Rumah Mbah Reso sesudah direhab |
“Sak niki kula sampun saget tilem anget mas…” (Sekarang saya sudah
bisa tidur hangat/nyenyak mas...)
Kalimat itu meluncur
secara spontan dari lisan Mbah Reso Pawiro (89 tahun), saat bertemu Tim MATRA,
di rumahnya, Dukuh Ngampunan RT. 18, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal,
Sragen, beberapa waktu lalu.
Sebuah ungkapan
singkat yang menggambarkan kondisi psikologi seorang Reso Pawiro yang sekian
tahun menempati rumah tidak layak huni. Namun setelah rumahnya direhab atas
bantuan Mitra Kesejahteraan Rakyat (MATRA) Sragen yang didukung banyak pihak,
kini ia bersama isterinya bisa merasakan tidur nyenyak.
Rumah Mbah Reso sebelum direhab |
“Biasane kula yen tilem kadhemen, jogane
lemah, anyep, gedheke pring wis do bolong, awak
dadi ora waras (biasanya saya kalau tidur kedinginan, lantainya tanah,
lembab, dindingnya bambu sudah banyak yang berlubang, sehingga badan menjadi
tidak sehat)” kata MBah Reso
menerangkan tentang kondisi rumahnya sebelum direhab.
Di usianya yang
sudah senja, Mbah Reso masih memiliki semangat tinggi untuk bertahan hidup. Ia
memelihara kambing, dibeli dari uang bantuan BLSM tahun lalu dan kini telah
berkembang menjadi tiga ekor, yang diharapkan bisa menopang hidupnya.
Mbah Reso hanyalah
salah satu dari sekitar 60 ribu Keluarga yang masih menempati rumah tidak layak
huni (RTLH) di Kabupaten Sragen. Kondisi kemiskinanlah yang memaksa mereka harus
melewati hari-harinya di tempat yang memprihatinkan.
Puluhan ribu
keluarga miskin di Sragen itu butuh perhatian, perlu bantuan dan uluran tangan
dari semua pihak, agar mereka bisa merasakan tinggal di rumah yang lebih layak.
Kalau hanya mengandalkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sragen yang tiap
tahun hanya bisa memperbaiki sekitar seribu rumah, tentu amat kasihan dengan
kondisi warga miskin itu. Sudah susah hidupnya, kenapa harus tinggal di rumah
yang tidak layak?
Itulah yang
mendorong lahirnya MATRA Sragen. MATRA merupakan wadah yang menampung dan
menyalurkan sumbangan sukarela dari para pejabat dan Pegawai
negeri Sipil (PNS) serta pihak lainnya di Kabupaten Sragen, sebagai bentuk
kepedulian untuk ikut mendukung program Pemerintah Kabupaten Sragen dalam
pengentasan kemiskinan.
MATRA, berorientasi
pada kegiatan sosial dan bersifat independen. Pada tahab awal diprioritaskan
untuk kegiatan rehab RTLH, namun tidak menutup kemungkinan kegiatan MATRA
nantinya akan meluas pada kegiatan sosial lainnya.
MATRA Sragen yang
terbentuk November 2013, selama tiga tahun
berhasil menyalurkan dana stimulant rehab (perbaikan)
bagi RTLH di Sragen. Hingga sekarang sudah ada 850-unit RTLH terbantu. Tiap satu unit RTLH rata-rata mendapat bantuan dana Matra
Rp. 5 Juta.
Hasil pantauan tim
MATRA, berbagai pihak sangat mendukung keberadaan MATRA karena merupakan
langkah konkrit untuk membantu warga miskin. Seperti diungkapkan Sukar, Ketua
RT. 18 Ngampunan, Kebonromo Ngrampal, pihaknya sangat bersyukur atas bantuan
MATRA ini.
“Saya sebagai ketua
RT ikut senang dan bersyukur, karena dengan bantuan MATRA ini kami bisa
menggerakkan swadaya masyarakat untuk memperbaiki rumah warga miskin," kata Sukar yang pensiunan PNS Pemkab Sragen ini.
Hal senada diungkapkan Kushadi, Ketua RT. 15 Desa Guworejo Karangmalang. Menurutnya,
sumbangan dari MATRA merupakan wujud nyata untuk membantu keluarga miskin di
wilayahnya.
Sementara itu Guru Besar Universitas
Pasundan (UNPAS) Bandung, Prof. Dr. Bambang Heru P., MS., saat berkunjung ke Sragen beberapa bulan lalu menyatakan, keberadaan Matra sangat strategis dalam mendukung percepatan
penanganan problem kemiskinan.
Menurut staf
pengajar program studi Doktor Ilmu
Sosial Fakultas Pasca Sarjana UNPAS Bandung ini, Matra yang menghimpun
sumbangan sukarela dari para pejabat dan PNS di Sragen, dengan cepat bisa
menyalurkan dana bantuan rehap Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik warga
miskin, sehingga bisa mengatasi kendala birokratis yang selama ini dialami
Pemerintah Daerah dalam penanganan kemiskinan.
Bambang melihat
beberapa nilai positif tentang Matra. “Salah satu hal yang amat penting adalah
tumbuhnya sifat gotong royong dan kepedulian sosial yang dicontohkan para PNS
Sragen ini kemudian diikuti oleh berbagai kelompok lain,” ujarnya.
Makna yang lebih
mendalam, kata Bambang, Matra telah menjadi wadah untuk mewujudkan nilai-nilai
kemanusiaan seperti pesan Nabi Muhammad SAW, bahwa manusia yang paling baik
adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.
Suparto
salut ma MATRA, semoga terus menyebarkan kebaikan, dan tambah banyak rumah2 yg di bantu :)
ReplyDeleteAAMIIN. MAKASIH MBAK RAIDA
ReplyDelete