selembar kain bercorak bunga itu selalu tergelar di sudut kanan baris terdepan sebuah musala menjadi sajadah hari tuanya sekian lama tak berubah tempat tak ada yang menyentuh dan menginjaknya selain sang kakek renta kini warnanya mulai kusam bau tak sedap menusuk hidung siapa pun yang mendekat namun bagi sang kakek seakan memancar aroma wangi surga puluhan tahun sajadah itu menjadi tumpuan tubuh renta saat duduk berdzikir melafalkan kalimat suci atau bersujud meletakkan dahi ke bumi untuk melangitkan semua doa kepada sang ilahi di atas sajadah tua segala keluh kesah resah gelisah dan sesal tumpah menguras segala kotoran jiwa sajadah tua itu menjadi saksi atas serpihan duka cerita perjalanan anak manusia dalam terpaan hidup tiada tara di sisa waktu yang ada lisannya tak henti berdzikir lantunan doa terus mengalir memenuhi raga dan sukmanya sampai menutup mata di atas sajadah tua ini ia berjumpa sang pengatur segalanya menerima ampunan dan anugerah-