Peristiwa berdarah dalam aksi bersenjata yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S) di Jakarta ini, diperkirakan terjadi pukul 00.00, tanggal 30 September 1965. Pada versi yang lain dimulai pada tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul 01.30 (Herman Dwi Sucipto, 2014).
Pada awal peristiwa tersebut, Letnan Kolonel Inf. Untung dengan diikuti Sjam, Pomo, Brigjen TNI Supardjo dan Kolonel Inf. A. Latief tiba di kawasan Lubang Buaya. Ia memberikan perintah pelaksanaan kepada semua komandan pasukan agar segera berangkat menuju ke sasaran masing- masing yang telah ditetapkan.
Adapun perintah yang diberikan kepada pasukan-pasukan dalam Gerakan 30 September ini adalah sebagai berikut :
1. Pasukan Pasopati
Tugas Pasukan Pasopati adalah menculik para Jenderal Pimpinan TNI-AD dan membawanya ke Lubang Buaya. Kekuatan bersenjata yang tergabung dalam Pasukan Pasopati terdiri atas satu Batalyon Infantri, minus dari Brigadir Kolonel Inf. A. Latief, satu Kompi Cakrabirawa dari Batalyon pimpinan Letkol Inf. Untung. Satu peleton dari Batalyon Infantri pimpinan Mayor Inf. Sukirno atau Kapten Inf. Koncoro, dan peleton-peleton yang lain. Sedangkan Lettu Inf. Dul Arief yang bertindak sebagai pimpinan Pasukan Pasopati.
Lettu Dul Arief sebagai pimpinan Pasukan Pasopati pada saat mengumpulkan pasukan dalam formasi sebagai berikut :
a. Pasukan yang ditugasi menculik Jenderal TNI A.H. Nasution, di bawah pimpinan Pelda Djahurup, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu Kompi pasukan bersenjata dan satu peleton pasukan lain yang diduga dari PKI.
b. Pasukan yang ditugasi menculik Letjen TNI A. Yani, di bawah pimpinan Peltu Mukijan, anak buah Kolonel Inf. Latief, dengan kekuatan satu Kompi pasukan bersenjata dan dua regu yang diduga dari PKI.
c. Pasukan yang ditugasi menculik Mayjen TNI S. Parman, di bawah pimpinan Serma Satar, anak buah Letkol Inf. Untung. Kekuatannya satu peleton dan satu kelompok yang diduga dari PKI.
d. Pasukan yang ditugasi menculik Mayjen TNI Suprapto, di bawah pimpinan Serda Sulaiman, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu peleton.
e. Pasukan yang ditugasi menculik Mayjen TNI MT. Haryono, dipimpin oleh Serma Bungkus, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu peleton dan satu kelompok Sukwan PKI.
f. Pasukan yang ditugasi menculik Brigjen TNI Sutojo S. dipimpin Serma Sarono, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu peleton.
g. Pasukan yang ditugasi menculik Brigjen TNI D.I.Pandjaitan, dipimpin oleh Serda Sukardjo, anak buah Kapten Inf. Kuncoro, dengan kekuatan satu peleton.
2. Pasukan Bimasakti
Kekuatan yang dialokasikan kepada pasukan Bimasakti terdiri atas satu Batalyon Infantri dipimpin Mayor Inf. Bambang Supeno, dan satu Batalyon Infantri yang dipimpin oleh Kapten Inf. Kuncoro, empat batalyon yang diduga dari sukarelawan PKI, serta satu Kompi infanteri pimpinan kapten inf. Suradi berasal dari Brigif pimpinan Kol. Inf. A. Latief. Pasukan ini bertugas pokok menguasai kota Jakarta yang telah dibagi menjadi enam sektor,yaitu :
a. Sektor Jakarta Pusat atau komplek Istana Kepresidenan.
b. Sektor Jatinegara
c. Sektor Senen dan Kemayoran
d. Sektor Tanjung Priok
e. Sektor Kemayoran Lama
f. Sektor Grogol.
Sejak dini hari, Jumat tanggal 1 Oktober 1965, pasukan ini telah menduduki dan menguasai objek-objek penting di sekitar Monas.
Objek-objek penting dalam sarana komunikasi juga telah dikuasai,seperti gedung RRI Jakarta dan gedung Telekomunikasi Jakarta Pusat, dan lain sebagainya.
3. Pasukan Gatot Kaca
Kekuatan bersenjata yang tergabung dalam Pasukan Gatot Kaca terdiri atas satu Batalyon pimpinan Mayor Udara Sujono. Satuan ini berfungsi sebagai pasukan cadangan yang bertugas menampung tawanan hasil penculikan dan melakukan pembunuhan serta menguburkan para korban hasil penculikan.
Bagaimana jalannya penculikan, akan kita ceritakan dalam tulisan tersendiri.
Pada awal peristiwa tersebut, Letnan Kolonel Inf. Untung dengan diikuti Sjam, Pomo, Brigjen TNI Supardjo dan Kolonel Inf. A. Latief tiba di kawasan Lubang Buaya. Ia memberikan perintah pelaksanaan kepada semua komandan pasukan agar segera berangkat menuju ke sasaran masing- masing yang telah ditetapkan.
Adapun perintah yang diberikan kepada pasukan-pasukan dalam Gerakan 30 September ini adalah sebagai berikut :
1. Pasukan Pasopati
Tugas Pasukan Pasopati adalah menculik para Jenderal Pimpinan TNI-AD dan membawanya ke Lubang Buaya. Kekuatan bersenjata yang tergabung dalam Pasukan Pasopati terdiri atas satu Batalyon Infantri, minus dari Brigadir Kolonel Inf. A. Latief, satu Kompi Cakrabirawa dari Batalyon pimpinan Letkol Inf. Untung. Satu peleton dari Batalyon Infantri pimpinan Mayor Inf. Sukirno atau Kapten Inf. Koncoro, dan peleton-peleton yang lain. Sedangkan Lettu Inf. Dul Arief yang bertindak sebagai pimpinan Pasukan Pasopati.
Lettu Dul Arief sebagai pimpinan Pasukan Pasopati pada saat mengumpulkan pasukan dalam formasi sebagai berikut :
a. Pasukan yang ditugasi menculik Jenderal TNI A.H. Nasution, di bawah pimpinan Pelda Djahurup, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu Kompi pasukan bersenjata dan satu peleton pasukan lain yang diduga dari PKI.
b. Pasukan yang ditugasi menculik Letjen TNI A. Yani, di bawah pimpinan Peltu Mukijan, anak buah Kolonel Inf. Latief, dengan kekuatan satu Kompi pasukan bersenjata dan dua regu yang diduga dari PKI.
c. Pasukan yang ditugasi menculik Mayjen TNI S. Parman, di bawah pimpinan Serma Satar, anak buah Letkol Inf. Untung. Kekuatannya satu peleton dan satu kelompok yang diduga dari PKI.
d. Pasukan yang ditugasi menculik Mayjen TNI Suprapto, di bawah pimpinan Serda Sulaiman, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu peleton.
e. Pasukan yang ditugasi menculik Mayjen TNI MT. Haryono, dipimpin oleh Serma Bungkus, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu peleton dan satu kelompok Sukwan PKI.
f. Pasukan yang ditugasi menculik Brigjen TNI Sutojo S. dipimpin Serma Sarono, anak buah Letkol Inf. Untung, dengan kekuatan satu peleton.
g. Pasukan yang ditugasi menculik Brigjen TNI D.I.Pandjaitan, dipimpin oleh Serda Sukardjo, anak buah Kapten Inf. Kuncoro, dengan kekuatan satu peleton.
2. Pasukan Bimasakti
Kekuatan yang dialokasikan kepada pasukan Bimasakti terdiri atas satu Batalyon Infantri dipimpin Mayor Inf. Bambang Supeno, dan satu Batalyon Infantri yang dipimpin oleh Kapten Inf. Kuncoro, empat batalyon yang diduga dari sukarelawan PKI, serta satu Kompi infanteri pimpinan kapten inf. Suradi berasal dari Brigif pimpinan Kol. Inf. A. Latief. Pasukan ini bertugas pokok menguasai kota Jakarta yang telah dibagi menjadi enam sektor,yaitu :
a. Sektor Jakarta Pusat atau komplek Istana Kepresidenan.
b. Sektor Jatinegara
c. Sektor Senen dan Kemayoran
d. Sektor Tanjung Priok
e. Sektor Kemayoran Lama
f. Sektor Grogol.
Sejak dini hari, Jumat tanggal 1 Oktober 1965, pasukan ini telah menduduki dan menguasai objek-objek penting di sekitar Monas.
Objek-objek penting dalam sarana komunikasi juga telah dikuasai,seperti gedung RRI Jakarta dan gedung Telekomunikasi Jakarta Pusat, dan lain sebagainya.
3. Pasukan Gatot Kaca
Kekuatan bersenjata yang tergabung dalam Pasukan Gatot Kaca terdiri atas satu Batalyon pimpinan Mayor Udara Sujono. Satuan ini berfungsi sebagai pasukan cadangan yang bertugas menampung tawanan hasil penculikan dan melakukan pembunuhan serta menguburkan para korban hasil penculikan.
Bagaimana jalannya penculikan, akan kita ceritakan dalam tulisan tersendiri.
Comments
Post a Comment