Hari
ini, 30 Januari 2017, tepat 69 tahun lalu dunia dikejutkan oleh peristiwa
berdarah yang menimpa tokoh besar. Mahatma Gandhi, sang pemimpin besar bangsa
India dan seorang pejuang kemanusiaan itu, tanggal 30 Januari 1948 tewas mengenaskan. Ketika Gandhi berjalan perlahan dari rumahnya menuju temat upacara keagamaan,
seorang ekstremis Hindu tega melepaskan tembakan tepat mengenai perutnya. Senyum
Sang Mahatma lenyap dari wajahnya, tubuhnya terkulai dan ia tewas seketika.
Peristiwa
hitam itu memberikan pelajaran bagi dunia, bahwa setiap perjuangan untuk
mencapai kebaikan selalu berhadapan dengan berbagai ancaman, termasuk dari orang
dekatnya. Berikut sekilas kisah hidup Gandhi yang mengesankan.
Gandhi
adalah pemimpin besar dan luhur bangsa India, ahli politik dan berjuang untuk
perbaikan masyarakat dan kemanusiaan. Ia terkenal sebagai pejuang yang
menghadapi musuh-musuh serba kuat dari dalam dan luar negeri. Dengan senjata
kebajikan, kejujuran dan kerendahan hati ia dapat mencapai kemenangan tanpa
melakukan kekerasan. Ia muncul sebagai tokoh “juru bicara hati-nurani umat manusia”
tatkala dunia menjerit akibat penindasan bangsa atas bangsa lain. Riwayat hidupnya
merupakan cerita tentang kepahlawanan yang tiada biasa, tercapai dengan
cara-cara yang tak biasa pula.
Nama
lengkap dan sebenarnya adalah Mohandas Karamchand Gandhi. Sedangkan “Mahatma” artinya “berjiwa besar”, suatu sebutan
(bahasa sankskerta) yang disematkan
kepadanya karena dikemudian hari ia menjadi seorang pemimpin yang berjiwa besar
dan berbudi luhur.
Gandhi
lahir 2 Oktober 1869 di Porbandar, negara bagian Gujarat di India. Beberapa
dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi
pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia
pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris. Di sana, dia mengalami
diskriminasi ras yang dinamakan apartheid.
Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat
mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah
gerakan non-kekerasan.
Saat
kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan
Inggris. Hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar
berjuang mendapatkan kemerdekaannya.
Gandhi
berjuang selama 30 tahun melawan penjajahan Inggris bersama pemimpin India
lainnya. Dengan ajarannya, ahimsa
(tanpa kekerasan) serta satyagraha
(keteguhan dalam kebenaran), Gandhi melawan penindasan dan kekerasan dengan
cinta, kesabaran, dan kerelaan untuk menanggung segala konsekuensinya.
Ketika
kemerdekaan India akhirnya diraih pada tahun 1947, kesempatan mendapatkan
tampuk kekuasaan pun ada di tangannya. Tapi ia tidak mengambil kesempatan itu.
Gandhi menolak jabatan politik yang diberikan kongres kepadanya. Ia malah
memilih menghabiskan hidup di ashram yang jauh dari kemegahan dan kenikmatan
duniawi. Baginya itu jauh lebih mulia daripada hidup di istana. Menerima
jabatan diibaratkannya sebagai memakai "mahkota berduri."
Gandhi
adalah seorang Hindu, namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama lain,
termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus
mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara.
Sebagai
wujud keyakinannya bahwa Hindu dan Muslim India adalah bersaudara, ia melancarkan
mogok makan ketika negeri itu diamuk kerusuhan sektarian Hindu-Muslim pada 13
Januari 1948. Dokter mengatakan bahwa ia harus makan, tapi Gandhi tetap
bersikeras untuk puasa hingga tujuh syarat perdamaian yang diajukannya
ditandatangani oleh pemimpin kelompok Islam dan Hindu.
Rupanya
kedua kelompok itu masih sayang Gandhi. Lewat tengah malam pada 18 Januari,
sekretarisnya membangunkan Gandhi yang telah lemas dan menunjukkan perjanjian
damai yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Setelah 121 jam 30
menit berpuasa, Gandhi akhirnya mau minum jus jeruk yang disuapkan oleh seorang
pemimpin muslim, Maulana Azad.
Namun
ternyata puasa Gandhi hanya bisa menghentikan sementara konflik Muslim dan
Hindu India. Berbagai pertikaian antara kedua kelompok ini terjadi kemudian.
Banyak orang Hindu yang merasa dikhianati oleh langkah-langkah Gandhi yang
mencoba menjadi juru penengah. Ia dinilai terlalu memberi hati kepada Muslim.
Akhirnya pada 30 Januari 1948, seorang ekstremis Hindu bernama Nathuram Vinayak Godse menarik pelatuk pistolnya, melepaskan
tembakan kearah Gandhi. Gandhi pun tewas seketika.
Gandhi
memang telah tiada. Namun ilham penghidupan dan ajaran rokhaninya menginspirasi
umat manusia di dunia. “Warisan Gandhi
adalah keberanian, pelajarannya adalah kebenaran, senjatanya adalah kasih
sayang. Dan hidupnya adalah monumennya..” kata Louis Fischer, penulis
Biografi Gandhi.
Suparto
#OneDayOnePost
Makasih bapak, dapat ilmu lagi nih
ReplyDeleteMenjadi cermin bagi kehidupan manusia yang lain.
Delete