Catatan pribadi bagian kedua ini saya gunakan untuk membedah bagaimana nasib Piagam Resolusi 2017 yang saya canangkan pada awal tahun.
Apakah resolusi itu sekedar latah, gagah-gagahan, menjadi sampah, atau punya pengaruh dalam menggerakkan spirit untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Latar Belakang
Mengapa saya membuat Resolusi di Tahun Baru 2017? Apakah karena latah seperti yang dilakukan banyak orang? Biar kelihatan keren dan dianggap modern?
Dulu, 4-5 tahun lalu, jujur saja, saya pernah menuliskan Resolusi menjelang Tahun Baru karena ikut-ikutan. Saya menulisnya di buku blocknote karena belum akrab dan pede dengan media sosial. Saya juga belum punya Blog. Hasilnya, di akhir tahun, seluruh isi resolusi itu tidak ada yang netes alias nihil dan tidak punya pengaruh apa-apa dalam perjalanan hidup. Hilang ditelan masa.
Tapi apa yang saya tuliskan pada Piagam Resolusi 2017 dan saya share di Blog, sungguh berbeda.
Resolusi 2017 saya buat berdasarkan hasil evaluasi kinerja pribadi tahun 2016 yang tidak maksimal. Berangkat dari kesadaran mendalam, pertimbangan matang dan penuh pemahaman, saya harus punya target jelas di tahun 2017. Resolusi harus saya jadikan semangat, tekad, janji dan arah untuk meraih cita-cita.
Bagaimana hasilnya? Berikut penjelasannya.
Resolusi Pertama :
Mendaftar Calon Haji Beserta Istri
Di usia yang makin tua, masih ada kegelisahan yang mengganggu hidup saya dan keluarga. Sebagai seorang Muslim, kami telah berusaha menjalankan perintah agama semaksimal mungkin. Tetapi godaan dunia dengan segala persoalannya, sering membuat kami lalai.
Dari sekian banyak kelalaian itu adalah tidak segera menunaikan ibadah Haji sebagai salah satu rukun Islam.
Kami menerjemahkan kata 'mampu' sebagai salah satu syarat kewajiban berhaji menurut persepsi dan pemahaman pribadi yang amat dangkal.
Untuk kebutuhan duniawi dan kesenangan sesaat, kami begitu gigih memperjuangkan agar terpenuhi. Dunia yang fana, dunia yang permainan dan penuh tipu daya, kenapa selalu menyilaukan kami?
Kenapa untuk hal yang sangat prinsip dalam hubungan dengan Sang Pemilik Dunia, kami justru menganggap enteng, abai dan menyelekan?
"Astaghirullah al-adziim." Ampunilah kami Ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung. "Robbana dzalamna anfusana, wailam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khasirin." Ya Allah, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, jika tidak Engkau ampuni dan Engkau beri kasih sayang, tentulah kami menjadi orang yang merugi.
Kesadaran ini yang melahirkan tekad untuk segera menetapkan target mendaftar calon haji sebagai prioritas utama dalam mengisi sisa hidup. Resolusi 2017 menggerakkan hati, pikiran dan raga. Hampir tiap hari saya berdoa, bermunajat, memutar otak dan berusaha untuk bisa merealisasikan, selanjutnya pasrah atas kehendak Allah Yang Maha Segalanya.
Alhamdulillah. Meski sampai akhir tahun 2017, kami belum berhasil mendaftar calon haji secara resmi. Tetapi sudah ada progres yang menggembirakan, baik dari segi bekal sebagai syarat 'mampu' maupun dari segi fasilitas. Semoga, dua tiga bulan ke depan target kami bisa kelar. Allahumma Aamiin.
~bersambung~
Suparto
sumber foto : www.google.co.id
Apakah resolusi itu sekedar latah, gagah-gagahan, menjadi sampah, atau punya pengaruh dalam menggerakkan spirit untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Latar Belakang
Mengapa saya membuat Resolusi di Tahun Baru 2017? Apakah karena latah seperti yang dilakukan banyak orang? Biar kelihatan keren dan dianggap modern?
Dulu, 4-5 tahun lalu, jujur saja, saya pernah menuliskan Resolusi menjelang Tahun Baru karena ikut-ikutan. Saya menulisnya di buku blocknote karena belum akrab dan pede dengan media sosial. Saya juga belum punya Blog. Hasilnya, di akhir tahun, seluruh isi resolusi itu tidak ada yang netes alias nihil dan tidak punya pengaruh apa-apa dalam perjalanan hidup. Hilang ditelan masa.
Tapi apa yang saya tuliskan pada Piagam Resolusi 2017 dan saya share di Blog, sungguh berbeda.
Resolusi 2017 saya buat berdasarkan hasil evaluasi kinerja pribadi tahun 2016 yang tidak maksimal. Berangkat dari kesadaran mendalam, pertimbangan matang dan penuh pemahaman, saya harus punya target jelas di tahun 2017. Resolusi harus saya jadikan semangat, tekad, janji dan arah untuk meraih cita-cita.
Bagaimana hasilnya? Berikut penjelasannya.
Resolusi Pertama :
Mendaftar Calon Haji Beserta Istri
Di usia yang makin tua, masih ada kegelisahan yang mengganggu hidup saya dan keluarga. Sebagai seorang Muslim, kami telah berusaha menjalankan perintah agama semaksimal mungkin. Tetapi godaan dunia dengan segala persoalannya, sering membuat kami lalai.
Dari sekian banyak kelalaian itu adalah tidak segera menunaikan ibadah Haji sebagai salah satu rukun Islam.
Kami menerjemahkan kata 'mampu' sebagai salah satu syarat kewajiban berhaji menurut persepsi dan pemahaman pribadi yang amat dangkal.
Untuk kebutuhan duniawi dan kesenangan sesaat, kami begitu gigih memperjuangkan agar terpenuhi. Dunia yang fana, dunia yang permainan dan penuh tipu daya, kenapa selalu menyilaukan kami?
Kenapa untuk hal yang sangat prinsip dalam hubungan dengan Sang Pemilik Dunia, kami justru menganggap enteng, abai dan menyelekan?
"Astaghirullah al-adziim." Ampunilah kami Ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung. "Robbana dzalamna anfusana, wailam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khasirin." Ya Allah, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, jika tidak Engkau ampuni dan Engkau beri kasih sayang, tentulah kami menjadi orang yang merugi.
Kesadaran ini yang melahirkan tekad untuk segera menetapkan target mendaftar calon haji sebagai prioritas utama dalam mengisi sisa hidup. Resolusi 2017 menggerakkan hati, pikiran dan raga. Hampir tiap hari saya berdoa, bermunajat, memutar otak dan berusaha untuk bisa merealisasikan, selanjutnya pasrah atas kehendak Allah Yang Maha Segalanya.
Alhamdulillah. Meski sampai akhir tahun 2017, kami belum berhasil mendaftar calon haji secara resmi. Tetapi sudah ada progres yang menggembirakan, baik dari segi bekal sebagai syarat 'mampu' maupun dari segi fasilitas. Semoga, dua tiga bulan ke depan target kami bisa kelar. Allahumma Aamiin.
~bersambung~
Suparto
sumber foto : www.google.co.id
Comments
Post a Comment