Berbicara mempunyai peranan
sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Beribicara merupakan alat
komunikasi tatap muka, dan saluran komunikasi lisan lainnya yang sangat vital. Kemampuan berbicara seseorang turut
menentukan kesuksesan kariernya.
Di satu pihak berbicara
merupakan suatu daya pemersatu yang ampuh yang cenderung mempersatukan kelompok-kelompok
sosial. Di pihak lain, berbicara dapat pula bertindak sebagai suatu daya
pemecah-belah, yang cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan antara kelompok-kelompok
sosial. Demikianlah berbicara dapat membuahkan kutub konstruktif maupun kutub
destruktif. Dengan perkataan lain, berbicara dapat mendatangkan damai, menumbuhkan cinta, dan dapat pula
menimbulkan perang, menumbuhkan
benci, tergantung kepada kondisi dan situasi.
Di sini, kita lebih
menitikberatkan pembicaraan pada segi konstruktifnya saja.
Kita harus sadar bahwa
neraka yang paling mencekam dalam kehidupan adalah tiadanya kemerdekaan
berbicara, seperti yang pernah dijalankan oleh kaum penjajah kepada para
pejuang kemedekaan dalam sejarah bangsa kita.
Agar kita mampu berbicara
dengan baik, benar dan efektif, kita bisa menyimak Buku berjudul “Berbicara –
Sebagai Suatu Ketrampilan Berhahasa” karya
Prof, DR. Henry Guntur Tarigan. Buku yang diterbitkan Penerbit Angkasa
Bandung tahun 1999 (Cetakan ke-10) ini cukup detail mengupas tentang pentingnya
“Berbicara” dengan segala seluk-beluknya.
Henry tidak hanya
menjelaskan tentang pengertian berbicara, namun secara rinci juga memberikan
uraian mengenai berbagai jenis dan tujuan berbicara, serta contoh-contoh
penerapannya dalam kehidupan barbangsa dan bermasyarakat.
Dalam tataran sosial
demokratis, berbicara menjadi salah satu alat berkomunikasi tatap muka yang
paling efektif, mulai dari berbicara di muka umum, diskusi kelompok, debat,
konferensi, perundingan, prosedur parlementer, dan berbagai kepentingan lainnya.
Menurut Henry Guntur
Tarigan, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Dengan demikian maka berbicara
itu lebih daripada sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah
suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kentuhan sang pendengar atau penyimak.
Mengutip pernyataan
Mulgrave (1954), Henry menjelaskan, berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya;
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan gagasan-gagasannya; dan
apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Tujuan utama dari berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para
pendengarnya; dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
situasi pembicaraan, baik secara umum atau perorangan.
Ketrampilan berbahasa
mempunyai empat komponen, yaitu : ketrampilan menyimak (listening skills), ketrampilan berbicara (speaking skills), ketrampilan membaca (reading skills), dan ketrampilan menulis (writing skills).
Setiap ketrampilan itu erat
berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin
cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa
berarti pula melatih ketrampilan berpikir.
Untuk menguatkan uraiannya
tentang berbicara, Henry mengutip pernyataan Demosthenes yang pernah
mengemukakan bahwa "dari bunyinya
dapat diketahui apakah sebuah kapal retak atau tidak, begitu pula dari ujaran-ujarannya dapat dibuktikan apakah seseorang itu bijaksana atau
tolol."
Buku ini awalnya disusun untuk
memenuhi kebutuhan calon guru Bahasa Indonesia, yaitu para mahasiswa Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang dalam kurikulumnya tercantum secara eksplisit
bahwa ketrampilan berbahasa – menyimak, berbicara, membaca dan menulis –
merupakan mata kuliah pokok. Namun demikian dapat pula dipakai oleh para guru
dan segala pihak yang memerlukan untuk kegiatan sehari-hari.
Semoga catatan kecil ini
bermanfaat untuk menanamkan pengertian akan pentingnya berbicara dalam
kehidupan, terlebih-lebih dalam masyarakat demokratis.
Suparto
#OneDayOnePost
#ReadingChallenge
Comments
Post a Comment