Saya tertegun mendengar penuturan seorang teman sekolah semasa
di SMA. Namanya Agus, teman sekelas dan seasrama waktu SMA. Tiga puluh tahun lebih
setelah lulus, kami tak pernah ketemu. Beberapa waktu lalu, kami dipertemukan
di kota Solo dalam suatu acara. Disinilah Agus menceritakan kisah nyata yang
dipendamnya selama kurang lebih tujuh tahun. Kejadian nyata yang dialaminya tetapi
menyangkut diri pribadi saya.
***
“Maaf Parto, saya baru cerita sekarang,” kata Agus
mengawali kisahnya.
“Tentang apa Gus?” Saya menyahut.
“Begini. Saya itu pernah melakukan shalat jenazah untuk
kamu. Tetapi ternyata yang meninggal dunia Parto yang lain. Ya, Parto teman
yang dulu juga seangkatan dengan kita tetapi beda kelas,” Agus melanjutkan.
“Hah, yang bener. Bagaimana bisa terjadi?” tanya saya,
kaget dan sedikit merinding.
Sambil menghela nafas panjang, dia mengulangi permintaan
maafnya.
“Sungguh, saya minta maaf, karena lama tidak ketemu,
yang aku bayangkan adalah sosok kamu. Saya tak ingat lagi ada teman lain yang
juga bernama Parto, tapi beda kelas.” Dia mencoba mencairkan suasana saat
melihat perubahan raut wajah saya yang barusan kaget.
“Kenapa setelah kejadian itu, kamu ngga segera
menghubungi saya?”
“Saya kehilangan lacak alamatmu. Saya ngga tahu kamu
dimana.”
“Ya ngga apa, semua sudah terjadi. Semoga ada hikmahnya.”
“Setelah kejadian itu,
saya sering berdoa semoga kamu diberi umur panjang dan sehat.” Agus
menenangkan saya. Dia kemudian bercerita kronologinya.
***
Suatu hari, Agus ketemu seorang teman. Dia memberitahu
akan melayat temannya sesama dosen.
“Kayaknya kamu kenal Gus,” kata teman itu.
“Siapa yang meninggal dunia?”
“Pak Parto. Dulu semasa masih hidup pernah cerita punya
teman SMA namanya Agus, ya kamu itu.”
“Rumahnya mana?”
“Di Boyolali.”
“Oke. Kita bareng ke sana. Kayaknya aku kenal. Kalau
ngga salah dia teman saya satu kelas dan satu asrama dengan saya.”
Sampai di rumah duka, di tengah kerumunan manusia, Agus
langsung menuju ruang tamu, tempat jenazah dibaringkan. Di ruang itu, sudah ada
beberapa orang yang akan melaksanakan sholat jenazah. Ketika Agus masuk, dia
diminta untuk menjadi imam. Agus pun siap memimpin sholat jenazah.
Inilah
yang terjadi…
Saat itu, yang tergambar dalam pikirannya, sosok jenazah
yang terbujur kaku didalam peti di depannya adalah sosok saya, Suparto, teman
sekelas semasa SMA dan pernah tinggal dalam satu asrama. Maka yang diniatkan adalah
shalat jenazah untuk diri saya dan mendoakan saya.
Selesai memimpin shalat jenazah, Agus berbalik untuk
menyalami semua jamaah yang ikut shalat dengannya. Saat semua jamaah sudah
keluar ruangan, Agus justru masih terdiam di situ. Ketika tak sengaja pandangan
matanya menyapu seluruh ruangan, ia melihat salah foto keluarga dalam pigura
yang tergantung di salah satu dinding. Dia mengamati dengan seksama. Dia kemudian
tersadar dan menyimpulkan sendiri bahwa yang barusan dishalatkan jenazah ternyata
bukan Parto yang dimaksudkan.
“Astaghfirullahal ‘adziim.
Saya telah salah duga dan salah niat. Meski sudah puluhan tahun berpisah, tapi aku
masih ingat wajah Parto yang kumaksud bukan seperti yang ada di foto itu.” Agus
berguman, salah tingkah. Buru-buru Agus keluar ruangan dengan menyimpan tanda
tanya dan hati yang gundah.
‘Ya Allah. Ampunilah aku yang telah salah niat karena
kekurang cermatan. Semoga Engkau tetap menerima shalatku untuk temanku yang
meninggal dunia hari ini. Sedangkan untuk Parto yang kubayangkan itu Engkau
beri umur panjang dan kesehatan.” Agus berbisik sendiri mengungkapkan rasa
sedih dan doanya.
***
Itulah yang terjadi dan dialami seorang teman,
menyangkut diri saya.
“Saya, Suparto, yang hari ini masih hidup, ternyata sudah
dishalatkan jenazah.”
Semoga Allah memberkahi hidup saya.
Suparto
#OneDayOnePost
Aamiinn...
ReplyDeleteDoa dibalik ketidaksengajaan ya pak...
Makasih mbak Kifa..
DeleteSemoga panjang umur yg berkah ya
ReplyDeleteAamiin.. maturnuwun doanya..
DeleteSemoga panjang umur yg berkah ya
ReplyDeleteSemoga sehat selalu dan berkah umurnya, ya Pak.
ReplyDeleteAamiin. Makasih ya..
DeleteDalam filosovi Jawa, kejadian ini Insya Allah adalah "pepeling" yang justru akan membuat Pak parto senantiasa wilujeng selamet, diberkahi umur panjang.
ReplyDeleteAamiin.
Aamiin. Matur agenging panuwun mas Heru.
DeleteBarakallah selalu untuk Pak Parto.. aamiin allahumma aamiin ..
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin. Makasih mbak intan atas doanya..
Delete