Ibu
Kau tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah. Karena di masa itu, bersekolah menjadi barang langka. Apalagi bagi kaum perempuan yang tinggal di pelosok desa.Hari-hari yang kau jalani hanya berkutat di dapur, di kebun, di sawah, membantu orang tua. Sesekali bermain bersama teman-teman yang tak jauh dari lingkungan rumah.
Hingga kau dewasa dan menemukan pasangan hidup karena dijodohkan. Berumah tangga dan dikaruniai amanah sebelas anak.
----
Saat masih kanak-kanak, aku mulai mengenalmu, mengetahui dan menyadari betapa beratnya beban hidup orang tua. Penghasilan sebagai petani kecil yang tak seberapa, harus menghidupi sekian banyak anak. Tapi yang kulihat, orang tua tetap semangat, tak pernah mengeluh menerima kenyataan hidup ini.
Bahkan, ayah masih juga menerima amanah menjadi ketua RT, sebuah jabatan sosial yang tidak ringan. Lebih aneh lagi (menurut pandanganku kala itu), orang tua juga merelakan rumah kami dijadikan sekolahan untuk tempat pendidikan bagi anak-anak desa yang tidak tertampung di sekolah negeri.
Prinsipnya, menghidupi sekian banyak anak itu bukan merupakan beban, tetapi sebuah amanah dan kewajiban yang memang harus dijalani tanpa mengeluh. Sebuah keyakinan yang amat teguh hingga semuanya bisa dijalani dengan ikhlas dan sabar.
---
Saat masih kanak-kanak, aku mulai mengenalmu, mengetahui dan menyadari betapa beratnya beban hidup orang tua. Penghasilan sebagai petani kecil yang tak seberapa, harus menghidupi sekian banyak anak. Tapi yang kulihat, orang tua tetap semangat, tak pernah mengeluh menerima kenyataan hidup ini.
Bahkan, ayah masih juga menerima amanah menjadi ketua RT, sebuah jabatan sosial yang tidak ringan. Lebih aneh lagi (menurut pandanganku kala itu), orang tua juga merelakan rumah kami dijadikan sekolahan untuk tempat pendidikan bagi anak-anak desa yang tidak tertampung di sekolah negeri.
Prinsipnya, menghidupi sekian banyak anak itu bukan merupakan beban, tetapi sebuah amanah dan kewajiban yang memang harus dijalani tanpa mengeluh. Sebuah keyakinan yang amat teguh hingga semuanya bisa dijalani dengan ikhlas dan sabar.
---
Umur 63 tahun, Ayah meninggal dunia. Tiga puluh tahun kemudian, Ibu menghadap Allah mencapai usia 90 tahun.
----
Ibu dan Ayah
Hari ini aku mengenangmu.
Ditengah terpaan hidup yang cukup berat, tapi masih bisa meninggalkan jejak keteladanan hidup yang sangat indah.
Ayah yang perkasa, dengan kekuatan fisik dan mental yang membaja menjadi penopang utama kebutuhan keluarga.
Ibu yang harus mengasuh anak-anak dengan kasih sayang dan kesabaran, menemani tumbuh kembang anak. Mengantarkan anak-anak menjadi dewasa dan mandiri.
Semoga kami bisa melanjutkan keteladanan itu, semampu kami.
Terima kasih Ibu
Terima kasih Ayah
Semoga Allah mengampuni dan mengasihimu. Aamiin.
Catatan Hari Ibu 2017
Suparto
Hari ini aku mengenangmu.
Ditengah terpaan hidup yang cukup berat, tapi masih bisa meninggalkan jejak keteladanan hidup yang sangat indah.
Ayah yang perkasa, dengan kekuatan fisik dan mental yang membaja menjadi penopang utama kebutuhan keluarga.
Ibu yang harus mengasuh anak-anak dengan kasih sayang dan kesabaran, menemani tumbuh kembang anak. Mengantarkan anak-anak menjadi dewasa dan mandiri.
Semoga kami bisa melanjutkan keteladanan itu, semampu kami.
Terima kasih Ibu
Terima kasih Ayah
Semoga Allah mengampuni dan mengasihimu. Aamiin.
Catatan Hari Ibu 2017
Suparto
Comments
Post a Comment