Salah satu kajian dilakukan oleh Syaikh Muhammad Al-Ghazali, seorang intelektual Muslim dan aktivis dakwah kelahiran Mesir.
Dalam bukunya berjudul "Al-Qur'an Kitab Zaman Kita - Mengaplikasikan Pesan Kitab Suci Dalam Konteks Masa Kini" (2008) Syaikh Muhammad Al-Ghazali menguraikan penyebab umat Islam mengalami ketinggalan. Yaitu karena sikap umat Islam yang menjadikan Al-Quran hanya sebagai bacaan belaka tanpa mau mempelajari, mendalami dan menghayatinya.
Dia menyatakan, setelah abad pertama hijriyah, umat Islam banyak menitikberatkan kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan bacaan Al-Quran, ilmu tajwid, dan terpaku pada hafalan teks-teks Al-Quran semata.
Mereka tidak mementingkan aspek dialogisnya sehingga mengakibatkan tertinggalnya umat Islam dari bangsa-bangsa lain.
Menurut Ghazali, kata quri'at (dibacakan) - dalam percakapan sehari-hari kita - berarti bahwa Risalah atau Kitab (Al-Quran) yang datang dan ada di tengah- tengah kita membutuhkan pemahaman yang mendalam serta perlu dipelajari secara kritis. Namun kenyataannya, sering tidak ditemukan adanya keseimbangan antara bacaan dan pemahaman, atau antara bacaan dan realitas. Sulit ditemukan adanya hubungan yang metodologis antara bacaan dan analisis kritisnya terhadap Al-Quran.
"Apa yang kita saksikan pada saat ini? Umat Islam membaca Al-Quran hanya dikarenakan mengharap berkah, tanpa analisis kritis dan menghayati maknanya secara mendalam apa yang terkandung di balik pernyataan ayat-ayat Al-Quran," tegas Ghazali.
Padahal Allah berfirman, "Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."(QS. Shaad[38]:29).
Ayat tersebut berarti memberi tekanan pada mengingat, menyimak, dan menganalisis.
"Tetapi, manakah analisis yang kita lakukan? Dari manakah kita mengambil pelajaran jika kita tidak menghayati makna ayat secara mendalam - atau minimal mengerti maksudnya - untuk dijadikan tuntunan yang secara prinsip dibutuhkan oleh umat Islam secara individual maupun sosial?" kata Ghazali.
Suparto
Comments
Post a Comment