Tanggal 21 April, bagi bangsa Indonesia, terutama kaum
wanita, menjadi momen istimewa karena diperingati sebagai Hari Kartini. Tak ketinggalan
bagi warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Beberapa sekolahan dan kantor pemerintah,
menyelengarakan upacara peringatan hari kelahiran salah satu tokoh wanita
Indonesia yang lahir di Jepara ini.
Upacara peringatan Hari Kartini ke - 137 tahun 2016
tingkat Kabupaten Sragen berlangsung semarak di halaman kantor Bupati Sragen,
Kamis (21/04). Sejak pukul tujuh pagi, ratusan karyawati terlihat anggun
mengenakan pakaian kebaya berwarna-warni sudah siap mengikuti upacara. Selain
perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), peserta upacara juga berasal
dari organisasi wanita, pramuka, serta
siswa.
Yang terlihat agak istimewa, upacara yang dipimpin
langsung oleh Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman ini, semua petugas
upacara, mulai dari perwira dan komandan
upacara, komandan peleton, pembaca riwayat Kartini, ajudan inspektur upacara,
dan pembaca doa, 100 persen dilakukan oleh kaum wanita. Para petugas upacara
tersebut adalah pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Sragen.
Jangan Hanya
Simbol Asesoris
Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, dalam sambutannnya
mengingatkan, peringatan Hari Kartini hendaknya tidak sekedar mengganti pakaian
harian menjadi kebaya dan jarit yang hanya menjadi simbol asesoris belaka,
namun harus mampu menggali semangat perjuangan Kartini.
“Semangat Kartini adalah sebuah pemberontakan kultural
terhadap lingkungan yang kurang kondusif, agar bisa memberikan pengabdian bagi orang
lain. Kartini ingin memberikan yang terbaik dimasa hidupnya,” kata Bupati.
Karena itu dalam memperingati Hari Kartini, Bupati
meminta seluruh warga Sragen bisa merubah paradigma dari sekedar seremonial
menjadi semangat berlomba-lomba berbuat kebaikan bagi orang lain.
“Makna kepahlawanan adalah ketika seseorang dengan ikhlas mampu mengorbankan kepentingan diri dan golongannya untuk berbuat yang terbaik bagi orang lain,” tegas Bupati.
“Makna kepahlawanan adalah ketika seseorang dengan ikhlas mampu mengorbankan kepentingan diri dan golongannya untuk berbuat yang terbaik bagi orang lain,” tegas Bupati.
Jangan
Lampaui Kodrat
Sementara itu, seusai mengikuti upacara, dua orang
wanita karir berikut ini mengungkapkan pendapatnya saat ditanya tentang makna
peringatan Hari Kartini tahun 2016.
Eka Rini Mumpuni Titi Lestari |
Eka Rini
Mumpuni Titi Lestari, Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten Sragen berpendapat, seorang wanita boleh saja mengejar
kemajuan seperti yang dicita-citakan Kartini, tapi jangan melebihi kapasitasnya
sebagai seorang wanita di luar ketentuan dan kepatutan.
“Sekarang banyak kaum wanita bekerja diluar kapasitas
dan batas kepatutan dengan dalih prinsip emansipasi
wanita dan kesetaraan gender yang dulu digerakkan Ibu Kartini. Akibatnya, peran penting di
lingkungan rumah tangga terabaikan,” kata Eka.
Menurut Eka, di lingkungan rumah pun seorang wanita
bisa menjadi pahlawan. Caranya, melaksanakan peran sebagai seorang istri dan
ibu rumah tangga yang baik serta bersungguh-sungguh membesarkan dan mendidik
anak menjadi generasi yang berkualitas.
Eka yang kebetulan diamanahi menjabat Kepala Dinas
Pertanian, berusaha tidak pernah melalaikan tugas utama sebagai seorang istri,
sebagai ibu dari tiga orang anak dan juga anggota masyarakat.
Di sela-sela tugas kedinasan, Eka selalu memantau
kondisi rumah. Artinya, komunikasi selalu dilakukan. Jika bertugas ke luar kota
dan berangkat terlalu pagi, misalnya, ia harus mempersiapkan segala sesuatu
jauh-jauh sebelumnya agar semua kepentingan keluarga bisa terakomodasi.
Semenara itu, Andiena
Shanty, Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Unit Pelayanan Terpadu
Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Sragen punya pendapat berbeda, meski
substansinya sama.
Andiena Shanty |
Wanita kelahiran Semarang 04 Januari 1983 ini
menyatakan, sekarang kemajuan yang dicapai kaum wanita luar biasa. Apa yang
dulu tak pernah dibayangkan oleh Ibu Kartini, bisa dilakukan wanita masa kini.
“Sekarang kaum wanita mampu berperan di hampir semua
sektor, bahkan untuk hal-hal yang bersifat teknis yang dulu hanya bisa
dilakukan kaum pria. Ini memang tuntutan jaman,” jelas Andien.
Namun Andien tetap berharap, meski seorang wanita bisa
berkiprah di sektor manapun, namun tidak meninggalkan kodrat kewanitaannya.
Menyambut Hari Kartini kali ini, wanita murah senyum itu menonerahkan gagasannya dalam bentuk puisi.
Jaman dimana emansipasi dijunjung tinggi
Potensi dan kreativitas tidak dibatasi
Teriring rasa syukur kita lahir di era ini
Kesempatan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya
sangat dihargai.
Berbeda dengan jaman yang dialami R.A Kartini
Wanita hanya dianggap sebagai perabot laki-laki
Hingga semboyan Kartini lahir dan menginspirasi,
“Kita harus bisa membuat sejarah.
Kita mesti menentukan masa depan kita
yang sesuai keperluan dan kebutuhan wanita,
dan harus mendapat pendidikan yang cukup
seperti halnya kaum laki-laki.”
Wahai para penerus perjuangan Kartini,
mari berikan yang terbaik untuk negeri ini.
Jadilah wanita tangguh dan mandiri.
Sumbangkan kemampuan terbaik dan kompetensi diri.
Wanita adalah awal lahirnya sebuah kehidupan dalam
suatu generasi.
Emansipasi harus diapresiasi tanpa melupakan sisi
kodrati.
(Kupersembahkan untuk kaum wanita di masa kini) -
“Habis Gelap Terbitlah Terang”
(Suparto) bersambung ….
Bagus banget pak laporannya. Berasa baca koran.
ReplyDeleteReportase ya Mbak. Tetap semangat...
DeleteIya. Seperti artikel di koran. Bagus.
ReplyDeleteMenggali yang tersembunyi mas...
DeleteWartawan senior rupanya...
ReplyDeleteLanjutannya enggak nunggu hari kartini taon depan kan pak ?
Senior maksude wis tuwo.
DeleteBersambung besok. Tapi tentang apa dipikir besok aja.. hehehe
Tetap semangat
Terimakasih pak atad persembahan tulisannya utk para wanita
ReplyDeleteSemoga bermanfaat ya mbak Wid.
DeletePengen bisa nulis seperti bapak...
ReplyDelete$aya terus belajar untuk jeli memotret dan merekam peristiwa sehari-hari mbak Lisa.
DeleteSaya curiga, jangan-jangan senior kita ini (Pak Parto) seorang wartawan :) ... hehehe
ReplyDeletewartawan majalah dinding mas...
Delete