Liburan akhir tahun kali ini saya manfaatkan pergi ke Yogya bersama keluarga.
Tujuan utama adalah ingin menikmati suasana malam di kawasan Jalan Malioboro.
Sebelumnya, sejak sore hari kami transit dulu di rumah saudara di Kalasan, sekitar duabelas kilometer sebelah timur kota Yogya.
Usai shalat isya, kami tiga keluarga rame-rame berangkat menuju Malioboro. Tapi ya Allah, baru beberapa puluh meter mobil meninggalkan rumah saudara, sudah terhadang kemacetan luar biasa. Gerakan kendaraan ke arah barat menuju Yogya, terutama di sekitar Bandara Adisucipto padat merayap.
Setelah berjuang sekitar dua jam (biasanya hanya setengah jam) akhirnya kami sampai di Jalan Malioboro.
MasyaAllah, kawasan yang melegenda menjadi salah satu tujuan utama wisatawan di kota Yogya itu penuh dengan lautan manusia.
Sekarang wajah Malioboro jauh berbeda dibandingkan setahun lalu saat kami berkunjung ke sini.
Kini Jalan Malioboro sudah ditata sedemikian rupa menjadi sebuah kawasan pedestrian sehingga lebih nyaman untuk jalan-jalan.
Di sisi timur sepanjang jalan dari utara hingga selatan, yang dulu jadi tempat parkir sepedamotor, kini dirubah total. Jalur yang semula ruwet dengan tumpukan parkir kendaraan dan pedagang oprokan itu disulap menjadi kawasan indah.
Malioboro sekarang terlihat lapang dengan lampu-lampu hias yang artistik. Setiap beberapa meter terdapat kursi panjang untuk istirahat pejalan kaki.
Warung-warung makan juga ditata rapi dan bersih. Para penggemar kuliner bisa lebih leluasa memilih menu kesukaannya.
Malam itu, kami bersama ribuan orang menikmati suasana di Kawasan Malioboro.
Gemerlap lampu di sepanjang jalan berpadu dengan sorot lampu kendaraan yang melintas, menambah indahnya pemandangan.
Kawasan pedistrian Malioboro yang baru beberapa hari lalu diresmikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, kini menjadi magnet bagi ribuan orang untuk mendatangi dan menikmati keindahannya.
Setelah lelah, menjelang tengah malam kami mampir di warung Hik di kawasan Alun-alun Lor Keraton Yogya untuk mengisi perut.
Suparto
Tujuan utama adalah ingin menikmati suasana malam di kawasan Jalan Malioboro.
Sebelumnya, sejak sore hari kami transit dulu di rumah saudara di Kalasan, sekitar duabelas kilometer sebelah timur kota Yogya.
Usai shalat isya, kami tiga keluarga rame-rame berangkat menuju Malioboro. Tapi ya Allah, baru beberapa puluh meter mobil meninggalkan rumah saudara, sudah terhadang kemacetan luar biasa. Gerakan kendaraan ke arah barat menuju Yogya, terutama di sekitar Bandara Adisucipto padat merayap.
Setelah berjuang sekitar dua jam (biasanya hanya setengah jam) akhirnya kami sampai di Jalan Malioboro.
MasyaAllah, kawasan yang melegenda menjadi salah satu tujuan utama wisatawan di kota Yogya itu penuh dengan lautan manusia.
Sekarang wajah Malioboro jauh berbeda dibandingkan setahun lalu saat kami berkunjung ke sini.
Kini Jalan Malioboro sudah ditata sedemikian rupa menjadi sebuah kawasan pedestrian sehingga lebih nyaman untuk jalan-jalan.
Di sisi timur sepanjang jalan dari utara hingga selatan, yang dulu jadi tempat parkir sepedamotor, kini dirubah total. Jalur yang semula ruwet dengan tumpukan parkir kendaraan dan pedagang oprokan itu disulap menjadi kawasan indah.
Malioboro sekarang terlihat lapang dengan lampu-lampu hias yang artistik. Setiap beberapa meter terdapat kursi panjang untuk istirahat pejalan kaki.
Warung-warung makan juga ditata rapi dan bersih. Para penggemar kuliner bisa lebih leluasa memilih menu kesukaannya.
Malam itu, kami bersama ribuan orang menikmati suasana di Kawasan Malioboro.
Gemerlap lampu di sepanjang jalan berpadu dengan sorot lampu kendaraan yang melintas, menambah indahnya pemandangan.
Kawasan pedistrian Malioboro yang baru beberapa hari lalu diresmikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, kini menjadi magnet bagi ribuan orang untuk mendatangi dan menikmati keindahannya.
Setelah lelah, menjelang tengah malam kami mampir di warung Hik di kawasan Alun-alun Lor Keraton Yogya untuk mengisi perut.
Suparto
Jadi kangen yogya pak
ReplyDeleteSiip tenan...
Delete