Ibadah puasa melatih dan mengajarkan seseorang untuk merasakan betapa
beratnya haus dan lapar itu. Padahal haus dan laparnya orang yang berpuasa
bersifat sementara dan terbatas, yaitu mulai dari terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari. Bagaimana halnya dengan orang-orang miskin yang dalam
hidupnya serba kekurangan? Sepanjang hidupnya mereka selalu dalam keadaan lapar?
Orang yang beriman tidak selayaknya membiarkan mereka dalam keadaan lapar
dan haus tersebut secara terus-menerus. Puasa akan melahirkan sikap lebih
menyayangi si miskin. Bersikap lemah lembut terhadap sesama dan berbuat baik
kepada mereka.
Dengan puasa seseorang akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang
fakir dan miskin yang penuh kekurangan. Orang yang berpuasa akan merasakan
lapar dan dahaga sebagaimana yang mereka rasakan. Dalam ibadah puasa ditanamkan,
bahwa kita adalah bagian dari mereka dan mereka pun adalah bagian dari kita.
Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadits riwayatkan Imam Bukhari : “Engkau akan melihat
orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, dalam kecintaan mereka dan
dalam keakraban mereka antar sesamanya adalah bagaikan satu tubuh. Apabila
salah satu anggotanya merasakan sakit, maka sakitnya itu akan merembet ke
seluruh tubuhnya, sehingga (semua anggota tubuhnya) merasa sakit, dan merasakan
demam (karenanya).”
Dengan ibadah puasa, menurut
Didin Hafidhudin, akan melahirkan kecerdasan sosial, dalam pengertian selalu
memiliki rasa empati, simpati dan selalu ingin
menolong orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Kecerdasan sosial ini, akan menghilangkan sifat egois,
kikir dan materialis, dan digantinya dengan sifat kedermawanan.
Bagi orang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi, yang terwujud
dalam sikap kedermawanan, akan mendapatkan anugerah
kedekatan dengan Allah SWT dan dengan sesama manusia. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki kepedulian sosial
dan bakhil akan mendapatkan adzab, jauh dari Allah dan jauh dari manusia.
Dalam
hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda yang artinya :“Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan
manusia, dekah dengan syurga, dan jauh dari neraka. Dan orang yang bakhil itu
jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dengan neraka.
Orang yang jahil (bodoh) tapi pemurah, itu lebih dicintai Allah daripada ahli
ibadah tapi bakhil.”
Suparto
#IndahnyaRamadhan
Comments
Post a Comment