Kita sering mendengar kutipan Hadits Nabi yang menyatakan, "Bacalah Al-Qur'an, karena dia akan menjadi syafaatmu kelak di akhirat." Syafaat artinya penolong atau pembela.
Dalam beberapa keterangan juga disebutkan bahwa membaca Al-Qur'an itu merupakan ibadah dan setiap huruf dari Al-Qur'an yang dibacanya akan mendatangkan pahala sepuluh kebaikan.
Sedangkan didalam surat Al-Baqarah 184 dinyatakan bahwa Al-Quraan itu merupakan petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk serta furqan (pembeda) antara yang hak dan bathil.
Namun sayang, sebagian besar umat Islam dalam menangkap pesan terhadap keberadaan kitab sucinya itu masih sebatas pada kulitnya saja. Belum menyentuh dan mampu menggali makna yang lebih luas. Mereka baru sebatas fokus pada membaca Al-Qur'an untuk mendatangkan pahala dalam arti sempit.
Padahal yang seharusnya dipahami adalah umat Islam harus menjadikan Al-Qur'an itu sebagai pedoman hidup dalam menjalani tugas dan meraih kebahagiaan sejati, sejak masih di dunia hingga di akhirat kelak. Dan cara yang paling tepat unuk menjadikan sebagai pedoman dan mendatangkan kebahagiaan tidak hanya sekadar membaca secara tekstual atau tulisan itu saja. Namun harus ditindaklajuti dengan mendalami, mengakaji, memahami isi, kandungan atau pesannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti itulah, Al-Qur'an akan menjadi penolong atau syafaat di akhirat.
Kalau hanya membaca teksnya saja, dan tidak mau mendalami, mengkaji dan memahami isinya, bagaimana mereka bisa mengetahui pesan Al-Qur'an, dan menjadikannya sebagai pedoman?
Itu sama saja seperti Keledai membawa kitab di punggungnya. Dia hanya tahu membawa beban benda di punggungnya kemana-mana, tetapi tidak tahu apa isinya, tujuannya, manfaatnya dan lain-lain. Dia hanya mendapatkan upah sekadarnya dari tuannya, tetapi apa yang dibawanya belum bisa menuntun dan menyelematkan dirinya.
Suparto
Dalam beberapa keterangan juga disebutkan bahwa membaca Al-Qur'an itu merupakan ibadah dan setiap huruf dari Al-Qur'an yang dibacanya akan mendatangkan pahala sepuluh kebaikan.
Sedangkan didalam surat Al-Baqarah 184 dinyatakan bahwa Al-Quraan itu merupakan petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk serta furqan (pembeda) antara yang hak dan bathil.
Namun sayang, sebagian besar umat Islam dalam menangkap pesan terhadap keberadaan kitab sucinya itu masih sebatas pada kulitnya saja. Belum menyentuh dan mampu menggali makna yang lebih luas. Mereka baru sebatas fokus pada membaca Al-Qur'an untuk mendatangkan pahala dalam arti sempit.
Padahal yang seharusnya dipahami adalah umat Islam harus menjadikan Al-Qur'an itu sebagai pedoman hidup dalam menjalani tugas dan meraih kebahagiaan sejati, sejak masih di dunia hingga di akhirat kelak. Dan cara yang paling tepat unuk menjadikan sebagai pedoman dan mendatangkan kebahagiaan tidak hanya sekadar membaca secara tekstual atau tulisan itu saja. Namun harus ditindaklajuti dengan mendalami, mengakaji, memahami isi, kandungan atau pesannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti itulah, Al-Qur'an akan menjadi penolong atau syafaat di akhirat.
Kalau hanya membaca teksnya saja, dan tidak mau mendalami, mengkaji dan memahami isinya, bagaimana mereka bisa mengetahui pesan Al-Qur'an, dan menjadikannya sebagai pedoman?
Itu sama saja seperti Keledai membawa kitab di punggungnya. Dia hanya tahu membawa beban benda di punggungnya kemana-mana, tetapi tidak tahu apa isinya, tujuannya, manfaatnya dan lain-lain. Dia hanya mendapatkan upah sekadarnya dari tuannya, tetapi apa yang dibawanya belum bisa menuntun dan menyelematkan dirinya.
Suparto
Comments
Post a Comment