Wanita berusia 54 tahun bernama Peni itu terus menyusuri jalanan kampung. Ia tak menghiraukan terik mentari yang membakar tubuh mungilnya. Peluh keringat berleleran menghapus bedak dan gincu di wajahnya. Dengan senyum yang selalu tersungging dibibirnya, ia berhenti di depan setiap rumah yang dilaluinya. Dengan memainkan alat musik “Bas Betot” sederhana, ia dendangkan lagu-lagu Jawa Campursari. “Bas Betot” milik Peni ini terbuat dari papan, berbentuk kotak yang berfungsi sebagai tabung suara, dengan lubang di tengahnya seperti gitar. Dawainya terbuat dari karet ban dalam sepeda. Ketika ditarik ( dibetot ) dawainya, akan terdengar suara ngebas di telinga. Alat ini kemudian dinamakan ”bas betot”. Suara emas Peni yang berpadu dengan suara ketipak-ketipuk - dang-duts “bas betot” yang dimainkan dengan jemari dan telapak tangannya, melahirkan musik yang indah. Baru beberapa bait lagu dinyanyikan, uang receh senilai seratus duaratus rupiah pun diterima dari penghuni rumah. Pe