Kampung Randu, sebuah perdukuhan di Desa/Kalurahan Kedaung,
berada sekitar 20 kilometer dari ibukota Kabupaten. Di siang hari, jika cuaca
cerah, Gunung Lawu yang menjulang tinggi di sebelah selatan, terlihat sangat
indah.
Sungai Kricik yang membelah di tengah perdukuhan, telah membagi
dukuh Randu menjadi dua wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah selatan
sungai terdiri dari area perkebunan, sedangkan di bagian utara, terhampar
persawahan.
Perihal nama dukuh Randu, menurut cerita yang berkembang, konon
di daerah ini dulunya merupakan kawasan hutan pohon Randu. Tetapi sekarang,
setelah menjadi permukiman penduduk, jumlah pohon randu bisa dihitung dengan
jari.
“Jaman penjajahan Belanda dulu, dukuh ini merupakan hutan Randu.
Kompeni menanam pohon Randu untuk diambil kapasnya. Hasilnya diangkut ke negeri
Belanda sana,” cerita Mbah Kromowiguno, ayah Suto yang menjadi sesepuh dukuh. Tapi mbah Kromo tidak
ingat siapa orang pertama yang menghuni kawasan ini yang kemudian menjadi dukuh
Randu.
“Waktu saya datang, sudah ada puluhan orang punya rumah di sini.
Dulu daerah ini dikenal sangat angker. Tidak semua orang berani tinggal di
sini,” lanjut Mbah Kromo.
“Banyak orang yang kesambet
dhemit – kena gangguan setan. Termasuk Suto, anak saya itu, dulu sering
sakit-sakitan. Tapi sekarang, setelah punya anak istri, Suto orangnya sehat dan
rajin. Dia punya sawah dan ternak kambing.”
***
Hari ini, Suto sudah melupakan kejadian semalam, yakni misteri
ketukan pintu di rumahnya. Sejak pagi, ia sudah berangkat ke sawah, mengecek
pengairan dan membersihkan rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman padi. Pulang
dari sawah, Suto sekalian mencari makan ternak untuk dua ekor kambing miliknya.
Setelah seharian sibuk, jam delapan malam, ia
sudah tidur. Namun, di tengah malam ia kembali tergagap,
karena merasa dikejutkan dengan suara ketukan pintu belakang di rumahnya. Kali
ini justru lebih keras dan berulang-ulang seperti tamu penting. Sambil
menggerutu, Suto segera bangun dan langsung menuju ke pintu belakang dengan sikap lebih waspada.
“Siapa ya?” tanya Suto sebelum membuka pintu. Tidak ada jawaban
dari luar rumah.
“Kamu siapa?” tanya Suto lagi dengan keras.
Ketika tidak ada jawaban, dengan hati-hati ia buka pintu.
Sorot lampu senter langsung diarahkan ke seluruh arah area
kebun di belakang rumah, tapi tidak menemukan orang yang dicari. Ia pun
segera masuk rumah dan menutup pintu dengan keras. Ia kembali ke kamar tidur.
Tetapi karena matanya sulit dipejamkan, ia duduk termangu di kursi
sambil merokok. Sekitar pukul 03.00 dini hari ia baru bisa tidur,
hingga bangunnya agak kesiangan.
Ternyata, malam berikutnya, kejadian ketukan di pintu belakang
itu terulang lagi. Suto sebenarnya tidak akan melayani suara itu. Tetapi suara
ketukan itu seperti dilakukan oleh orang nekad karena makin keras. Ia menuju ke
arah suara di belakang, namun kali ini ia tidak membukakan pintu. Ia hanya berdiri
mematung di samping pintu, tanpa bicara apa pun. Kupingnya ditempelkan rapat ke
daun pintu untuk memastikan ada suara ketukan lagi.
Dalam beberapa menit, tidak ada suara ketukan lagi. Namun mendadak
datang angin yang menimbulkan gesekan ranting dan dedaunan di kebun. Desiran angin
di tengah malam itu juga masuk ke sela-sela dinding rumah. Di saat yang
bersamaan, samar-samar ia mendengar suara seperti ada benda yang jatuh kedalam
sumur tua yang sudah dua tahun tidak digunakan itu.
Tiba-tiba Suto merasakan bulu kuduknya berdiri. Tengkuknya dingin dan merinding.
Dengan cepat ia kembali ke tempat tidur yang terpisah dengan
ruang tidur isteri dan anaknya. Dengan hati yang diliputi rasa takut, Suto langsung
tidur berselimutkan dua buah sarung untuk menutupi seluruh tubuh. Tapi karena tubuhnya
terasa dingin seperti es, matanya sulit terpejam.
Antara sadar dan tidak, ia melihat bayangan sosok hitam yang mendekat. Ia ingin menjerit. Tapi mulutnya seperti terkunci...
Antara sadar dan tidak, ia melihat bayangan sosok hitam yang mendekat. Ia ingin menjerit. Tapi mulutnya seperti terkunci...
Bersambung
#OneDayOnePost
Suparto
Huwaaa..pak suto..teriakannya sudah kuwakili.
ReplyDeletePandainyooolah Pak Prapto bikin org takut. 😱😱
aku sendiri juga takutlah..
Deletetapi aku Parto lho.. bukan Prapto...
makasih ya..
Ceritanya makin horor ya pak...
ReplyDeletemataku kethil-kethil ra iso turu...
DeleteBiking merinding pak
ReplyDeletemasih misteri..
DeleteHaduh genre horror . serem
ReplyDeletenulis yg begini ternyata banyak diganggu lelembut...
DeleteSumurnya ditutup aja pak, jgn digubris klo ada yg ketok pintu.. Hiiiiii
ReplyDeleteMasih misteri yo..
DeleteMasih misteri yo..
DeleteSiapa sih yang ngetuk pintu, hantunya usil banget, hehe
ReplyDeleteHaduh... jadi uang ngetuk pintu itu siapa pak? Ndemit? Hiiii
ReplyDelete