Hari ini, 8 Juni, kita
kenang sebagai tanggal kelahiran Presiden Kedua Republik Indinesia, Soeharto. Dalam
sejarah pemerintahan di Indonesia, Soeharto dikenal sebagai satu-satunya
Presiden yang memiliki masa jabatan terlama yaitu sekitar 32 Tahun. Ia
merupakan Presiden Kedua Indonesia setelah Soekarno. Dibawah kepemimpinannya, ia
pernah sukses mengantarkan Indonesia menjadi negara Swasembada. Indonesia juga mendapat julukan sebagai Macan Asia
karena kekuatan ekonominya.
Seperti kisah para tokoh
dunia lainnya, Soeharto dipuja karena kehebatannya, tetapi juga tidak luput
dari cacimaki dan dibenci lantaran beberapa kebijakannya dianggap merugikan
rakyat. Dengan segala kekurangannya, perjalanan hidup Pak Harto, panggilan
akrab Soeharto, baik sebagai seorang jenderal maupun presiden, kita akui telah
menorehkan sejarah gemilang Indonesia.
Bagi sebagian orang yang
pernah mengalami masa pemerintahan Soeharto, pasti ingat ucapannya yang sering menggunakan
kata “daripada”. Pada setiap pembicaraan atau pidatonya, kata “daripada” yang
dalam struktur bahasa Indonesia kurang tepat penggunaanya, kadang bisa mencapai
puluhan kali. Tak heran jika hal tersebut menjadi bahan guyonan masyarakat. Misalnya mau bilang : “saya sakit”, dalam
ucapan Soeharto bisa terucap “Saya sedang daripada sakit”.
Meski karir tokoh Indonesia yang pernah dijuluki Bapak Pembangunan dan menjadi salah satu orang kuat di dunia ini
luar biasa, namun masa kecil Soeharto ternyata dialaminya dengan kondisi yang memprihatinkan.
Berikut kisah masa kecil daripada
Soeharto.
Soeharto lahir 8 Juni 1921
di Desa Kemusuk, dusun terpencil di daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat
Yogyakarta. Ayahnya Kertosudiro, seorang petugas irigasi di desa itu. Ibunya
bernama Sakirah. Tak lama setelah Soeharto lahir, kedua orangtuanya bercerai.
Belum 40 hari, Soeharto
dibawa ibunya ke Mbah Kromodiryo, yang masih kerabatnya. Sakirah sakit sehingga
tak bisa menyusui anaknya. Di pelukan Mbah Kromo Soeharto menemukan kasih
sayang. Mbah Kromo memberi makanSoeharto, merawatnya kala sakit, dan mengajar
mengenal kehidupan desa.Soeharto kecil sangat akrab dengan kehidupan petani
beserta sawah dan kerbaunya.
"Memang terasa sekali
sampai sekarang betapa sayangnya beliau pada saya," kataSoeharto dalam
biografi 'Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' yang ditulis G Dwipayana
dan Ramadhan KH seperti dikutip www.merdeka.com
Setelah berusia empat tahun,
Sakirah menjemput Soeharto. Kemudian mengajak putranya itu tinggal bersama
suami barunya yang bernama Atmopawiro.
Mbah buyut Soeharto,
Notosudiro masih ada hubungan dengan pengawas di keraton, karena itu masih
dipanggil Den. Dari situ pula Soeharto sering dapat ejekan. Kehidupan Soeharto
melarat. Dia merasa risih dipanggil Den.
"Saya selalu menolak
dipanggil begitu, tapi mereka terus juga menjengkelkan saya," kata
Soeharto.
Kehidupan masa kecil
Soeharto tak selalu menyenangkan. Banyak juga sakit hatinya.
Ceritanya saat itu Mbah
Notosudiro pulang membawa baju. Soeharto yang baru berumur lima tahun disuruh
mencoba baju tersebut. Saat itu Soeharto belum punya pakaian. Dia masih
bertelanjang dada dan hanya punya celana pendek selutut.
Eh, setelah baju dicoba,
ternyata Mbah Notosudiro malah memanggil sepupuSoeharto yang bernama Darsono.
Baju itu diberikan pada Darsono. Soeharto pun sakit hati. Apalagi dia tahu anak
budenya itu sudah punya baju.
"Saya merasa nista.
Saya nelangsa, sedih sekali. Waktu itu saya merasa hidup ini kok begini. Saya
berpikir, kami sama-sama cicitnya, tetapi diperlakukan lain. Mas Darsono sudah
mempunyai baju, sedang saya belum. Mengapa saya tidak dibuatkan dan yang
dibuatkan itu malah Mas Darsono?"
Ayah kandung Soeharto,
Kertosudiro, akhirnya menitipkan Soeharto pada adik perempuannya yang
bersuamikan mantri tani bernama Prawirodiharjo. Kehidupan ekonomi keluarga ini
lumayan baik. Soeharto pun disekolahkan dan diterima dengan kasih sayang. Dia
pun betah tinggal di Daerah Wuryantoro ini.
Baru satu tahun, ayah tiri
Soeharto Atmopawiro menjemput Soeharto. Katanya Sakirah kangen bertemu
Soeharto. Mereka juga menjanjikan Soeharto cuma liburan dan nanti boleh kembali
ke rumah Prawiro. Tapi ternyata janji tinggal janji. Soehartokembali tinggal di
Kemukus selama satu tahun sebelum akhirnya dijemput Prawiro kembali.
Soeharto mengagumi Pak
Prawiro dan pekerjaannya sebagai mantri pertanian.Soeharto juga mulai mencintai
kehidupan petani.
"Ketekunan dan
kreativitas Pak Prawiro itu memberikan inspirasi kepada saya. Semangat saya
dijadikannya hidup," kata Soeharto.
Tak ada yang menyangka 40
tahun kemudian, anak kecil berdada telanjang dari desa terpencil itu dilantik
menjadi Presiden RI kedua. Nasib manusia memang milik Sang Pencipta..
Piye kabare, le? Sik penak jamanku tho?
ReplyDeleteTrenyuh saya membaca kisah ini pak.
Iya mas Heru. Mengenang kelahiran "daripada" Pak Harto, saya sempatkan membaca buku2 kisah "daripada"beliau.
DeleteDengan segala kekurangannya, Pak Harto itu luar biasa...