Kaiman, dikenal sebagai seorang pengusaha sukses. Disamping kaya
raya, ia juga dikenal baik hati dan dermawan. Kaiman tak pernah menolak kedatangan
teman, sanak saudara, dan beberapa orang yang meminta bantuan atau pertolongan kepadanya. Sudah tak terhitung banyaknya
bantuan diberikan kepada orang yang meminta kepadanya untuk berbagai keperluan.
Namun malang tak dapat ditolak, entah karena salah manajemen
atau memang nasibnya lagi sial, mendadak usahanya bangkrut, gulung tikar. Berbagai
uapaya dilakukan untuk menyelamatkan perusahaannya, tak berhasil. Bahkan ia
harus menanggung hutang cukup besar. Kaiman kini ibarat sudah jatuh tertimpa
tangga. Sudah bangkrut dan jatuh miskin, masih terbelit dengan berbagai
masalah.
Ditengah situasi kesusahan dan kesulitan serta jalan buntu,
Kaiman teringat beberapa orang yang dulu pernah dibantunya. Ia berniat menemui
mereka satu persatu untuk meminta bantuan, seperti dulu ia pernah membantunya.
Tetapi ternyata, tidak ada satu pun dari mereka yang tergerak
untuk membantu. Bahkan saat dia bercerita mengenai masalah yang sedang
dihadapinya, mereka cenderung cuek, acuh tak acuh, tidak peduli, dan menganggap
itu bukanlah urusan mereka. Sungguh menyakitkan.
Sesampai di rumah, Kaiman merasa terpukul, kecewa, dan marah.
Kaiman tidak habis pikir, mengapa mereka yang dulu merengek mohon bantuan dan
telah dibantunya, sekarang tidak tahu bersyukur dan berterima kasih. Saat dia
dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan, mereka malah memperlakukannya seperti
itu. Dan semakin dipikir, dia semakin kecewa dan marah. Keadaan ini sangat
mengganggunya. Dia menjadi sulit tidur, gampang marah, dan tidak bisa berpikir
secara jernih. Berhari-hari Kaiman
menjalani hidup yang tidak bahagia.
Begitulah Kaiman, dia orangnya baik, suka membantu orang
lain, tetapi saat ini kebaikan Kaiman malah berakibat buruk. Dia merasa tidak
bahagia, kecewa, dan marah. Kenapa bisa begitu?
Dalam pandangan seorang motivator, Andriewongso, orang seperti Kaiman telah salah
menilai orang lain. Harapan Kaiman adalah orang yang telah dibantunya akan
membalas budi baiknya. Namun kenyataannya tidak begitu. Dan ini sebenarnya
salah Kaiman sendiri. Kedua, jika Kaiman
ingin mendapat imbalan atas bantuannya, saat membantu, dia harusnya memberi pelajaran
kepada mereka bagaimana caranya berterima kasih.
Ketiga, jika Kaiman tidak ingin dikecewakan
orang lain maka berilah bantuan tanpa harapan atas imbalan apa pun. Karena perbuatan
baik yang telah dilakukan janganlah kehilangan makna dan dikotori dengan
keinginan untuk dibalas. Kalau tidak kesampaian, akan menimbulkan kecewa,
marah, dan kebencian di hati.
Menurut Deassy M. Destiani (2014: 282), saat ada orang lain
yang membutuhkan pertolongan maka bantulah tanpa harus memikirkan apa yang akan
jadi balasan dari orang yang kita bantu. Inilah yang disebut Ikhlas. Karena jika kita membantu orang
lain maka di saat kita mengalami kesulitan, pasti dengan mudahnya ada orang
lain yang akan membantu kita meskipun orang itu bukanlah orang yang kita tolong
dulu. Semudah itu sebenarnya beramal kepada sesama.
iya ikhlas itu sussah
ReplyDeleteandaipun berharap berharap balasan hanya dari Allah
Iya Mbak. Kalau kita berbuat baik, kita hanya berharap balasan dari Allah. Semua Allah yang mengaturnya.
DeleteIkhlas itu amalan yg mulia setara dengan jujur dan sabar
ReplyDeleteIkhlas itu amalan yg mulia setara dengan jujur dan sabar
ReplyDeleteMatur nuwun Mas Bejo. Semoga dengan ikhlas, jujur dan sabar, kita menjadi orang yg selalu bejo (beruntung) di dunia dan akhirat...
Delete