Biasanya, orang bertanya kepada orang lain itu ingin mendapatkan jawaban sesuai keinginan penanya. Tujuan bertanya diantaranya juga untuk menggali dan memperoleh informasi dari orang yang ditanya.
Namun dalam hubungan sosial, saya justru menemukan fakta yang berbeda. Banyak orang yang bertanya tapi tidak butuh jawaban.
Awalnya mereka bertanya, setelah dijawab, ternyata pertanyaan itu hanya basa-basi. Yang terjadi kemudian adalah retorika belaka!
Berikut kisahnya.
***
( 1 )
Kang Marno, seorang PNS yang dikenal rajin, dengan senyum sumringah suatu pagi mendekati saya dan bertanya.
"Pak. Jenengan kemarin apa menghadiri acara pelantikan pejabat struktural di Rumah Dinas Bupati?"
"Nggak, Mas," jawab saya singkat.
"Tapi siapa-siapa saja yang dilantik, tahu kan?"
Saya hanya menggelengkan kepala.
"Wah, kemarin itu ternyata banyak wajah baru yang dilantik." Kang Marno meneruskan omongannya.
"Contohnya, pak A dilantik sebagai Kepala Dinas Anu, pak B mendapat jabatan baru sebagai Kepala Bagian, dan banyak lagi." Cerita dia semangat.
"Lha kalau saya pak. Kemarin itu ceritanya saya juga dilantik sebagai Kepala Seksi di kantor Dinas C, " lanjut dia serius.
"Oh, selamat ya Kang, sekarang sudah menduduki jabatan struktural!" respon saya, kaget.
Itulah Kang Marno. Dia bertanya kepada saya bukan untuk mendapatkan jawaban, tapi sekadar ingin bercerita dan memberi tahu bahwa sekarang sudah menduduki jabatan struktural. Bagi Kang Marno, jabatan yang baru disandangnya itu merupakan status mentereng yang telah puluhan tahun didambakan. Makanya dia ingin segera menceritakan kepada orang lain. Soal pertanyaan yang dilontarkan pada awal pertemuan, itu cuma basa-basi saja.
***
( 2 )
"Pak, sekarang harga tanah di lingkungan kampung kita per meternya sudah sampai berapa juta ya?" tanya Pakde Kamin kepada saya, ketika kami hadir di sebuah pertemuan warga.
"Saya kurang tahu, Pakde."
"Soalnya kemarin saya beli tanah di kampung sebelah, harganya sudah sampai 1 Juta rupiah per meternya," ujar Pakde Kamin dengan bangga.
Saya tidak merespon omongannya. Tapi dia tetap melanjutkan.
"Berarti harga tanah di tempat kita lebih murah ya?"
Saya masih diam. Namun saya mulai bisa menebak arah pembicaraan Pakde Kamin yang diawali dengan pertanyaan tadi.
Tahu kan, lewat pertanyaan itu, sebenarnya Pakde Kamin hanya ingin pamer tentang aset tanah yang dimilikinya.
***
Kisah Kang Marno dan Pakde Kamin di atas, hanya dua contoh dari sekian banyak fakta tentang pertanyaan serupa yang tidak memerlukan jawaban. Atau, jawaban apapun yang kita berikan tidak penting bagi mereka.Sejatinya, beragam pertanyaan yang sering kita dengar dalam pergaulan sehari-hari hanya sebagai sarana untuk menunjukkan status diri dan kesombongan. Atau, sekadar mengungkapkan keberhasilan dirinya kepada orang lain.
Kita tidak perlu sinis. Boleh jadi kita sendiri juga sering melakukannya. Cuma nggak nyadar aja....
Allahu a'lam.
Suparto
Ilustrasi, sumber : www.google.co.id
Comments
Post a Comment