Alhamdulillah, hari ini
Senin (6/5/2019) umat Muslim Indonesia secara serentak mulai melaksanakan ibadah
puasa Ramadhan 1440 Hijriyah. Ini adalah sebuah anugerah besar dari Allah yang
tiada terhingga karena kita bisa bertemu dengan Ramadhan 1440, bulan yang kita
rindukan bahkan sejak Ramadhan 1439 tahun lalu berakhir.
Sebagian besar kita masih
ingat ketika waktu maghrib akhir Ramadhan setahun yang lalu tiba, bukan hanya
rasa syukur yang terungkap karena telah menyelesaikan kewajiban puasa sebulan
lamanya. Namun sebuah doa kita lantunkan dengan penuh harapan, semoga diberikan
umur panjang, kesehatan dan kesempatan bisa bertemu lagi Ramadhan tahun depan. Dan
Alhamdulillah, hari ini Allah kabulkan doa kita.
Mengapa ini sebuah anugerah
besar? Karena tidak semua umat Muslim yang tahun lalu bersama kita mengisi
hari-hari penuh berkah di bulan Ramadhan dan berdoa agar bisa bertemu Ramadhan
tahun berikutnya, terpenuhi harapannya. Faktanya, beberapa orang diantara
mereka telah dipanggil keharibaan-Nya. Atau
sebagian lagi bisa bertemu dengan Ramadhan tahun ini, namun dalam kondisi
sakit.
Oleh karena itu, bagi yang
bisa bertemu dengan ramadhan tahun ini dalam keadaan sehat, harus diterima
dengan rasa syukur yang sebenar-benarnya syukur. Artinya, kita harus bisa memanfaatkan
setiap detik di bulan Ramadhan ini untuk meraih berkah dari Allah. Kita tunaikan
segala kewajiban dan rangkaiannya dengan dasar iman, niat ikhlas semata karena Allah dan hanya
mengharap ridla dari-Nya. Mulai dari ibadah puasa, shalat tarawih, tadarus al-qur’an, sedekah, dan
aktivitas sosial.
Mengapa kita perlu ingatkan
(terutama untuk diri saya sendiri) tentang niat ikhlas dan hanya mengharap
ridla Allah?
Dalam sebuah Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ’Barangsiapa yang
berpuasa Ramadhan karena iman dan berharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu ’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebaliknya, berapa banyak
orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali haus dan
lapar, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690 dan
Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)
Hal tersebut terjadi karena
ia tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan, ia seakan menganggap
bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja. Di dalam
hadits disebutkaln:
“Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak
butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari)
Selain itu, hakikat puasa
adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan
akhirat kita. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Bukanlah puasa itu sebatas
menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara
yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Makna pesan dari beberapa Hadits
tersebut adalah bahwa hendaknya kita berusaha melaksanakan segala kewajiban puasa
dan seluruh rangkaian yang menyertainya dengan dasar keimanan dan keikhlasan.
Tujuannya
agar ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan dapat kita lakukan
dengan kualitas sesuai syariat yang dituntunkan sehingga menghasilkan amalan
yang diterima oleh Allah, bermanfaat bagi kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
Selamat menjalankan ibadah
puasa.
#Day-1
#RWCOdop2019
#OneDayOnePost
Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan :)
ReplyDeleteAamiin. Insyaallah, Mas Lutfi.
Delete