Ada ungkapan berbunyi "nasib dunia berada di ujung lidah."
Ungkapan di atas menggambarkan, meskipun lidah itu tidak bertualang tetapi memiliki kekuatan yang maha dahsyat.
Banyak bukti menunjukkan bahwa lidah tak selunak yang kita bayangkan.
Keretakan rumah tangga bisa dipicu oleh percekcokan mulut yang kelewat batas. Kekacauan negara juga banyak disebabkan oleh perselisihan antar elit penyelenggara pemerintahannya.
Para orang tua dulu sering menasihati, kalau ingin selamat hendaknya kita senantiasa memelihara lidah, menjaga uacapan.
Lidah dapat membawa seseorang meraih sukses, tetapi lidah dapat pula menjerumuskan seseorang ke dalam jurang kehancuran.
Dengan lidahnya manusia dapat membalik dunia, tetapi dengan lidahnya pula nasibnya dapat berada di ujung tanduk.
Benarlah kata pepatah, "mulutmu adalah harimaumu." Maksudnya, seseorang yang tidak dapat mengontrol setiap kata-kata atau ucapannya, suatu saat nanti ucapannya tersebut akan menjadi bumerang bagi dirinya.
Abdullah Gymnastiar (Soejitno Irmin dan Abdul Rochim, 2004) pernah menyatakan, mulut itu seperti moncong teko yang mengeluarkan isi.
"Jika ingin tahu kualitas diri sesorang, maka dengan mudah kita dapat melihatnya dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kualitas ucapan seseorang mencerminkan pribadi yang bersangkutan," kata Aa Gym, panggilan dai kondang asal Bandung tersebut.
Menurut Aa Gym, ada empat tingkatan manusia yang ditunjukkan oleh ucapan yang keluar dari lisannya. Pertama, orang yang berkualitas tinggi adalah orang yang berbicara pada tempat dan saat yang tepat dan ucapannya sarat dengan hikmah. Kata-katanya mengandung dzikir, ide, ilmu dan solusi yang bermanfaat bagi sesama manusia.
Kedua, orang yang kualitas dirinya biasa-biasa saja. Orang ini terlihat dari ucapannya yang selalu sibuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang dia alami atau ketahui. Orang seperti itu akan sangat sibuk mengomentari segala hal yang dia lihat dengan sangat lengkap. Dia tidak kuat untuk menahan lidahnya untuk tidak berkata-kata menanggapi segala kejadian yang dia ketahui.
Ketiga, orang yang kualitas dirinya rendahan dalam berkata-kata. Orang seperti ini akan selalu membawa segala permasalahan yang dialaminya kemanapun dia melangkah. Di manapun dia berada, dia akan selalu mencela orang lain. Dia selalu merasa tidak puas akan keadaan dan muncullah keluhan-keluhan dari mulutnya, dan memaksa orang lain untuk mendengarnya.
Ciri keempat, adalah orang yang dangkal, yakni orang yang sibuk menyebut-nyebut kebaikan dirinya dan jasa-jasa yang telah dilakukannnya. Orang seperti itu biasanya tidak pernah mau kalah. Kalau ada orang lain yang menceritakan keberhasilannya, dia akan menceritakan keberhasilan dirinya yang jauh lebih hebat. Pokoknya dia tidak mau orang lain lebih sukses dan lebih hebat dari dirinya sendiri. Dan lebih parah lagi, orang seperti dia suka mengklaim karya orang lain sebagai hasil karyanya.
Wallahu a'lam...
Abdullah Gymnastiar (Soejitno Irmin dan Abdul Rochim, 2004) pernah menyatakan, mulut itu seperti moncong teko yang mengeluarkan isi.
"Jika ingin tahu kualitas diri sesorang, maka dengan mudah kita dapat melihatnya dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kualitas ucapan seseorang mencerminkan pribadi yang bersangkutan," kata Aa Gym, panggilan dai kondang asal Bandung tersebut.
Menurut Aa Gym, ada empat tingkatan manusia yang ditunjukkan oleh ucapan yang keluar dari lisannya. Pertama, orang yang berkualitas tinggi adalah orang yang berbicara pada tempat dan saat yang tepat dan ucapannya sarat dengan hikmah. Kata-katanya mengandung dzikir, ide, ilmu dan solusi yang bermanfaat bagi sesama manusia.
Kedua, orang yang kualitas dirinya biasa-biasa saja. Orang ini terlihat dari ucapannya yang selalu sibuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang dia alami atau ketahui. Orang seperti itu akan sangat sibuk mengomentari segala hal yang dia lihat dengan sangat lengkap. Dia tidak kuat untuk menahan lidahnya untuk tidak berkata-kata menanggapi segala kejadian yang dia ketahui.
Ketiga, orang yang kualitas dirinya rendahan dalam berkata-kata. Orang seperti ini akan selalu membawa segala permasalahan yang dialaminya kemanapun dia melangkah. Di manapun dia berada, dia akan selalu mencela orang lain. Dia selalu merasa tidak puas akan keadaan dan muncullah keluhan-keluhan dari mulutnya, dan memaksa orang lain untuk mendengarnya.
Ciri keempat, adalah orang yang dangkal, yakni orang yang sibuk menyebut-nyebut kebaikan dirinya dan jasa-jasa yang telah dilakukannnya. Orang seperti itu biasanya tidak pernah mau kalah. Kalau ada orang lain yang menceritakan keberhasilannya, dia akan menceritakan keberhasilan dirinya yang jauh lebih hebat. Pokoknya dia tidak mau orang lain lebih sukses dan lebih hebat dari dirinya sendiri. Dan lebih parah lagi, orang seperti dia suka mengklaim karya orang lain sebagai hasil karyanya.
Wallahu a'lam...
Suparto
ilustrasi, sumber : www.google.co.id
Comments
Post a Comment