Positive Thinking (berpikir positif) itu artinya berbaik sangka kepada siapa saja, terhadap apa saja, terutama kepada Allah Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Pikiran positif akan selalu mengarah kepada kebaikan. Selalu yakin bahwa apa pun yang ada dan terjadi pada diri kita adalah yang terbaik buat kita, meski tak menyukainya. Sebab, yang kita suka belum tentu baik buat kita. Malah, yang tidak kita suka boleh jadi baik untuk kita. Hanya Allah Yang Maha Tahu segalanya. Dialah Pencipta kita. Sedangkan kita hanya mengira-ngira. Kita hanya berandai-andai saja. Andai begini atau begitu, kita akan begini dan begitu. Padahal, belum tentu demikian adanya.
Pikiran positif akan selalu mengarah kepada kebaikan. Selalu yakin bahwa apa pun yang ada dan terjadi pada diri kita adalah yang terbaik buat kita, meski tak menyukainya. Sebab, yang kita suka belum tentu baik buat kita. Malah, yang tidak kita suka boleh jadi baik untuk kita. Hanya Allah Yang Maha Tahu segalanya. Dialah Pencipta kita. Sedangkan kita hanya mengira-ngira. Kita hanya berandai-andai saja. Andai begini atau begitu, kita akan begini dan begitu. Padahal, belum tentu demikian adanya.
Menurut M.
Zaka Alfarisi (2004), positive thinking
akan membuahkan ketenangan, ketentramaan dan kebahagiaan. Mengapa? Sebab, dengan positive thinking kita
akan menyikapi segala
keadaan dalam kerangka husnudzan (bersangka baik) kepada Allah.
Bagi orang yang berpikir posisif, tahi sapi bukanlah kotoran semata. Bau yang menyebalkan tak jadi soal. Pasti ada hikmah di balik tumpukan kotoran yang baunya menyengat itu. Tak ada kesia-siaan dalam ciptaan Allah. Keyakinan itu mendorong setiap orang untuk merenungkan, mengamati, memikirkan dan meneliti citpataan-Nya. Oh, ternyata, tumpukan kotoran sapi itu bisa dijadikan pupuk yang dapat menggemburkan tanah, menyuburkan tanaman. Begitu, kan?
Bagi orang yang berpikir posisif, tahi sapi bukanlah kotoran semata. Bau yang menyebalkan tak jadi soal. Pasti ada hikmah di balik tumpukan kotoran yang baunya menyengat itu. Tak ada kesia-siaan dalam ciptaan Allah. Keyakinan itu mendorong setiap orang untuk merenungkan, mengamati, memikirkan dan meneliti citpataan-Nya. Oh, ternyata, tumpukan kotoran sapi itu bisa dijadikan pupuk yang dapat menggemburkan tanah, menyuburkan tanaman. Begitu, kan?
Kasus lain saat mau bepergian untuk urusan penting, terburu-buru. Waktu begitu mepet. Jalanan
macet. Angkutan kota selalu berjubel penumpang. Kita berlari memburu angkot.
Sampai di dekat angkot tiba-tiba ada
orang menyerobot seenaknya. Duh, jadinya tak kebagian tempat duduk. Padahal, kaki tinggal
selangkah lagi. Lalu angkot pun melaju cepat. Selanjutnya, ya terserah kepada
kita, tergantung cara berikir kita.
Kalau kita berpikir negatif akan membuahkan perasaan mangkel, jengkel dan marah, lalu mengumpat. Itu tak menyelesaikan
masalah. Kadang malah batin tersiksa. Tapi kalau
berpikir positif, ketenangan yang dirasa. Boleh jadi Allah berkehendak lain
dengan kejadian ini.
Singkat cerita,
saat angkot lain yang kita tumpangi lewat di
suatu tempat, lho kok terlihat banyak orang berkerumun?. Rupanya ada tabrakan di sana. Spontan mulut kita bergumam. Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un. Ini
suatu musibah. Dan setelah itu,
alhamdulillah. Sebab, kita tak jadi naik angkot tersebut.
Banyak contoh lain yang membuktikan bahwa setiap peristiwa yang
menimpa dan terjadi pada diri seseorang, dalam kondisi apapun, selalu ada
hikmah yang tersembunyi dan menjadi pelajaran berharga. Itulah pentingnya
selalu positive thinking agar kita tetap
tenang.
sumber foto : www.google.co.id
sumber foto : www.google.co.id
Suparto
Iyupp betul pas. Tetap berusaha berpikir positif.
ReplyDeleteMantap..
DeleteTetap Semangat
Terus Berkarya
Yes, negative thinking will kill you
ReplyDeletesetuju. Terima kasih artikelnya Pak
ReplyDeleteYa mbak. Juga untuk mengingatkan diri sendiri
Delete