Tengah malam yang dingin itu telah menyirep seluruh penghuni
kampung Randu. Mereka lelap dalam tidur berselimut sepi, menikmati mimpinya
masing-masing. Namun tidak bagi Suto. Lelaki paroh baya yang sehari-hari bekerja
sebagai petani kecil ini mendadak terbangun oleh suara ketukan pintu belakang
di ruang dapurnya. Sebenarnya lelaki kurus ini enggan beranjak bangun dari
tempat tidurnya. Badan Suto kurang sehat lantaran kemarin kehujanan saat berada
di sawah. Tetapi karena pintu itu seperti didorong-dorong oleh seseorang, ia
akhirnya bangun juga.
Ia tak langsung berdiri. Sembari mengusap-usap kedua matanya,
diambilnya lampu senter yang selalu ditaruh di bawah bantal. Dengan
langkah gontai ia berjalan menuju pintu belakang. Tanpa pikir panjang,
dibukanya pintu. Sementara isterinya, Poni, dan seorang anak perempuannya, Yani yang
berumur lima belas tahun, tetap tidur nyenyak.
Setelah pintu terbuka, ia keluar rumah. Dengan hati-hati ia melihat
ke kanan dan ke kiri. Lampu senter disorotkan ke seluruh
penjuru kebun, termasuk ke sumur tua yang berada di belakang rumahnya. Namun
yang ada hanya kegelapan dan suara jangkrik mengerik serta belalang malam. Ia
tidak melihat orang yang mengetuk-ketuk pintu itu.
“Ora ono opo-opo…”
gumamnya.
Setelah beberapa saat tertegun, ia kembali masuk rumah. Pintu
belakang itu ditutup kembali lebih rapat dan dikunci dengan menyilangkan kayu.
Ia pun melanjutkan tidur.
***
Sekitar pukul 05.00 Suto bangun pagi. Badannya masih terasa
berat. Ia duduk termangu, tak segera beranjak dari tempat tidur. Rupanya kejadian
yang dialami semalam masih menggangu pikiran. Berbagai pertanyaan menggelayut
dibenaknya.
Siapa yang mengetuk pintu malam-malam itu? Mengapa mengetuk pintu
belakang, dan ada urusan apa? Kenapa orang yang mengetuk pintu itu menghilang?
“Ah, embuh-lah… Mau setan, dhemit, gendruwo apa
maling terserah….” gerutu Suto mengagetkan Poni, yang tengah memasak di dapur.
“Ada apa to Pak?”
tanya Poni
“Ora opo-opo,” jawab Suto singkat sambil berjalan keluar
rumah.
“Ora opo-opo kok ngomong sendiri. Seperti
orang gemblung…” sahut Poni ketus.
“Ibu ngomong apa?”
“Udah, sana. Katanya mau ke sawah….”
***
Bersambung
#OneDayOnePost
Suparto
Hemm... Horor ni sepertinya...
ReplyDeleteLanjutkan pak parto..
Lanjutannya baru mikir2 nih
DeleteSyerem nggeh pak?
ReplyDeleteMrinding..
DeleteCerita horor? Wuduh...wedi rek.
ReplyDeleteBayangin dulu..
DeleteSaya bantu doa, biar mudah ngelanjutinnya pak.
ReplyDeletePenulisan kata yg benar apa ya? Paroh atau paruh?
makasih doanya. saya biar kuat melanjutkan cerita ini. soalnya banyak gangguan, baik yg halus maupun yg kasar.
Deletemakasih. yg betul paruh baya. meski paruh juga bisa berarti 'cucuk' burung itu...
Akan jadi cerita hororkah pak?
ReplyDeletemohon doanya ya. ini mau lanjutin cerita udah mulai ada gangguan ...
Deleteseperti ada suara apa gitu....
Takutnya yang muncul makhluk halus hehe
ReplyDeletemisterius...
DeleteMenyirep...
ReplyDeletemembuat orang tertidur..
Deletemembuat orang tertidur..
DeleteBagus pak
ReplyDeleteSuka. Ditunggu kelanjutannya
iya mbak. tapi ini harus melawan banyak gangguan. hal2 misteri bermunculan...
Deleteiya mbak. tapi ini harus melawan banyak gangguan. hal2 misteri bermunculan...
DeleteWah, genre horor nih...., serem kalau bacanya malam-malam :D
ReplyDelete