Adegan Pertikaian antara Sela Petak (merah) dan Harya Wiyaya |
Ratusan warga, Sabtu malam (10/9/2016) lalu memadati Area
Teater Taman Krido Anggo Sragen. Mereka
berdesakan duduk di tribun yang melingkar dibawah sorot dan temaram lampu-lampu
lighting nan indah. Sementara puluhan orang terlihat lesehan di lantai dan berdiri lantaran
tidak mendapatkan tempat duduk.
Malam itu,
mereka dengan tertib menyaksikan pentas seni ketoprak yang digelar oleh Sanggar
Seni ‘Serambi Sukowati’ Sragen.
Suguhan lakon “Tahta Rembulan” yang disutradarai oleh
Mbah Pien Wiyatno malam itu mampu mengobati kerinduan pencinta seni tradisional
ketoprak yang ternyata masih banyak di Sragen.
Beberapa adegan yang tampil, sejak awal awal hingga berakhir, mendapat apresiasi dan tepuk tangan meriah para penonton dari berbagai lapisan masyarakat.
*****
Tahta Rembulan berkisah tentang singgasana raja
yang menjadi impian
Dari mimpi indah sampai mimpi mengerikan
Selalu saja diawali dengan langkah untuk meraih dan
mengenggamnya
Tahta Rembulan adalah tahta yang tercipta dari mimpi
siapapun yang bisa meraihnya dan menduduki sebuah kekuasaaan
Tahta Rembulan tahta yang indah dan memabukkan seperti
cinta
Karena cinta selalu beriringan dengan ambisi dan
bergandengan seirama berputarnya bintang dan rembulan
Tahta Rembulan adalah singgasana penuh intrik untuk
meraihnya.
Tahta Rembulan adalah singgasana penuh irama merdu
Seperti nyanyian rembulan yang menjadi lambang keindahan
mahkota malam
Harapan, ambisi, cinta selulu sembunyi dibaliknya.
*****
Lakon Tahta Rembulan memperlihatkan konflik berdarah
antara dua tokoh, yakni Prabu Sela Petak dan Harya Wijaya. Ambisi Prabu Sela
Petak untuk meraih singgasana akhirya gagal setelah dia tewas ditangan Harya Wijaya.
Suparto
Semangat pak parto... Semangat menyebarkan kembali kebudayaan daerah yg mulai ditinggalkan...
ReplyDeleteKayak saga nih, ga tau apa2, hiks
Minimal aku jadi penikmat seni itu lah
DeleteSenang sekali y pak...Dan lama sejak merantau nggak pernah lagi nonton kebudayaan daerah
ReplyDeleteIya. Ternyata penggemarnya masih banyak
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSalut, masih banyak masayarakat yang antusias dg tontonan kesenian seperti ini.
ReplyDeleteDi Jawa Timur, setelah era keemasan grup Ketoprak Siswo Budoyo, sekarang sangat sulit melihat pertunjukan seperti ini Pak.
Sanggar Seni Serambi Sukowati Sragen Alhamdulillah masih konsisten nguri-nguri dan mengembangkan seni tradisional ini mas.
Delete