Apa
yang terbayang didalam pikiran Selina Denise Trapp, seorang gadis Jerman ini
sehingga ia begitu mencintai Indonesia? Ia sulit mengungkapkan dengan
kata-kata. Namun faktanya, meski baru dua bulan tinggal di Sragen Jawa Tengah,
jiwa raganya seolah telah menyatu dengan alam, masyarakat dan budaya negeri
yang subur makmur ini. Berikut lanjutan catatan harian saya.
*****
Selina bersama anak-anak dan alam Indonesia yang ramah |
*****
Ketika suatu malam saya menemuinya di
rumah Pak Warjito, kampung Mojomulyo Sragen Kulon, Selina amat luwes menyambut kedatangan saya dengan ucapan, “Sugeng ndalu Pak Parto.” Saya jadi tersipu. Kalah luwes dengan
Selina.
Bagi
Pak Warjito dan isterinya, Dra. Amin Sarwati, M.Pd, Selina sudah menjadi bagian dari keluarganya,
yang menambah keceriaan bersama dua orang putra-putrinya. Selina terlihat
begitu lahap menikmati makan malam seadanya dengan menu sayur oseng-oseng kangkung dan tempe goreng. Usai makan, ia pun tak
canggung ikut mencuci piring dan kegiatan rumah lainnya.
Selina, gadis kelahiran kota Erick Irch,
Jerman, 20 Juni 1993 ini, berada di Sragen untuk menjalani tugas sebagai volunteer (relawan asing) di SMP Negeri
1 Gemolong yang kala itu dipimpin Warjito. Selina melakukan kegiatan
pendampingan bagi guru bahasa Inggris terutama dalam memotivasi belajar para
siswa dan tukar budaya, hingga tujuh bulan.
Awalnya, Selina tinggal bersama keluarga
Wiyono, M.Pd, guru bahasa Inggris SMPN 1
Gemolong. Namun karena keluarga Wiyono menunaikan ibadah haji, Selina
ikut keluarga Warjito di kota Sragen. Jarak sekitar 30 kilometer yang harus
ditempuh setiap hari dari Kota Sragen ke Gemolong, tak membuat Selina mengeluh.
Justru perjalanan ini dirasakannya sebagai kebahagiaan tersendiri, karena bisa
menikmati indahnya alam Indonesia bersama keramahan masyarakat Sragen yang
dijumpainya.
Selama tinggal bersama keluarga Warjito
sebagai Host Family, Selina cepat
sekali beradaptasi dengan lingkungan baru. Sadar jarak ke tempat tugas cukup
jauh, pukul 04.00 ia sudah bangun pagi untuk mempersiapkan diri. Kadang, ia
berangkat bersama Warjito, tapi lebih sering bareng Amin Sarwati.
Kebetulan isteri Warjito ini menjadi
guru Matematika di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Sragen di Kalijambe yang
sudah dijalaninya selama 15 tahun. Karena satu jalur, Amin Sarwati kerap
berangkat pagi bersama Selina dengan naik bus umum.
Pernah suatu hari, karena terburu-buru,
Selina belum sempat sarapan. Akhirnya Selina membawa makanan dimasukkan kedalam
stoples seperti anak kecil, dan
dinikmatinya dalam perjalanan naik bus.
Di lingkungan keluarganya, Warjito dan
Amin Sarwati dengan tekun dan sabar mendampingi dan mengajak Selina dalam
berbagai kegiatan sehari-hari. Seperti ikut Takziyah,
pertemuan ibu-ibu PKK, atau membantu Amin Sarwati membimbing belajar kelompok
bagi anak-anak di kampungnya.
Bagaimana kesan Selina tentang Indonesia
yang diamatinya melalui Kabupaten Sragen ini?
“Luar
biasa, I love Indonesia,” kata
Selina.
Ungkapan
Selina ini dibuktikan dalam hidup keseharian. Hampir semua hal yang dilihat dan
dirasakan tentang Indonesia, dengan antusias diamati, dan dicoba diterapkan. Di
luar tugas misalnya, sebisa mungkin ia berkomunikasi dengan orang yang
dijumpainya dalam bahasa Indonesia meski harus bersusah payah diucapkan.
Ketika siswa-siswi SMPN 1 Gemolong
memainkan perangkat gamelan kerawitan misalnya, ia seperti tak berkedip
mengamati dan menikmatinya. Dengan penasaran, ia pun ingin mencoba menabuh
Kendang. Di kesempatan yang lain, dengan alat musik Saksofon, meski baru tiga kali latihan, Selina sudah terampil
mengiringi lagu Bengawan Solo dan Suwe Ora Jamu.
Saat berlangsung karnaval budaya
memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Agustus, Selina dengan
pakaian adat jawa, kebaya, terlihat berbaur bersama ribuan masyarakat,
berkeliling kota Gemolong.
Malam Minggu. Bersama keluarga Warjito,
Selina menikmati pagelaran spektakuler sendratari Ramayana di komplek Candi
Prambanan. Di saat yang lain, saya sempat bertemu ketika bersama-sama nonton pagelaran
wayang kulit di Alun-alun Sragen.
Selina
juga terlihat enjoy saja ketika tampil di ruang siaran Radio Buana Asri FM
untuk mengisi acara ngobrol bareng penyiar dan menyapa pendengar.
Ngobrol di studio Radio Buana Asri FM |
Ketika membuka-buka buku peta, ia
menyatakan, wilayah Indonesia itu sangat
luas. Namun ia punya keinginan kuat untuk bisa berkeliling di pelosok Indonesia,
agar kecintaannya kepada nusantara makin mendalam. Beragam budaya, keramahan
penduduk, keindahan alam dan seribu satu kisah tentang Indonesia membuat hati
Selina bergejolak untuk segera tahu segalanya.
Selina, kini sepertinya lebih banyak
tahu tentang Indonesia daripada saya. Meski baru dua bulan, ia sudah lancar
berbahasa Indonesia, sehingga ia lebih sreg
dikenal sebagai orang Indonesia. Selina nampak lebih Njawani daripada orang Jawa. Ia
bahkan mulai belajar tentang kerukunan hidup, sopan santun, dan
tatakrama dalam tata kehidupan sosial di Indonesia, khususnya di Sragen.
*****
Jum’at malam. Ketika kami bertemu di
sebuah warung bakmi di pinggiran jalan raya Sukowati Sragen, Selina menyapa dan
mempersilahkan saya, “sugeng ndalu, monggo lenggah,” – selamat malam, silahkan
duduk,” katanya dengan bahasa jawa halus.
Wong Ndeso bersama Selina dan Livia usai makan bakmi |
Malam itu, Selina mengajak seorang temannya, Livia Zoe Michel (18), gadis Swiss yang baru seminggu di Indonesia.
Hujan deras yang baru saja
mengguyur kota Sragen malam itu, menambah dinginnya suasana. Namun Mie rebus
yang kami santap terasa begitu nikmat dan segar sehingga tubuh menjadi hangat. Sehangat dan seindah kenangan bersama Selina
dan Livia Zoe Michel.
-
bersambung –
#OneDayOnePost
Jadi terharu, Oran asing yg cinta indonesia
ReplyDeletelecutan untuk diri kita...
DeleteMantap dee...
ReplyDeleteuntuk nambah semangat lah...
DeleteKapan yaa punya kenalan kondo seperti bapak..hehe..
ReplyDeleteKapan yaa punya kenalan kondo seperti bapak..hehe..
ReplyDeletesaya sendiri gak nyangka bisa begitu. jadi kenangan hidup..
DeleteMerinding pak parto... Ternyata kalah cinta Indonesia saya, hiks
ReplyDeletejadi introspeksi dan tantangan bagi kita, orang Indonesia
Delete