Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, selain
dikenal sebagai Kepala Daerah yang sederhana, juga pandai bercerita. Ketika memberikan
sambutan dalam berbagai acara, Agus sering menyisipkan kisah atau cerita hikmah
dan membuat metapora dan analogi. Hal ini dilakukan disamping untuk
membangkitkan motivasi warga juga mempertajam pesan yang ingin disampaikan. Dengan cara
seperti itu, hadirin dibuat terpukau dan memperoleh kesan mendalam, sehingga
mampu memahami pesan Sang Pemimpin.
Seperti yang disampaikan Selasa (23/2/2016). Di hadapan ratusan peserta Musyawarah Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) Kabupaten Sragen di Gedung KORPRI setempat, Agus kembali menukil cerita hikmah yang sangat menarik, untuk
menggambaran kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) selama lima tahun terakhir
kepemimpinannya.
Dia mengisahkan, seorang pemuda
yang sudah lama pergi tiba-tiba pulang menemui ibunya. Pemuda itu berkeluh kesah
kepada ibunya tentang persoalan hidup yang dialami. Si ibu tidak segera merespon keluhan
anaknya, tetapi pergi ke
dapur untuk merebus air.
Beberapa saat kemudian Sang Ibu menyiapkan
tiga gelas dan menuangkan air mendidih hasil rebusan ke setiap gelas. Ibu itu
memasukkan wortel ke gelas pertama, kemudian telur ke gelas kedua, dan teh ke
gelas terakhir.
“Lihatlah Nak, wortel itu menjadi lembek dan empuk. Putih
telur menjadi mengeras, dan teh mengubah warna air. Semua itu gambaran
dalam kehidupan, tergantung bagaimana menyikapinya", kata Sang Ibu.
.
Dengan mengambil hikmah dari cerita tersebut, kata Agus, anggap saja
pemerintahan yang akan datang itu sebagai air mendidih. Tinggal PNS ini mau menjadi
wortel, telur, atau teh. Namun Agus menyarankan, PNS bisa menjadi teh agar bisa mengharumkan
situasi yang diwujudkan dalam wujud air teh mendidih.
Seperti
Lokomotif
Dalam catatan saya, pada tahun 2011, saat awal
memimpin Sragen, Agus pernah mengibaratkan PNS itu sebagai lokomotif yang
menggerakkan dan menarik gerbong kereta api.
Agus
menjelaskan, kalau Sragen itu ibarat rangkaian gerbong kereta api, maka
penumpangnya adalah seluruh masyarakat kabupaten Sragen yang berjumlah sekitar
850 ribu manusia yang hidup di situ. Sedangkan PNS
berada di lokomotif terdepan.
“Bupati
dan Wakil Bupati Sragen hanya menemani selama 5 tahun, tetapi pemilik sah
lokomotof kereta api itu adalah para PNS sejumlah sekitar 13 ribu orang. Wajah
Sragen dalam lima tahun ke depan
mau dibawa ke kiri, ke kanan, ke tengah, atret (maju mundur) atau maju
terus, tergantung dari masinis yang menjadi operator lokomotif di depan. Dan
masinis itu adalah anda sekalian, para PNS”,
tegasnya.
Dan
terbukti, dalam lima tahun kepemimpinan Agus Fatchur Rahman, Kabupaten Sragen mengalami
perubahan yang luar biasa. Sragen berhasil meraih ratusan penghargaan di
tingkat regional, nasional dan internasional, sehingga dijadikan percontohan
dibidang pelayanan publik.
Keren-Keren tulisannya Pak Suparto. Salam kenal ya Pak. Tety ODOP. ^___^
ReplyDeleteSalam kenal kembali Mbak. Saya juga banyak belajar dari tulisan Mbak Tety lho...
DeleteKita saling belajar
dan "mungkin"kita adalah masinis di lokomotif kehidupan kita masing-masing ya pak ^_^
ReplyDeleteIya Mbak Sakifah. tentunya menurut status dan kapasitas kita masing-masing
DeleteSaya suka dengan tulisan tulisan mas parto.kereeen.
ReplyDeleteTerimakasih Mbak. Saya masih terus memperbaiki diri. Tetap semangat. Salam kenal
Delete