Ini sebuah renungan, bagaimana seharusnya sikap dan langkah kita, agar peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia bisa memberikan makna yang lebih mendalam dalam kehidupan.
* Yang pertama dan utama adalah bersyukur kepada Allah SWT. Mengapa? Coba lihat alinea ketiga pembukaan UUD 1945. Disitu termuat sebuah pernyataan dan pengakuan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia terwujud atas berkah dan rahmat Allah.
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
Padahal semua wujud Rahmat dan nikmat itu wajib kita syukuri. Perhatikan beberapa firman Allah dalam Al-Qur'an berikut ini :
".... syuurilah nikmat Allah, jika kamu sungguh-sungguh menyembah Allah." (QS. An-Nahl [16]:114)
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabku sangat berat." (QS. Ibrahim [14]:7)
**Setelah bersyukur kepada Allah, yang perlu kita lakukan adalah mengkaji sejarah. Yakni mempelajari sejarah bangsa Indonesia secara komprehensif. Mulai dari sebelum merdeka sampai pada saat kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia diproklmasikan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945. Juga perkembangannya hingga sekarang.
Dengan mempelajari sejarah ini dengan tuntas dan mendalam, kita akan memperoleh pengetahuan, pelajaran dan hikmah, betapa perjuangan meraih kemerdekaan itu penuh tantangan dan pengorbanan.
Dari sejarah pula kita akan mengetahui berbagai hal yang melatar belakangi suatu peristiwa. Misalnya, mengapa negeri kita dulu, yang memiliki kekayaan alam melimpah dengan jumlah penduduk besar bisa dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun. Padahal kita tahu, negeri Belanda itu kecil.
Ya, karena bangsa Indonesia sebelum merdeka itu terpecah-pecah, tidak bersatu. Juga karena bodoh, terbelakang, mudah dikibulin, sehingga dibuat seperti apapun oleh Belanda manut, nurut saja. Akhirnya kekayaan alam yang melimpah dengan mudah dikeruk dan diangkut Belanda di negeri Eropa sana. Kita menjadi bangsa kuli di negeri sendiri.
* Yang pertama dan utama adalah bersyukur kepada Allah SWT. Mengapa? Coba lihat alinea ketiga pembukaan UUD 1945. Disitu termuat sebuah pernyataan dan pengakuan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia terwujud atas berkah dan rahmat Allah.
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
Padahal semua wujud Rahmat dan nikmat itu wajib kita syukuri. Perhatikan beberapa firman Allah dalam Al-Qur'an berikut ini :
".... syuurilah nikmat Allah, jika kamu sungguh-sungguh menyembah Allah." (QS. An-Nahl [16]:114)
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azabku sangat berat." (QS. Ibrahim [14]:7)
**Setelah bersyukur kepada Allah, yang perlu kita lakukan adalah mengkaji sejarah. Yakni mempelajari sejarah bangsa Indonesia secara komprehensif. Mulai dari sebelum merdeka sampai pada saat kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia diproklmasikan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945. Juga perkembangannya hingga sekarang.
Dengan mempelajari sejarah ini dengan tuntas dan mendalam, kita akan memperoleh pengetahuan, pelajaran dan hikmah, betapa perjuangan meraih kemerdekaan itu penuh tantangan dan pengorbanan.
Dari sejarah pula kita akan mengetahui berbagai hal yang melatar belakangi suatu peristiwa. Misalnya, mengapa negeri kita dulu, yang memiliki kekayaan alam melimpah dengan jumlah penduduk besar bisa dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun. Padahal kita tahu, negeri Belanda itu kecil.
Ya, karena bangsa Indonesia sebelum merdeka itu terpecah-pecah, tidak bersatu. Juga karena bodoh, terbelakang, mudah dikibulin, sehingga dibuat seperti apapun oleh Belanda manut, nurut saja. Akhirnya kekayaan alam yang melimpah dengan mudah dikeruk dan diangkut Belanda di negeri Eropa sana. Kita menjadi bangsa kuli di negeri sendiri.
Yo yo pak...jadi kuli. Rakyat Yang seolah dijauhkan Dari rasa nasionalisme. Hidup konsumtif...sh negeriku tercinta..
ReplyDeleteYo yo pak...jadi kuli. Rakyat Yang seolah dijauhkan Dari rasa nasionalisme. Hidup konsumtif...sh negeriku tercinta..
ReplyDeleteya. kalo hari ini kita masih menjadi kuli di negeri sendiri, artinya belum merdeka sepenuhnya...
DeleteAku suka sejarah.. walaupun nggak bisa bersahabat sama tanggal-tanggal.. hehehe
ReplyDeletesejarah menjadi cermin hari ini, agar bisa mengambil pelajaran dari masa lalu...
Delete