Nama "Nimas Woro" hingga sekarang masih melekat di hati dan pikiran puluhan orang di wilayah Sragen dan sekitarnya.
Melalui studio Radio Buana Asri AM, sejak 8 tahun lalu suara "Nimas Woro" menyapa pendengar setia radio siaran yang cukup populer di Sragen ini.
"Nimas Woro" adalah nama panggilan di udara untuk wanita bernama asli Erwik Handayani. Dia seorang penyiar sekaligus reporter Radio Siaran milik Pemkab Sragen di saluran AM.
Kini, suara indah Erwik "Nimas Woro" mendadak hilang dari udara Sragen. Banyak pendengar menanyakan kabar dan keberadaan Erwik.
"Apa kabar dan dimanakah Mbak 'Nimas Woro' sekarang?" Begitu pertanyaan yang kerap muncul.
Untuk menjawab penasaran banyak orang, berikut sekilas cerita Erwik "Nimas Woro" ketika ngobrol dengan saya beberapa waktu lalu.
Menjadi penyiar sebenarnya bukan cita-cita saya. Sejak masih kuliah di FKIP Bahasa Inggris UMS, obsesi saya jadi reporter. Hehehe...
Kenapa Reporter?
Reporter, bisa berpetualang menggali informasi dan menyajikan lewat informasi (berita) yang akurat dan terpercaya. Hal ini terinpirasi saat saya magang di RRI Surakarta waktu semester 4 (2006).
Tahun 2008 saya melamar menjadi penyiar dan reporter Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Divisi AM, tapi gagal diterima.
Tahun 2009 saya melamar lagi. Alhamdulillah, saya mendapat pangggilan dan dinyatakan diterima di LPPL BUANA ASRI SRAGEN divisi AM sebagai REPORTER.
Bagaimana kesan selama menjadi Penyiar atau Reporter?
Banyak hal yang berkesan sebagai penyiar. Dari kerja menjadi penyiar jadi tahu bagaimana kita berinteraksi terhadap Pendengar melalui beragam suara...
Kita jadi bisa memahami suara orang sakit, suara orang susah atau suara orang yang senang hatinya...
Ada lho beberapa Pendengar yang menyatakan bahwa suara saya itu empuk...
Ada lagi yang menyatakan suara saya tegas!
Tapi justru saya tidak "pede" dengan apa yang sudah dikatakan Pendengar itu...
Sedangkan pengalaman paling berkesan menjadi Reporter adalah ketika meliput kunjungan Presiden RI Bapak SBY di Sragen.
"Saat itu, saya tengah hamil 4 bulan, tetapi dengan semangat, saya laksanakan tugas meliput kunjungan Presiden RI, Pak SBY. Waktu itu, acara beliau adalah Meresmikan Museum Situs Purbakala Sangiran di Kecamatan Kalijambe, dan Panen Raya Padi di Kecamatan Ngrampal," kenang Erwik.
"Itu pengalaman mengesankan yang tidak terlupakan."
Kini, setelah menjalankan tugas selama 8 tahun 4 bulan, saya tinggalkan ruang penyiar, kantor dan orang-orang yang telah ikut menorehkan banyak hal dalam perjalanan hidup saya.
Terimakasih untuk semua Crew yang sudah membimbing saya dan bekerja sama selama ini...
Terutama pimpinan, selama ini banyak kritik dan saran yang kemudian harus saya benahi dari pekerjaan saya. Semua demi peningkatan kualitas diri saya.
Hanya terima kasih yang bisa saya ungkapkan atas semuanya.
Saya mohon maaf bila selama bekerja ada yang kurang berkenan di hati kalian semua...
Sebenarnya saya sangat berat meninggalkan dunia broadcast ini. Tetapi mesti saya lakukan, karena ada tuntutan tugas baru yang tidak bisa saya abaikan.
Kini saya jalani tugas baru sebagai pendidik di sebuah Madrasah Ibtidaiyah Terpadu (MIT).
Kenapa harus meninggalkan dunia broadcast?
Ada kronologi ketika saya akhirnya hijrah memenuhi panggilan nurani.
*ALHAMDULILLAH 'ALA KULLI HAAL* Itulah Filosofi hidup saya.
Tidak ada yang perlu dirisaukan. Allah selalu tahu waktu terbaik dan kita butuhkan pada waktu yang tepat...hanya perlu menambah kesabaran untuk bisa meraih sukses itu...
Selalu ada keberuntungan ditengah kejujuran dan kesabaran dari-Nya...
Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita pada waktu yang tepat...
Tidak ada yang menyangka setelah 8,4 tahun di dunia radio....hingga hati sudah memanggil untuk mengajar...
Tetapi panggilan itu kembali harus kandas saat berulang kali lamaran mengajar yang saya kirimkan ditolak pihak sekolah...
Akhirnya entah karena apa... sebuah keajaiban datang...
Jumat, 8 September 2017 saya diterima mengajar di MIT (setara SD) AMANAH NGRAMPAL SRAGEN. Sedari dulu yang selalu saya harapkan adalah bisa mengajar anak SD sesuai disiplin ilmu saya di FKIP.
Anak SD adalah masa dimana mereka tidak bisa ber-kamuflase... mereka masih polos... tinggal kita asah dan poles untuk menjadikan insan penerus bangsa ini, dengan mindset yang bisa membedakan mana yang benar dan salah sesuai dengan hati nurani, yang beragama dan taat aturan negara.
Apa pandangan Anda tentang Pendidikan?
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Anak juga memiliki kecerdasan yang beragam, tinggal bagaimana kita sebagai *pendidik*--------> mengasah, mengenali, menemukan dan memberikan Bimbingan+Arahan yg benar untuk menjadi generasi penerus yangg trengginas, beretika, berbudaya, dan beragama di tengah akhir zaman sekarang ini.
***
Itulah sekilas cerita wanita kelahiran 20 April 1986 ini. Putri sulung dari tiga bersaudara ini menjalani hidup apa adanya, seperti pesan kedua orang tuanya, Suparmin dan Yamti.
Penyuka warna hijau yang gemar masakan gado-gado atau lotek ini, bersama suaminya, Duwi Sugiri dan putri mungilnya, Zia Aydin Ipyana, sekarang tinggal di Nglebak RT.13 Sidoharjo, Sragen.
Selamat menjalankan tugas baru "Nimas Woro" eh, Erwik.... Semoga sukses dan berkah.
Suparto
Melalui studio Radio Buana Asri AM, sejak 8 tahun lalu suara "Nimas Woro" menyapa pendengar setia radio siaran yang cukup populer di Sragen ini.
"Nimas Woro" adalah nama panggilan di udara untuk wanita bernama asli Erwik Handayani. Dia seorang penyiar sekaligus reporter Radio Siaran milik Pemkab Sragen di saluran AM.
Kini, suara indah Erwik "Nimas Woro" mendadak hilang dari udara Sragen. Banyak pendengar menanyakan kabar dan keberadaan Erwik.
"Apa kabar dan dimanakah Mbak 'Nimas Woro' sekarang?" Begitu pertanyaan yang kerap muncul.
Untuk menjawab penasaran banyak orang, berikut sekilas cerita Erwik "Nimas Woro" ketika ngobrol dengan saya beberapa waktu lalu.
***
Gimana sih ceritanya, Erwik bisa menjadi penyiar dan reporter Radio Buana Asri AM Sragen?Menjadi penyiar sebenarnya bukan cita-cita saya. Sejak masih kuliah di FKIP Bahasa Inggris UMS, obsesi saya jadi reporter. Hehehe...
Kenapa Reporter?
Reporter, bisa berpetualang menggali informasi dan menyajikan lewat informasi (berita) yang akurat dan terpercaya. Hal ini terinpirasi saat saya magang di RRI Surakarta waktu semester 4 (2006).
Tahun 2008 saya melamar menjadi penyiar dan reporter Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Divisi AM, tapi gagal diterima.
Tahun 2009 saya melamar lagi. Alhamdulillah, saya mendapat pangggilan dan dinyatakan diterima di LPPL BUANA ASRI SRAGEN divisi AM sebagai REPORTER.
Bagaimana kesan selama menjadi Penyiar atau Reporter?
Banyak hal yang berkesan sebagai penyiar. Dari kerja menjadi penyiar jadi tahu bagaimana kita berinteraksi terhadap Pendengar melalui beragam suara...
Kita jadi bisa memahami suara orang sakit, suara orang susah atau suara orang yang senang hatinya...
Ada lho beberapa Pendengar yang menyatakan bahwa suara saya itu empuk...
Ada lagi yang menyatakan suara saya tegas!
Tapi justru saya tidak "pede" dengan apa yang sudah dikatakan Pendengar itu...
Sedangkan pengalaman paling berkesan menjadi Reporter adalah ketika meliput kunjungan Presiden RI Bapak SBY di Sragen.
"Saat itu, saya tengah hamil 4 bulan, tetapi dengan semangat, saya laksanakan tugas meliput kunjungan Presiden RI, Pak SBY. Waktu itu, acara beliau adalah Meresmikan Museum Situs Purbakala Sangiran di Kecamatan Kalijambe, dan Panen Raya Padi di Kecamatan Ngrampal," kenang Erwik.
"Itu pengalaman mengesankan yang tidak terlupakan."
Kini, setelah menjalankan tugas selama 8 tahun 4 bulan, saya tinggalkan ruang penyiar, kantor dan orang-orang yang telah ikut menorehkan banyak hal dalam perjalanan hidup saya.
Terimakasih untuk semua Crew yang sudah membimbing saya dan bekerja sama selama ini...
Terutama pimpinan, selama ini banyak kritik dan saran yang kemudian harus saya benahi dari pekerjaan saya. Semua demi peningkatan kualitas diri saya.
Hanya terima kasih yang bisa saya ungkapkan atas semuanya.
Saya mohon maaf bila selama bekerja ada yang kurang berkenan di hati kalian semua...
Sebenarnya saya sangat berat meninggalkan dunia broadcast ini. Tetapi mesti saya lakukan, karena ada tuntutan tugas baru yang tidak bisa saya abaikan.
Kini saya jalani tugas baru sebagai pendidik di sebuah Madrasah Ibtidaiyah Terpadu (MIT).
Kenapa harus meninggalkan dunia broadcast?
Ada kronologi ketika saya akhirnya hijrah memenuhi panggilan nurani.
*ALHAMDULILLAH 'ALA KULLI HAAL* Itulah Filosofi hidup saya.
Tidak ada yang perlu dirisaukan. Allah selalu tahu waktu terbaik dan kita butuhkan pada waktu yang tepat...hanya perlu menambah kesabaran untuk bisa meraih sukses itu...
Selalu ada keberuntungan ditengah kejujuran dan kesabaran dari-Nya...
Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita pada waktu yang tepat...
Tidak ada yang menyangka setelah 8,4 tahun di dunia radio....hingga hati sudah memanggil untuk mengajar...
Tetapi panggilan itu kembali harus kandas saat berulang kali lamaran mengajar yang saya kirimkan ditolak pihak sekolah...
Akhirnya entah karena apa... sebuah keajaiban datang...
Jumat, 8 September 2017 saya diterima mengajar di MIT (setara SD) AMANAH NGRAMPAL SRAGEN. Sedari dulu yang selalu saya harapkan adalah bisa mengajar anak SD sesuai disiplin ilmu saya di FKIP.
Anak SD adalah masa dimana mereka tidak bisa ber-kamuflase... mereka masih polos... tinggal kita asah dan poles untuk menjadikan insan penerus bangsa ini, dengan mindset yang bisa membedakan mana yang benar dan salah sesuai dengan hati nurani, yang beragama dan taat aturan negara.
Apa pandangan Anda tentang Pendidikan?
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Anak juga memiliki kecerdasan yang beragam, tinggal bagaimana kita sebagai *pendidik*--------> mengasah, mengenali, menemukan dan memberikan Bimbingan+Arahan yg benar untuk menjadi generasi penerus yangg trengginas, beretika, berbudaya, dan beragama di tengah akhir zaman sekarang ini.
***
Itulah sekilas cerita wanita kelahiran 20 April 1986 ini. Putri sulung dari tiga bersaudara ini menjalani hidup apa adanya, seperti pesan kedua orang tuanya, Suparmin dan Yamti.
Penyuka warna hijau yang gemar masakan gado-gado atau lotek ini, bersama suaminya, Duwi Sugiri dan putri mungilnya, Zia Aydin Ipyana, sekarang tinggal di Nglebak RT.13 Sidoharjo, Sragen.
Selamat menjalankan tugas baru "Nimas Woro" eh, Erwik.... Semoga sukses dan berkah.
Suparto
Comments
Post a Comment