Beberapa hari lalu, saya
berkesempatan nonton Film “Ketika Mas Gagah Pergi” (KMGP) di Solo. Film yang
diangkat dari novel bestseller dengan judul sama karya Helvy Tiana Rosa yang
terbit 23 tahun silam ini, mulai akhir Januari 2016 diputar secara nasional di
gedung bioskop di seluruh Indonesia.
Rencana mengangkat Novel
legendaris yang sudah cetak ulang 28
kali ini ke layar lebar sebenarnya sudah muncul cukup lama, tetapi selalu
tertunda. Pernah ada tiga rumah produksi mengincar untuk memfilmkan kisah dalam
buku KMGP, namun selalu kandas lantaran faktor idealisme penulis dan produser
belum klop. Setelah melalui proses panjang dan berliku lebih dari sepuluh
tahun, kini film
KMGP garapan sutradara
Firman Syah ini bisa dinikmati.
Film KMGP menampilkan para
pemain baru, diantaranya Hamas Syahid Izzudin yang berperan sebagai Mas Gagah
dan Aquino Umar yang memerankan Gita. Adalagi Masaji Wijayanto (sebagi Yudi)
dan Izzah Ajrina (pemeran Nadia). Sementara aktor atau artis lama terlihat
Mathias Muchus, Wulan Guritno, Irfan Hakim, Epy Kusnandar, dan beberapa yang
lain.
Hingga sekarang, novel KMGP
diperkirakan sudah dibaca jutaan orang.
Karena itu kehadiran filmnya ditunggu banyak orang. Penasaran dengan kisah
tokoh Mas Gagah yang menginspirasi para pembacanya tampil dalam film layar
lebar seperti di novel KMGP.
Novel atau film “Ketika Mas
Gagah Pergi” bercerita tentang seorang pria bernama Gagah Perwira Pratama yang biasa dipanggil Mas Gagah. Ia
memiliki seorang adik bernama Gita yang masih duduk dibangku SMA.
Gita yang tomboy, kepada teman-temannya selalu
menceritakan tentang sosok Mas
Gagah yang dibanggakan. Sosok kakaknya itu, menurut Gita, nyaris sempurna. Ia tampan, cerdas, modern dan selalu menjalankan sholat
tepat waktu. Sejak Ayah mereka meninggal, Gagah sembari kuliah
di
Fakultas Teknik Sipil, membantu Mama (diperankan
Wulan Guritno) jadi tulang punggung keluarga.
Suatu hari, Gagah pergi ke Ternate di Maluku Utara untuk
menyusun skripsi kuliahnya. Namun, sekembalinya dari sana, ia membawa karakter
lain dalam hidupnya. Dia menjadi seorang penganut Islam yang kuat berkat
pengaruh Kyai Gufron, sosok kharismatik yang dikaguminya.
Gagah kini terlihat sangat bersemangat menjalankan ajaran
Islam, dan kerap menasihati Gita untuk menjalankan perintah agama. Namun
dengan perubahan itu, Gita menjadi
sebal. Di hadapannya, Mas Gagah kini terlihat menjadi orang yang fanatik. Gita bahkan terang-terangan meminta kakaknya
itu kembali menjadi sosok yang dulu. Gagah
pantang menyerah. Ia terus berusaha dekat dengan Gita dan juga Mama, untuk
mengajak dua orang yang ia cintai itu lebih mengenal keindahan Islam. “Islam
itu indah. Islam itu cinta....,” adalah hal yang selalu disampaikan Gagah pada Gita.
Gagah berusaha meminta adik dan Mama-nya untuk mengenakan
hijab. Meskipun sang Mama akhirnya mengikuti saran Gagah, namun Gita masih
belum berubah. Sampai suatu hari Gita kaget
karena sahabatnya Tika, tiba-tiba memakai jilbab dan menasehatinya, persis seperti yang
disampaikan Mas Gagah. Tika memutuskan berjilbab karena
salut dengan keteladanan kakak sepupunya; Nadia yang justru mengenakan jilbab
saat kuliah di Amerika Serikat.
Bersambung ?
Ketika
Gagah sibuk dengan kegiatan di “Rumah Cinta”
untuk anak-anak orang miskin di pinggiran Jakarta
ada persahabatan Gagah dengan Urip, Asep dan Ucok yang
sederhana,
mantan preman yang insyaf dan membantunya.
Saat
pelan-pelan kesadaran Gita berubah
mulai mau mendengarkan Gagah
dan tergugah
ikut mendalami ajaran Islam yang indah…
Ketika
para penonton mulai larut dalam kisah yang sangat menarik …
tiba-tiba
layar bioskop menyala. Bersambung….!!!
Saya
dan juga penonton lain tentunya, kaget, kecewa dan penuh tanda tanya….
Bagamana
ini? Terus, kapan sambungannya…?
Layak Ditonton
Terlepas
dari segala kekurangannya, Film KMGP ini layak ditonton seluruh keluarga. Seperti
dikatakan Asma Nadia, adik kandung Helvy Tiana Rosa, yang juga seorang penulis
ternama, bahwa cerita di dalam “Ketika Mas Gagah Pergi” sangat menginspirasi
pembaca untuk menjadi pribadi yang lebih peduli pada sekitar serta lebih
mencintai Islam. Kisah ini abadi dan mampu mengubah banyak pembacanya menjadi
lebih baik.
Yang menarik,
pemeran tokoh utama Mas Gagah, yakni Hamas Syahid Izzudin, adalah seorang
penghafal Al-Qur’an. Pemuda kelahiran Bengkulu 11
Maret 1992 yang menetap di Surabaya ini juga seorang pengusaha muda di bidang
garmen dan kuliner. (Suparto)
Comments
Post a Comment