Sejak awal kedatangannya, Islam sudah mengajarkan manusia untuk membebaskan dirinya dari segala bentuk pengabdian kepada selain Allah.
Manusia harus merdeka dari penjajahan sesama manusia, baik dari raja, pangeran, sultan, kaisar, guru spiritual, dukun, penguasa, tokoh dan kekasihnya.
Sejak awal kedatangannya, Islam telah mengajarkan manusia hanya mengabdi kepada Allah SWT saja. Dalam Qur'an surat As-Dzaariyaat : 56, Allah berfirman, "Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku."
Islam juga mengajarkan manusia membebaskan diri dari penjajahan nafsu angkara murka yang bersemayam di dalam dirinya.
Manusia yang dikuasai nafsu hanya memenuhi haknya sendiri walaupun menabrak hak orang lain. Jika dia mempunyai kekuasaan dan kekuatan, bukan dimanfaatkan untuk membantu orang lain terpenuhi hak-haknya. Tetapi justru dipakai untuk menjajah dan menjarah hak orang lain.
Islam mengajarkan manusia membebaskan dirinya dari penjajahan nafsunya. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak beriman seseorang sampai hawa nafsunya ia tundukkan demi mengikuti apa yang aku bawa."(H.r. ATH Thabrani).
Sesungguhnya, praktik kehidupan manusia merdeka sudah dijalankan Kaum Muslimin lima belas abad yang lalu, sesuatu yang baru dipahami dan di praktikkan manusia modern pada abad 20 ini.
Tiga belas abad yang lampau Imam Asy-Syatibi telah merumuskan praktik kemerdekaan dalam berbangsa dan bernegara dalam kitabnya Al-Muwafaqat. Bahwa praktik penerapan syariat Islam sebenarnya dalam rangka melindungi lima hal prinsip. Yaitu, menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta.
Dengan lima penjagaan ini, maka diharapkan kemerdekaan hidup manusia senantiasa terjaga, baik secara individu, bermasyarakat, maupun dalam berbangsa dan bernegara.
Seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 : "Membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial."
Kaum Muslimin sudah semestinya bisa memberikan teladan praktik manusia merdeka, karena belasan abad yang lampau Islam telah mengajarkan hakikat dan praktik kemerdekaan.
Allah SWT juga berfirman, "Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya." (QS. Al-Maidah :32).
****
Intisari khutbah Jum'at, 14 Agustus 2020 di Masjid At-Taqwa, Plumbungan Indah, Karangmalang,Sragen. Disampaikan oleh Ustadz Solikhin Abu Izzudin. Menyambut Peringatan 75 Tahun Indonesia Merdeka.
Comments
Post a Comment