~Seperti Orang Bermata Satu di Negeri Buta~
Nama Serambi Sukowati sudah puluhan tahun dikenal sebagai ajang latihan dan pentas seni di kota Sragen. Di komplek Serambi Sukowati, berdiri dua bangunan rumah pendopo, yakni Pendopo Pangrawit dan Pendopo Limasan. Ada satu lagi bangunan yang tidak begitu besar, namanya “Kandang Kebo”.
Agus Fatchur Rahman, mantan
Bupati Sragen 2011-2016 yang rumahnya di wilayah Sragen Wetan dijadikan markas
Serambi Sukowati menceritakan, Pendopo itu dibangun sekitar 15 tahun lalu, saat dirinya masih menjabat
sebagai Wakil Bupati.
Tempat ini menjadi arena ekspresi dan eksplorasi kesenian para seniman Sragen bernama Komunitas Kerabat Serambi Sukowati. Kini komunitas itu telah menjadi sebuah Sanggar Seni sebagai wahana pengembangan berbagai kesenian.
Tempat ini menjadi arena ekspresi dan eksplorasi kesenian para seniman Sragen bernama Komunitas Kerabat Serambi Sukowati. Kini komunitas itu telah menjadi sebuah Sanggar Seni sebagai wahana pengembangan berbagai kesenian.
Apa dan bagaimana sebenarnya keberadaan Serambi Sukowati dan harapan ke depan?
Berikut sekilas penuturan Agus Farchur Rahman, sang pemilik dan penggagasnya, saat menyaksikan pentas Kolaborasi Wayang Cokekan dan Ketoprak di acara Wungon, Rabu malam (21/6/2017).
Berikut sekilas penuturan Agus Farchur Rahman, sang pemilik dan penggagasnya, saat menyaksikan pentas Kolaborasi Wayang Cokekan dan Ketoprak di acara Wungon, Rabu malam (21/6/2017).
***
"Perlu diketahui, kegiatan
di Serambi Sukowati ini bukan pesanan pemerintah tapi sebuah ikhtiar swadaya
atau mandiri sehingga menjadi sebuah arena melakukan ekspresi berkesenian
ditengah situasi yang menurut beberapa orang sedang mengalami kegalauan," kata Agus.
Agus melanjutkan, "Saya jadi ingat ketika
suatu hari Sang Siddharta Gautama ditanya tentang kehidupan, dia mengatakan, di negeri buta, orang bermata satu itu adalah orang yang paling paling pandai di situ."
Dengan gambaran tersebut, Agus menekankan, jika Serambi Sukowati ini diibaratkan sedang berada di tengah orang-orang buta, teman-teman itu merupakan bagian dari orang yang bermata satu seperti yang dikatakan Siddharta Gautama itu.
Dengan gambaran tersebut, Agus menekankan, jika Serambi Sukowati ini diibaratkan sedang berada di tengah orang-orang buta, teman-teman itu merupakan bagian dari orang yang bermata satu seperti yang dikatakan Siddharta Gautama itu.
"Artinya, ketika orang lain sedang
tidur atau buta semua, maka kita ini walaupun hanya memiliki mata satu sudah
dianggap hebat. Oleh karena itu marilah terus tumbuhkan ikhtiar dalam
berkesenian," tegas Agus yang dikenal sebagai budayawan ini.
Agus punya harapan tentang
Serambi Sukowati, meski dengan fasilitas yang masih terbatas. Yakni tentang kiprah teman-teman di Serambi Sukowati untuk bisa memberikan suatu sentuhan kepada masyarakat Sragen.
Makanya dia punya mimpi,
pada bulan-bulan tertentu, selain pentas
teater, ketoprak dan wayangan, bisa dipentaskan music jazz, rock n’roll,
keroncong dan lain-lain di kampung ini. Dengan pentas aneka seni itu, apresiasi
seni kita makin berkembang.
Agus Fatchur Rahman |
"Untuk teman-teman seniman,
saya sudah mengelaborasi – menerjemahkan apa yang menjadi suara hati dan
pikiran saya. Mongggo gunakanlah
ruang-ruang di Serambi Sukowati ini untuk menggali dan mengembangkan potensi
seni serta menyumbangkan keindahan kepada masyarakat Sragen. Sebuah keindahan
yang tidak diperintah oleh pemerintah, tidak disuruh oleh siapapun, tetapi oleh
panggilan jiwa kita semua untuk terus memberi kekayaan kepada kabupaten Sragen
yang kita cintai ini," harapan Agus.
"Melalui media seni akan
mampu mengasah ketajaman hati sehingga kita menjadi manusia yang tetap waras
ditengah situasi negara/daerah yang ruwet dan penuh kepalsuan ini. Seni mampu
mengungkap banyak hal yang tidak bisa diungkap oleh media lain," pungkas Agus.
***
Sanggar Seni Serambi
Sukowati yang sekarang digawangi “Mbah Pine” Wiyatno, seorang seniman teater
Sragen, memiliki beberapa kelompok seni. Diantaranya latihan karawitan untuk
usia TK, SD, SMP dan bapak-bapak warga kampung. Ada juga latihan dan pentas
teater anak-anak remaja usia SMA, serta latihan dan pentas teater dan ketoprak
untuk anggota sanggar.
Mbah Pine |
Serambi Sukowati
menyelenggarakan pentas apresiasi seni pertunjukan minimal sebulan sekali dan
pentas apresiasi 3 bulanan bertajuk Wungon
Serambi Sukowati.
Menurut Mbah Pine, di Serambi
Sukowati ini, pernah tampil tokoh-tokoh nasional dan internasional. Mbah Pine
akan bercerita di edisi berikutnya.
--- Bersambung ---
Comments
Post a Comment