Di bulan Agustus kemarin,
saya berkesempatan takziah ke lima tempat untuk ikut berbela sungkawa atas
meninggalnya teman, tetangga, dan kerabat teman. Dari kelima orang yang
meninggal tersebut, ternyata menggambarkan tingkatan umur manusia ketika mereka
dipanggil oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Satu orang masih
kanak-kanak berusia dua tahun, satu orang berumur tigapuluh tahun, tiga orang
berusia 52-58 tahun, sedangkan satu orang lagi berumur 89 tahun. Sebelum
menghembuskan nafas terakhir, mereka menderita sakit. Ada yang mendadak, ada
pula yang cukup lama menderitanya.
Disaat saya bertakziah ke
tempat keluarga yang berduka karena kehilangan sanak saudaranya, di tempat lain
kita mendengar kabar ada orang yang sudah berumur 145 tahun tapi masih sehat.
Namanya Mbah Saparman Sodimedjo alias Mbah Gotho yang berlamat di Dukuh
Segeran, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. Keinginan Mbah Gotho
sekarang adalah secepatnya bisa meninggal dunia, dipanggil Tuhan. Namun nyatanya,
Allah masih menghendaki Mbah Gotho hidup.
Dari beberapa hal di atas,
pelajaran penting yang kita dapatkan adalah, bahwa soal kematian manusia itu
memang benar-benar Allah yang menentukan. Hanya Allah Yang Maha Kuasa terhadap
segala sesuatu.
Didalam Al-Qur’an, banyak
kita temukan keterangan mengenai kekuasaan Allah dan kematian manusia. Dalam surat Yaasiin [36] : 83, dinyatakan,
“Maha Suci (Allah) yang di Tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan
kepada-Nya kamu dikembalikan.”
- Di ayat lain Allah berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian. Dan sesunguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telahberuntung kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (menipu).” (QS. Ali-Imran [3] : 185).
“Di mana pun kamu berada,
kematian pasti akan mendatangimu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang
tinggi dan kukuh.” (QS. An-Nisa’[4] : 78). “Maka apabila telah tiba ajalnya,
mereka tidak dapat meminta penundaan maupun perceptan sesaat pun.” (QS. An-Nahl
[16] : 61)
“Katakanlah hai Muhammad!
Sesunguhnya kematian yang kamu sekalian lari daripadanya, ia pasti akan menemui
kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang Mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kapadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.
Al-Jumu’ah [62] : 8)
Berkaitan
dengan hal tersebut, saya ingat kisah dialog antara seorang pemuda dan seorang
Ustad.
“Ustad,
kapan kematian akan datang kepada manusia?”
“Saya tidak tahu nak. Kematian adalah rahasia Tuhan,” jawab Ustad.
”Ah, Ustad pasti tahu. Ustad kan selalu menjadi tempat
bertanya bagi semua orang di daerah sini,” desak si pemuda.
”Baiklah. Sebenarnya rata-rata
manusia meninggal pada usia 60 sampai 75 tahun .
Tetapi sebagian ada yang tidak mencapai atau lebih dari perkiraan tersebut,” terang Ustad.
Merasa tidak puas, pemuda itu kembali bertanya, ”Jadi, umur
berapakah manusia pantas untuk mati?”
Sambil pandangannya menerawang jauh, sang Ustad menjawab,
”Sesungguhnya, begitu manusia dilahirkan, proses penuaan langsung terjadi.
Sejak saat itu, manusia semakin tua dan kapanpun bisa mengalami kematian.”
Si pemuda bertanya terus, ”Lalu, bagaimana sebaiknya saya
menjalani hidup ini?”
“Hiduplah saat ini,”
kata sang Ustad.
”Hidup sesungguhnya adalah saat ini, jangan sia-siakan
waktu. Bekerjalah secara jujur dan bertanggung jawab, usahakan berbuat baik
pada setiap kesempatan. Jangan takut mati, nikmati kehidupanmu! Mengerti?” pesan Ustad.
Dengan wajah gembira si pemuda langsung menyatakan
ingin bekerja dengan sungguh-sungguh, berani menghadapi hidup
ini, sekaligus menikmatinya.
“Terima kasih Ustad,” kata pemuda penuh semangat.
“Ya. Hiduplah saat ini. Tidak usah menyesali hari kemarin, karena hari kemarin
sudah berlalu. Tidak
usah cemas akan hari esok, karena hari esok belum datang. Hanya hari ini yang menjanjikan kesuksesan, kebahagiaan
bagi setiap orang yang mau dan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan penuh
totalitas!” tegas Ustad.
“Sekali lagi, Hiduplah Saat Ini. Hiduplah saat ini!!”, pesan Sang Ustad lagi, dengan tersenyum.
Semoga menjadi pengingat kita semua.
Hiduplah saat ini!!
ReplyDeleteSaya pernah mendapatkan kalimat ini juga nih...
Iya betul Bang. Karena kemarin sudah lewat, dan hari esuk belum tentu ketemu. Hari ini harus kita manfaatkan dengan baik.
DeleteMksiii pak parto sudah diingatkan
ReplyDeleteYa dik Cin. Ini juga mengingatkan diri saya sendiri...
Delete