta, Serma Bungkus memberitahu istri MT.Haryono bahwa suaminya dipanggil presiden. Istri MT. Haryono membangunkan suaminya di kamarnya. Namun Haryono menaruh curiga, dan melalui istrinya, dia meminta agar kembali lagi sekitar pukul 08.00. Serma Bungkus memaksa agar beliau berangkat malam ini juga. Karena menyadari sesuatu yang tidak wajar, beliau meminta kepada istri dan anak-anaknya pindah ke kamar sebelah.
Sementara itu Serma Bungkus dan beberapa anggota penculik berteriak-teriak meminta agar beliau keluar.
Karena beliau tidak memenuhi permintaan tersebut, mereka melepaskan tembakan ke pintu yang terkunci. Pintu terbuka dan mereka memasuki kamar tidur. Pada saat beliau merebut senjata salah seorang anggota penculik, tetapi gagal dan bersamaan dengan itu beliau ditusuk beberapa kali dengan sangkur. Beliau roboh bermandikan darah, kemudian diseret keluar dan dimasukkan ke dalam truk lalu ke Lubang Buaya.
Di tempat lain, pasukan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutojo dipimpin oleh Serma Surono. Setelah tiba di lokasi, sebagian anggota penculik memasuki bagian belakang rumah yang berada di jalan Sumenep 17, Jakarta itu melalui garasi sebelah kanan.
Dengan todongan sangkur, mereka meminta kepada pembantu untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju ke kamar tengah. Setelah membuka pintu, penculik menerobos masuk dan mengatakan kepada Brigjen Sutojo bahwa beliau dipanggil presiden. Kemudian para penculik membawa beliau dengan paksa keluar rumah dan membawanya ke Lubang Buaya.
Comments
Post a Comment