Partai politik (parpol) dan Calon anggota legislatif (Caleg) yang ingin meraih sukses pada Pemilu, perlu membangun komunikasi politik yang baik. Politik sebagai sarana merealisasikan tujuan bersama, tidak mungkin lepas dari komunikasi politik diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Moh. Yulianto, S.Sos, M.Si, dosen FISIP UNDIP Semarang saat memberikan materi pada Sarasehan Komunikasi Politik di ruang Sukowati Setda Sragen beberapa waktu lalu.
Menurut Yulianto, peran komunikasi politik sebagai sarana membangun demokrasi yang sehat ditentukan oleh beberapa pendekatan.
Pertama, pendekatan linguistik, yang berkaitan dengan pemakaian bahasa politik para aktor yang akan disimak publik.
Kedua, pendekatan fungsional, menyangkut dinamika politik yang ditentukan oleh media komunikasi serta dampak dan pengaruhnya, seperti fenomena iklan politik.
Ketiga, pendekatan soal lingkungan, yang dipengaruhi oleh relasi antara sistem politik dengan kultur dan perilaku masyarakat dalam memahami pesan politik.
Yuliyanto menjelaskan, komunikasi politik untuk membangun demokrasi saat ini mengalami banyak tantangan. Diantaranya meningkatnya apatisme publik akibat kejenuhan terhadap proses dan hasil politik yang belum mampu mengubah kondisi sosial ekonomi.
Tantangan berikutnya yaitu rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pesan komunikasi aktor politik, termasuk elit pemerintahan. Yang juga menjadi tantangan adalah fungsi parpol banyak digantikan media massa dalam membangun hubungan dengan konstituen.
"Fungsi agenda media telah banyak menciptakan agenda publik dalam merespon peristiwa politik. Publik lebih percaya kepada media massa," kata Yuliyanto.
Sementara itu, Drs. Teguh Yuwono, M.Pol Admin, Analis Politik FISIP UNDIP dalam seminar ini mengungkap berbagai hasil penelitian yang pernah dilakukannya.
Hasil survey, kata Teguh, menunjukkan bahwa untuk bisa dipilih dalam pemilu, ternyata kompetensi yang dimiliki Caleg masih kalah dengan popularitas. Hal ini perlu diperhatikan para Caleg, untuk banyak terjun ke tengah masyarakat agar makin dikenal oleh calon pemilih.
Tentang kriteria Caleg yang dikehendaki pemilih, menurut Teguh, diantaranya adalah mereka yang memiliki kepedulian pada permasalahan yang dirasakan rakyat. Disamping itu juga mereka yang jujur dan mampu membangun komunikasi politik dengan baik (simpatik).
Suparto
Ilustrasi, sumber : www.google.co.id
Pernyataan tersebut disampaikan Moh. Yulianto, S.Sos, M.Si, dosen FISIP UNDIP Semarang saat memberikan materi pada Sarasehan Komunikasi Politik di ruang Sukowati Setda Sragen beberapa waktu lalu.
Menurut Yulianto, peran komunikasi politik sebagai sarana membangun demokrasi yang sehat ditentukan oleh beberapa pendekatan.
Pertama, pendekatan linguistik, yang berkaitan dengan pemakaian bahasa politik para aktor yang akan disimak publik.
Kedua, pendekatan fungsional, menyangkut dinamika politik yang ditentukan oleh media komunikasi serta dampak dan pengaruhnya, seperti fenomena iklan politik.
Ketiga, pendekatan soal lingkungan, yang dipengaruhi oleh relasi antara sistem politik dengan kultur dan perilaku masyarakat dalam memahami pesan politik.
Yuliyanto menjelaskan, komunikasi politik untuk membangun demokrasi saat ini mengalami banyak tantangan. Diantaranya meningkatnya apatisme publik akibat kejenuhan terhadap proses dan hasil politik yang belum mampu mengubah kondisi sosial ekonomi.
Tantangan berikutnya yaitu rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pesan komunikasi aktor politik, termasuk elit pemerintahan. Yang juga menjadi tantangan adalah fungsi parpol banyak digantikan media massa dalam membangun hubungan dengan konstituen.
"Fungsi agenda media telah banyak menciptakan agenda publik dalam merespon peristiwa politik. Publik lebih percaya kepada media massa," kata Yuliyanto.
Sementara itu, Drs. Teguh Yuwono, M.Pol Admin, Analis Politik FISIP UNDIP dalam seminar ini mengungkap berbagai hasil penelitian yang pernah dilakukannya.
Hasil survey, kata Teguh, menunjukkan bahwa untuk bisa dipilih dalam pemilu, ternyata kompetensi yang dimiliki Caleg masih kalah dengan popularitas. Hal ini perlu diperhatikan para Caleg, untuk banyak terjun ke tengah masyarakat agar makin dikenal oleh calon pemilih.
Tentang kriteria Caleg yang dikehendaki pemilih, menurut Teguh, diantaranya adalah mereka yang memiliki kepedulian pada permasalahan yang dirasakan rakyat. Disamping itu juga mereka yang jujur dan mampu membangun komunikasi politik dengan baik (simpatik).
Suparto
Ilustrasi, sumber : www.google.co.id
Comments
Post a Comment