Hujan merupakan salah
satu anugerah Allah SWT untuk semua makhluk di alam semesta. Tetesan air yang
turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup.
Dengan
kekuasaan Allah, setiap saat jutaan ton air menguap dari lautan menuju atmosfer
kemudian turun lagi ke daratan dalam bentuk hujan. Kehidupan pun bergantung
pada daur air ini.
Fenomena terjadinya
hujan telah lama menjadi misteri bagi umat manusia, dan baru beberapa abad ilmu
pengetahuan bisa mengungkapkannya. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah
dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan.
Namun tahukah Anda bahwa
Allah SWT sebenarnya telah memberikan informasi sangat jelas dalam Al-Qur’an sejak 15
abad yang lalu?
Harun Yahya (2004)
seorang ilmuwan muslim mengungkapkan beberapa fakta menarik tentang hujan seperti
dijelaskan didalam Al-Quran.
Pembentukan Hujan
Menurut Harun Yahya, pembentukan hujan
terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian
terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.
Tahapan-tahapan ini
secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an lima belas abad yang lalu
sebelum informasi mengenai pembentukan hujan diketahui melalui penemuan ilmiah
modern.
Coba kita simak penjelasan
berikut ini, “Allah, dialah yang
mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya
di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal:
lalu kamu lihat hujan keluar dari
celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di
kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)
Dari ayat tersebut,
ada tiga tahapan proses terjadinya hujan seperti disebutkan dalam Al-Qur’an.
Tahap Pertama, “ Allah,
dialah yang mengirimkan angin…..”
Gelembung-gelembung
udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang
secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke
udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian
terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini
(disebut aerosol) membentuk tetesan awan dengan mengumpulkan uap air yang naik
ke atas dari permukaan laut sebagai tetesan halus.
Tahap Kedua, “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi
bergumpal-gumpal…..”
Awan terbentuk dari
uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel
debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter
antara 0,01 hingga 0,02 mm), sehingga awan tergantug di udara dan menyebar di
angkasa menutupi langit.
Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun.”
Partikel-partikel
air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu
mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan
tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai
jatuh ke bumi sebagai hujan.
Sebagaimana yang
kita lihat, setiap tahap dalam pembentukan hujan dengan jelas disampaikan dalam
Al-Qur’an. Selanjuntnya, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang
benar dan tepat.
Seperti halnya
fenomena alam lain di dunia, melalui Al-Qur’an Allah telah memberikan penjelasan
yang paling tepat tentang fenomena ini, dan memberitahukan fakta-fakta ini
kepada manusia berabad-abad sebelum sains
sanggup mengungkapnya.
Kadar Hujan
Hal lain yang
dijelaskan Al-Qur’an adalah tentang kadar atau ukuran hujan. Di dalam ayat
kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam
“kadar tertentu”. Allah berfirman, “Dan
yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati…..” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)
Kadar hujan telah
ditemukan dalam penelitian modern. “Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini
merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun
ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 juta ton air di bumi menguap
setiap detiknya. Jumlah air yang menguap dalam setahun kurang lebih 513 juta ton.
Jumlah ini bersesuaian dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap tahunnya.
Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus dalam satu sirkulasi
seimbang menurut “kadar/ukuran” tertentu.
Perlu diketahui, kehidupan di bumi tergantung kepada
sirkulasi air ini. Meskipun menggunakan teknologi yang maju, umat manusia tidak
akan mampu meniru sirkulasi ini. Jika sedikit saja timbul ketidakseimbangan in bisa
mengakibatkan kerusakan ekologi sangat berbahaya yang akan memusnahkan
kehidupan di dunia.
Pengukuran lain yang
berkaitan dengan hujan, seperti diuraikan dalam http://id.harunyahya.com/id/Artikel/38832/keajaiban-hujan,
adalah mengenai kecepatan turunnya
hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari
ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar
tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan
558km/jam.
Tentunya, objek
apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan
apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan
hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan
orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan
ekstra.
Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter,
faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter.
Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada
kecepatan yang mampu merusak apa saja.
Namun tidak demikian
terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10
km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan
yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek
gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan ketika
mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan
menggunakan teknik ini).
Tak sebatas itu saja
“pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis
tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol.
Meski demikian,
tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya
merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.)
Alasan
tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang
terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.
Subhanallah. Allahu
Akbar.
Suparto
#OneDayOnePost
Subhanalloh...
ReplyDeleteItu baru sebagian penjelasan Allah..
Deleteberuntunglah kita yang memeluk islam dan membaca serta memahami isi Alquran ya pak. :)
ReplyDeleteBetul Mas. Penjelasan Allah tentang segala ilmu dan petunjuk-Nya ada di dalam Al-Qur'an
Delete;) . semoga Allah memberkahi jalan hidup umat muslim dan kita selalu berada dalam jalan yang diridhoinya
Deleteaamiin ya Rabbal 'alamiin...
DeleteWah artikelnya keren pak
ReplyDeleteAnyway saya pencinta hujan
Ngaji Qur'an ternyata makin menarik Mbak.
DeleteHujan2an ...
Ngaji Qur'an ternyata makin menarik Mbak.
DeleteHujan2an ...