foto : google image |
Bahkan,
sebuah Tabloid “Denyut” mengangkat fenomena langka di dukuh Randu menjadi
laporan khusus. Judulnya, “Fenomena Sumur Pak Suto : Kontroversi Antara Ilusi, Halusinasi, dan Misteri”.
Kini
pandangan orang diarahkan kepada sosok Suto untuk menguak “misteri sumur pak
Suto” yang menggegerkan itu.
Tetapi, benarkah hanya lelaki sederhana ini saja yang harus dipermasalahkan? Adakah tokoh lain dibalik semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Tetapi, benarkah hanya lelaki sederhana ini saja yang harus dipermasalahkan? Adakah tokoh lain dibalik semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Flashback
- I
Suto adalah anak tunggal Kromowiguna, salah seorang sesepuh – orang yang di-tua-kan di dukuh Randu.
“Jaman penjajahan Belanda dulu, dukuh ini adalah kawasan hutan
Randu. Kompeni menanam pohon Randu untuk diambil kapasnya. Hasilnya diangkut ke
negeri Belanda sana. Dasar penjajah, Belanda itu licik dan kejam. Menguras habis
kekayaan kita. Banyak penduduk yang melawan langsung dibunuh. Pokoknya penjajah
itu bikin sengsara,” cerita Mbah
Kromowiguno.
Tapi Mbah Kromo tidak
ingat siapa orang pertama yang menghuni kawasan ini yang kemudian menjadi dukuh
Randu.
“Waktu
saya datang, sudah ada beberapa orang punya rumah di sini, diantaranya Mbah
Reso Sentul. Banyak yang percaya, dulu daerah ini dikenal sangat angker,
dihuni hantu, genderuwo,
banaspati. Ada juga setan gundul pringis, kuntilanak, serba
menyeramkan,” kata Mbah Kromo. Menurut Mbah Kromo, hantu-hantu itu jelmaan dari roh warga yang dibantai Belanda.
Tidak semua
orang berani tinggal di sini.
“Yang
menyedihkan, banyak orang yang kesambet dhêmit – kena gangguan
setan. Termasuk Suto, dulu sering sakit-sakitan. Otaknya agak terganggu,
katanya juga kena gangguan setan. Makanya dia ngga mau sekolah,” tutur Mbah
Kromo serius.
“Sampai
tua segitu, sudah punya istri, walaupun kelihatan sehat, sebenarnya tingkah Suto
masih kurang gênêp. Sudah saya
carikan usaha kemana-mana tapi hasilnya
belum memuaskan,” ujar Mbah Kromo mengenang masa lalu Suto.
***
Flashback - II
Tengah malam, Suto mendadak terbangun oleh suara ketukan pintu belakang di ruang
dapurnya. Pintu itu seperti didorong-dorong oleh seseorang. Setelah pintu
terbuka, ia keluar rumah. Lampu senter disorotkan ke seluruh
penjuru kebun, termasuk ke sumur tua yang berada di belakang
rumahnya. Namun yang ada hanya kegelapan malam. Ia tidak melihat orang yang
mengetuk-ketuk pintu itu.
Kejadian
serupa terulang dalam beberapa hari. Ia sering tergagap di tengah malam, karena
merasa dikejutkan dengan suara ketukan pintu belakang di rumahnya. Tapi ketika
dicek ke sumber suara, tidak ditemukan orang yang dicari.
Suatu
malam, samar-samar ia mendengar suara seperti ada benda yang jatuh kedalam
sumur tua yang sudah beberapa tahun tidak digunakan itu. Suto merasakan bulu
kuduknya berdiri. Tengkuknya dingin dan merinding.
Antara
sadar dan tidak, ia melihat bayangan sosok hitam yang mendekat dan langsung
membekap dirinya yang ketakutan. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan cenkeraman
makhluk misterius itu, tapi akhirnya ia tersadar dari mimpinya.
Namun
suara ketukan pintu dan pergulatan dengan bayangan hitam terus menghantui
pikirannya. Suto melamun, menerawang entah kemana.
Pikirannya kalut, bingung.
Suto makin linglung.
Pandangan matanya kosong.
Sampai
suatu siang, ketika Suto berada di dekat sumur di belakang
rumahnya, mendadak ia mendengar suara aneh. Suara
itu diyakini berasal dari dalam sumur tua miliknya. Suto pun berlari
memberitahu Midin, tetangganya.
“Din. di
sumur milikku ada suara tangis seseorang yang diselingi suara seperti
orang ngorok sewaktu tidur. Kadang-kadang suaranya berubah
seperti tangis bayi,” kata Suto terbata-bata.
Midin tidak langsung
mengecek dulu ke sumur yang dimaksud Suto. Tapi malah meneruskan kabar itu
ke beberapa tetangga, diantaranya
Saidi, Mbah Sonto dan Sukimin. Mereka berempat kemudian menuju sumur tua
untuk mengecek kebenaran cerita Suto.
Dari bibir sumur tua
sedalam 15 meter itu, mereka bergantian mengamati air di kedalaman dasar
sumur. Hasilnya, mereka tidak mendengar suara yang dimaksud Suto.
Tetapi mengapa, sejak
saat itu, kabar sumur Suto yang mengeluarkan suara seperti orang tidur ngorok atau suara tangis bayi, terus dan
terus meluas?
Orang berdatangan untuk membuktikan kabar tersebut. Kabar dari Suto dan disebarkan oleh Midin, terus mengelinding bagaikan bola salju.
Kabar “Misteri Sumur pak Suto” pun menjadi sebuah fenomena yang tak terbendung.
Orang berdatangan untuk membuktikan kabar tersebut. Kabar dari Suto dan disebarkan oleh Midin, terus mengelinding bagaikan bola salju.
Kabar “Misteri Sumur pak Suto” pun menjadi sebuah fenomena yang tak terbendung.
Sifat
manusia, setiap ada kerumunan orang selalu menarik perhatian untuk ikut
mendatangi dan terlibat di dalamnya. Mereka bertemu secara kebetulan di suatu
tempat dan tidak saling mengenal. Namun punya tujuan yang sama, ingin
mengetahui obyek atau kabar yang belum jelas.
***
“Kalau kita baca cerita tentang Suto, kayaknya dia itu mengalami situasi yang
disebut halusinasi,” kata Inet, saat mendiskusikan fenomena ‘misteri sumur Suto’ dengan temannya, Nia, di ruang Perpustakaan
kampus.
“Halusinasi? Aku kurang tahu soal itu. Kalo soal
Jin, aku malah paham,” kelakar Nia.
“Menurut beberapa referensi, halusinasi
itu gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar pada saat dia sadar. Ia merasakan, mendengar atau melihat sesuatu, padahal obyek tersebut sebenarnya
tidak ada." Inet mencoba menjelaskan makna halusinasi berdasarkan referensi yang pernah dibacanya.
“Kalau gitu yang dialami pak Suto bukan halusinasi
dong. Dia kan ngga sadar?” sergah Nia, cewek berkacamata ini.
“Yang dia alami keknya jenis halusinasi
pendengaran (auditif). Dia merasa mendengar suara-suara, padahal ngga ada
apa-apa." Inet masih bertahan pada pendapatnya.
“Apa
mungkin yang dialami pak Suto itu hanya ilusi ya? Sesuatu yang hanya dalam
angan-angan, khayalan gitu.”
“Ah. Entahlah, bikin pusing. Soal halusinasi atau
ilusi itu kan menurut perkiraan kita. Bagaimana kondisi sebenarnya, tidak bisa
hanya dikira-kira. Kita mesti tahu lebih dalam mengenai kepribadian pak Suto. Atau, Nia punya pandangan lain?”
“Kalau aku sih malah tertarik mengkaji tentang sisi
yang lain. Tentang warga yang masih mempercayai takhayul, atau Jin, misalnya. Juga
soal perilaku masyarakat yang mudah terpengaruh oleh desas-desus.”
“Tentang pak Suto itu lho. Kesimpulannya
gimana?”
“Aku pernah dengar, Pak Suto dulu katanya
mengalami depresi berat. Tapi penyebabnya apa, aku kurang tahu,” kata Nia.
***
Mendung di siang itu menyelimuti langit dukuh
Randu.
Sebuah mobil berhenti di depan rumah Suto. Seorang lelaki berpeci turun dari mobil, disusul seorang wanita berhijab. Mereka suami-isteri. Kedua orang tersebut langsung masuk ke rumah Suto setelah mengucapkan salam.
Sebuah mobil berhenti di depan rumah Suto. Seorang lelaki berpeci turun dari mobil, disusul seorang wanita berhijab. Mereka suami-isteri. Kedua orang tersebut langsung masuk ke rumah Suto setelah mengucapkan salam.
“Assalamu ‘alaikum."
“Alaikum salam. Hee, pak Mantri dan Ibu. Monggo….”
Suto menyambut tamunya, Mardikun, yang dikenal sebagai Mantri Kesehatan.
Poni, istri Suto ikut menyambutnya. Mereka berempat kemudian ngobrol sambil duduk lesehan di lantai ubin yang beralaskan tikar.
Poni, istri Suto ikut menyambutnya. Mereka berempat kemudian ngobrol sambil duduk lesehan di lantai ubin yang beralaskan tikar.
“Pak Mardikun kok lama tidak kelihatan,” tanya Suto yang diiyakan isterinya.
“Ya, kami baru pulang dari melaksanakan Umrah
di Mekah."
“O gitu..”
“Begini bapak dan Ibu Suto. Kami
baru dengar kemarin tentang kejadian di dukuh Randu tentang pak Suto. Makanya kami
langsung ke sini,” kata Mardikun menjelaskan.
“Lha iya, bagaimana ini, Pak," sahut
istri Suto.
“Pak Suto sudah empat bulan kok tidak menemui saya?”
“Nggih Pak Dikun,,,” kata Suto sembari menganggukkan kepala.
“Kan dulu sudah saya pesan, dua bulan lagi
harus kontrol....”
“Saya lupa Pak...”
“Nah, itu. Pak Suto
terlambat kontrol. Besok saya antar ya...”
“Nggih Pak Dikun....”
***
Mardikun langsung bisa menyimpulkan tentang ulah Suto
yang menggegerkan keluarga, tetangga dan orang-orang se kampung, bahkan daerah lain.
Sejak dua tahun lalu, Mardikun sering diminta bantuan isteri Suto untuk mengantarkan suaminya ke “rumah sakit khusus” karena sering bertingkah aneh.
Sejak dua tahun lalu, Mardikun sering diminta bantuan isteri Suto untuk mengantarkan suaminya ke “rumah sakit khusus” karena sering bertingkah aneh.
- Tamat -
#OneDayOnePost
Suparto
Oalah..pak suto ternyata yang depresi tho
ReplyDeleteItulah kisah pak Suto
Deletehahaha...psk suto oh pak suto
ReplyDeletehahaha...psk suto oh pak suto
ReplyDeleteSemoga tidak penasaran lagi. Terima kasih telah mengikuti sampe akhir cerita
DeleteOalaaaahh...ternyata... hehe...ending yang oke Pak! Tidak pernah terpikirkan oleh pembaca. Keren!
ReplyDeleteOalaaaahh...ternyata... hehe...ending yang oke Pak! Tidak pernah terpikirkan oleh pembaca. Keren!
ReplyDeleteYang nulis aja tadinya juga gak kepikiran ke situ..
DeleteOalah... pak Sutooo...! Hihihi
ReplyDeleteItulah akhir sebuah kisah.
DeleteTernyataaaa...
ReplyDeletePak suto, pak sutoooo...
Obatmu entek toh..hehehe..
Jempol 5 buat mas parto!
Ternyataaaa...
ReplyDeletePak suto, pak sutoooo...
Obatmu entek toh..hehehe..
Jempol 5 buat mas parto!
Perlu dikirim ke malang kali
DeleteBaru baca endingnya hari ini ...
ReplyDeleteDasar Suto, telat kontrol jadi kumat :)