Di kota Sragen, Jawa Tengah, ternyata ada Warung Belanda.
Tapi jangan membayangkan di warung itu kita bisa menemukan menu makanan ala
jaman Kolonial. Atau pemiliknya orang kulit pulih dari Eropa. Warung Belanda di
Sragen ini adalah warung makan ala kadarnya seperti yang banyak kita jumpai di
berbagai pojok kota, yang biasa disebut “Warung Hik”.
Lantas, mengapa dinamakan Warung Belanda? “Nama Belanda itu
kepanjangan dari Belakang Pemda”, terang Warsini (55), pemilik warung tersebut.
Ya, Belakang Pemda, karena lokasinya persis di belakang kantor Pemerintah
Daerah (Pemda) Sragen, di kampung Kutorejo Rt.02/RW.08 Kelurahan Sragen Tengah.
Kalau warung Hik lain biasa buka mulai sore hingga malam,
maka Warung Belanda justru operasional di pagi hari. “Setiap hari buka mulai
pukul 05.30. Tapi jam 11.00 sudah habis”, kata Warsini, didampingi suaminya,
Suparman (60).
Pelanggan Warung Belanda Sragen cukup banyak, bahkan ada
yang berasal dari luar kota.
Seperti yang terlihat hari Ahad (17/1/2016),
pengunjungnya berjubel bahkan ada yang menggelar tikar, duduk lesehan di
trotoar. Maklum, mereka usai mengikuti kegiatan di area Car Free Day (CFD) di
seputar Alun-alun depan kantor Pemda. Ketika perut lapar dan badan capek, sarapan
di Warung Belanda menjadi pilihan, karena harganya murah meriah.
Seperti pengalaman Endang, warga Plumbungan Karangmalang,
bersama suaminya, usai senam di CFD
mencoba sarapan di Warung Belanda. “Kami berdua makan sampai kenyang
ternyata hanya menghabiskan uang 14 ribu rupiah”, cerita Endang. Pagi itu, pukul
09.00 semua makanan di Warung Belanda pun sudah ludes.
Menu yang tersedia diantaranya Nasi Sambel Bandeng (biasa
disebut nasi kucing), nasi sambel Teri, nasi tempe kering, dan bihun. Aneka
gorengan seperti tahu, tempe gembus, bakwan serta beberapa camilan dan minuman
panas dan dingin juga siap saji.
Warsini menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan menu di
warungnya, setiap hari menghabiskan tujuh kilogram beras. Sedangkan untuk lauk
dan camilan, tiap hari tidak kurang dari 400 biji habis. “Semua menu yang kami
sajikan di sini sebagian besar hasil masakan sendiri. Kami bersama tiga orang
anak berbagi tugas”, katanya.
Warung Belanda Sragen sudah lima tahun berdiri. Waktu itu
belum ada namanya.
Ketika pembelinya mulai banyak dan berasal dari berbagai
profesi, ada yang bercanda mengusulkan nama Belanda (Belakang Pemda). Usul yang
semula hanya Guyonan itu ternyata diterima dan menjadi “merk”
hingga sekarang. Nah, kalau Anda penasaran ingin menikmati hidangan di Warung
Belanda Sragen, silahkan mampir… (Suparto).
Comments
Post a Comment