Sabtu
(2/10/2016) umat Islam memasuki bulan Muharram 1438, yang menandai datangnya
tahun baru hijriyah. Ada sejuta harapan dan impian memenuhi dada dalam
menyambut datangnya tahun baru itu.
Pergantian
waktu setahun ini, di satu sisi menunjukkan bahwa umur kita bertambah satu
tahun, tetapi kesempatan hidup kita di dunia telah berkurang pula satu tahun. Ini
berarti semakin jauh kita dari kelahiran dan kian dekat kepada kematian.
Tahun
baru hijriyah mengingatkan kita kepada kejadian spektakuler yang pernah terjadi
dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa "hijrah". Hijrah secara harfiah
artinya perpindahan dari satu negeri ke negeri lain, dari satu kawasan ke
kawasan lain, atau perubahan lokasi dari titik tertentu ke titik yang lain.
Secara
historis, hijrah adalah peristiwa keberangkatan nabi besar Muhammad s.a.w. dan
para sahabatnya dari kota Makkah menuju kota Yathrib, yang kemudian disebut
al-Madinah al-Munawwarah.
Ada
beberapa hikmah yang sangat berharga bagi kita berkaitan dengan ditetapkannya
peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah sebagai awal tahun dari penanggalan
atau kalender Islam, diantaranya:
Pertama: peristiwa hijrah Rasululah dan para
sahabatnya dari Makkah ke Madinah memiliki makna sangat berarti bagi setiap muslim. Hijrah tersebut
merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi tidak kondusif di Makkah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
Kedua: Hijrah mengandung semangat
perjuangan dan rasa opimisme yang tinggi, yaitu semangat
berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah dari hal-hal
yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah
s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa takut dengan berhijrah,
meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara dan harta benda.
Ketiga: Hijrah mengandung semangat
persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w. pada saat beliau
mempertemukan antara kaum muhajirin dengan kaum anshar, bahkan beliau telah
membina hubungan baik dengan beberapa kelompok yahudi yang hidup di Madinah dan
sekitarnya.
Dalam
konteks sekarang ini, makna hijrah tentu tidak harus identik dengan
meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan
kaum muhajirin, tetapi lebih kepada nilai-nilai dan semangat
berhijrah itu sendiri.
Jadikan makna hijrah dengan semangat menyambut masa depan dengan
penuh harapan. Kita yakin bahwa sehabis gelap akan terbit terang, setelah
kesusahan akan datang kemudahan dan kita yakin bahwa pagi pasti akan datang
walaupun malam terasa begitu lama dan panjang. Roda kehidupan selalu berputar
dan tidak mungkin berhenti.
Mari
kita jadikan peralihan tahun sebagai momen untuk melihat kembali catatan yang
mewarnai perjalanan hidup masa lalu, dengan melakukan renungan atas apa yang
telah kita perbuat.
Kita
gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup di
dunia demi kebahagiaan akhirat kelak, dengan bercermin kepada nilai-nilai dan
semangat hijrah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Sebagaimana
firman-Nya dalam surat al-Furqan:62, “Sesungguhnya Allah menjadikan pergantian
siang dan malam sebagai pelajaran dan mengungkapkan rasa syukur, dan Dia (pula)
yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil
pelajaran atau orang yang ingin bersyukur."
Dalam surat al-Hasyr 18
Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah,dan setiap
diri hendaklah selalu melihat apa yang telah dikerjakan untuk hari esuk. Dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti serta Maha Mendengar.”
-----
Suparto
#Berubah Di Tahun Baru Hijrah
Berubah belum tentu baik. Tapi untuk menjadi lebih baik, harus berubah!
Selamat Tahun Baru 1438 Hijriyah
Suparto
#Berubah Di Tahun Baru Hijrah
Berubah belum tentu baik. Tapi untuk menjadi lebih baik, harus berubah!
Selamat Tahun Baru 1438 Hijriyah
Comments
Post a Comment